Kepulauan Indonesia

Cerita dari, untuk dan tentang Kepulauan Indonesia beserta Penghuni dan Penduduknya

Posts Tagged ‘Mitigasi bencana’

Karakter Orang Indonesia 02: menurut Mochtar Lubis

Posted by wahyuancol pada November2, 2009

Saya teringat, ketika SMA dahulu pernah membaca buku tulisan Mochtar Lubis yang membahas tentang ciri-ciri manusia Indonesia. Dalam perjalanan waktu, buku tersebut hilang entah kemana. Keinginan untuk membaca kembali buku tersebut muncul kembali akhir-akhir ini khususnya setelah mengikuti Seminar Internasional di Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Sekolah Paskasarjana UGM tanggal 20-22 Oktober 2009 yang lalu yang bertema “Disaster: Theory, Research and Policy.” Terungkap di dalam seminar tersebut bahwa “Gotongroyong” adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan masyarakat di Bantul, Yogyakarta bisa cepat pulih dari kerusakan karena gempa tanggal 27 Mei 2006. Kearifan lokal perlu dihidupkan kembali dalam rangka mitigasi bencana.

Saya berusaha mencari dengan bantuan internet, dan saya dapatkan sebagai berikut: pertama, saya mencapatkan resensi buku tulisan Mochtar Lubis itu dari Blog Psikologi Indonesia (http://www.psigoblog.com/2009/02/manusia-indonesia-kini-ala-mochtar.html), dan kedua, saya mendapat sebuah tulisan singkat dari Kompasiana (http://umum.kompasiana.com/2009/05/10/ciri-manusia-indonesia-menurut-mochtar-lubis/). Sebenarnya ada juga beberapa sumber lain dalam bentuk blog yang memberikan ciri-ciri orang Indonesia menurut Mochtar Lubis itu, tetapi dua sumber yang pertama saya sebutkan itu saya kira sudah memadai. Sementara saya berusaha mendapatkan buku tua itu, berikut ini adalah apa yang saya dapat dari kedua sumber itu.

———————–

Bagian ini saya kutip dari Blog Psikologi Indonesia dari artikel yang berjudul “Manusia Indonesia Kini ala Mochtar Lubis” yang ditulis oleh Amarilldo.

Buku Manusia Indonesia adalah sebuah buku yang diangkat dari ceramah Mochtar Lubis di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada tanggal 6 April 1977. didalamnya menceritakan sifat-sifat yang melekat pada manusia Indonesia, dikatakan dalam 6 buah sifat yaitu pertama, munafik atau hipokrit. Kedua, enggan bertanggung jawab atas perbuatannya. Ketiga, sikap dan perilaku yang feodal. Keempat, masih percaya pada takhayul. Kelima, artistik. Keenam, lemah dalam watak dan karakter. Di Indonesia nama Mochtar Lubis telah dikenal sebagai seorang pengarang dan jurnalis. Sejak zaman pendudukan Jepang ia telah dalam lapangan penerangan. Ia turut mendirikan Kantor Berita ANTARA, kemudian mendirikan dan memimpin harian Indonesia Raya yang telah dilarang terbit. Ia mendirikan majalah sastra Horizon bersama-sama kawan-kawannya. Pada waktu pemerintahan rezim Soekarno, ia dijebloskan ke dalam penjara hampir sembilan tahun lamanya dan baru dibebaskan pada tahun 1966. Serta beliau sering kali mendapat penghargaan atas karya-karya tulisnya.

Segala tuduhan yang dijadikan oleh Mochtar Lubis pada dasarnya hanyalah merupakan sebuah stereotip tentang keadaan manusia Indonesia yang tergeneralisasi. Namun stereotip itu sendiri tidaklah seluruhnya benar dan juga tidak seluruhnya salah. Stereotip terbentuk dari adanya pengalaman dan juga pengamatan sehingga melekat pada manusia Indonesia, walau dalam sisi tidak benarnya, stereotip diperkuat oleh prasangka dan juga generalisasi. Buku ini sudah ada sejak tahun 1977, namun kenapa ketika penulis membaca dan mengamati ternyata isinya sungguh cukup relevan dengan keadaan lingkungan masyarakat Indonesia saat ini. Padahal Muchtar Lubis sendiri juga mengatakan dalam tanggapan atas tanggapan dalam buku ini tentang subjektifitas dalam pemikirannya, setelah menerima kritik dan masukkan dari bapak psikologi Indonesia, Sarlito Wirawan, tentang tidak bisanya menggeneralisasi penduduk Indonesia yang pada dasarnya bersifat majemuk dari berbagai aspek. Ditambahkan lagi oleh Sarlito Wirawan bahwa profil kepribadian tentang manusia Indonesia yang diungkapkan oleh Mochtar Lubis hanya didasari pengamatan-pengamatannya sendiri tanpa didasari oleh data-data objektif yang demikian segala tuduhan itu tidak memberi gambaran persis berapa persen sebenarnya dari manusia Indonesia yang dimaksud oleh Mochtar Lubis.

Ciri manusia Indonesia yang pertama menurut Mochtar Lubis adalah munafik atau hipokritis Dalam ciri yang pertama ini dijelaskan bahwa kemunafikan merupakan sifat manusia Indonesia sebagai contoh, negara kita dipimpin oleh manusia-manusia beragama yang memakai simbol-simbol agama entah itu pada nama (seperti gelar) atau aksesoris pakaian, namun coba diperhatikan bahwa masih ditemukan tempat-tempat prostitusi baik itu didalam kota maupun diluar kota, dan yang parahnya lagi mereka tumbuh subur bagai jamur. Pidato-pidato tentang kebajikan dan kebijaksanaan ada dimana-mana, diucapkan dan didengarkan, namun korupsi masih saja merajalela. Manusia Indonesia juga terkenal bersikap alim hanya dilingkungannya sendiri, jika sudah datang keluar negeri maka mereka akan segera mencari kepuasan seperti pergi ke-nightclub dan prostitusi. Manusia-manusia memakai topeng dengan tujuan mencari selamat sendiri, memakai prinsip terhadap atasan dengan sikap ABS (asal bapak senang), penggunaan kata bapak yang menurut Mochtar Lubis bukanlah kata panggilan yang cocok kepada atasan dikarenakan yang memanggil bapak pastilah anak dan anak berada dibawah kuasa bapak yang berkuasa penuh. Yang demikian tadi adalah yang ada pada jaman Mochtar Lubis yaitu 1977 kebelakang, dan kini mari coba kita bandingkan dengan keadaan bangsa Indonesia kini. Rasa-rasanya pada sebagian titik tidaklah berubah seperti korupsi sepertinya baru beberapa tahun terakhir ini saja gencar dilakukan berarti kira-kira sudah lama juga bangsa ini terbelit masalah korupsi pada para pengurus negaranya. Mungkin yang kini berbeda adalah keberadaan klab malam di Indonesia sudah berstandar Internasional sehingga para pengunjung sudah tidak perlu lagi lari keluar negeri untuk menikmati semua fasilitas hedonis itu. Kemunafikan pada manusia Indonesia ternyata pada masa sekarang sudah merambak pada berbagai macam aspek, banyak sekali kalau kita perhatikan mulut-mulut manis yang mengumbar janji, mengatakan yang kebalikan dari apa yang akan dilaksanakan, topeng-topeng kepalsuan, bagai penebar kebaikan pada tampak luar yang berhati busuk dan berwatak yang buruk didalamnya. Sama seperti milik Mochtar Lubis semua ini hanyalah stereotip, benarkah atau tidak benarkah semua hanyalah tuduhan tapi beralasan. Yang jelas dalam masyarakat kita sekarang masih ada juga mereka-mereka yang tidak bersifat munafik, mereka yang tidak hipokrisi dan masih ada mereka yang baik secara luar dan dalam.

Lalu pada ciri yang kedua adalah enggan bertanggung jawab atas perbuatannya, kata “bukan saya” merupakan suatu kata penyelamat dalam menghadapi sesuatu yang tidak baik atau berakibat buruk. Lepas dari tanggung jawab dengan mengatakan “saya hanya melaksanakan tugas dari atasan” merupakan pembelaan paling ampuh dari suatu kesalahan yang dilakukan. dalam Manusia Indonesia, Mochtar Lubis menyebutkan korupsi yang ada di Pertamina sebagai contoh nyata, dimana pada saat itu ratusan juta dollar uang negara dikorupsi, belum lagi pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan oleh jajaran Pertamina mulai dari Presiden Direktur hingga ke lapisan bawah, namun tidak seorangpun yang dituntut. Kalau dilihat berarti kebobrokan dalam tubuh Pertamina sudah berlangsung sekian lama, sampai beberapa waktu lalu semua terbongkar, walau belum tuntas. 30 tahun lebih berarti memang Pertamina menjalankan semua praktek kotornya. Selain itu manusia Indonesia jika menerima sesuatu yang bersifat mengangangkat derajatnya seperti penghargaan dan pujian maka akan langsung diterima, walau mungkin salah sasaran dalam pemberiannya. Manusia Indonesia menurut yang digambarkan oleh Mochtar Lubis tidak akan sungkan-sungkan untuk tampil kedepan menerima bintang, tepuk tangan, surat pujian, piagam penghargaan, dan sebagainya. Dari ciri yang kedua ini memang sudah sangat menyedihkan apa yang terjadi pada masa tahun 1977 kebelakang tersebut. namun jika penulis samakan dengan masa tahun 2009, sepertinya kenyataan ini masih tidak berubah. Lihat saja para pelaku korupsi yang saling salah-menyalahkan, tidak mau mengaku dan melemparkan tanggung jawab kepada pihak-pihak lain, sampai akhirnya diketahui bahwa korupsi yang terjadi berjalan secara “Berjamaah”, begitulah kiranya ditulis dalam beberapa koran.

Ciri yang ketiga adalah jiwa Feodal yang masih tertanam subur dalam diri Manusia Indonesia. Dikatakan dalamnya bahwa nilai-nilai Feodalisme merupakan warisan dari negara-negara kerajaan yang ada pada jaman dahulu di nusantara, lalu diambil alih oleh para penjajah, terjadi revolusi kemerdekaan yang sebenarnya bertujuan untuk menghilangkan feodalisme yang ada pada diri manusia Indonesia. Sikap-sikap feodal ini bersifat destruktif dikarenakan seorang bawahan akan menganggap mereka yang lebih tinggi dari mereka adalah benar dalam setiap tindakannya, ketidak bolehan dalam menyangkal walau itu salah sekalipun merupakan salah satu keburukan dari feodalisme, selain itu juga menghancurkan harkat dan martabat manusia sebagai manusia yang sama derajatnya dengan manusia lain. seperti yang ada dalam jaman sekarang dimana seorang bawahan dikatakan tidak sopan jika menegur atasan karena alasan yang benar, merupakan suatu bentuk dari feodalisme, tidak didengarnya suara mereka yang ada dibawah sebagai suara manusia juga merupakan bentuk nyata dari feodalisme yang terjadi pada manusia Indonesia. Hanya saja kerajaan yang dimaksud sudah bukan raja lagi sebagai pemimpin namun raja-raja tersebut sudah diganti namanya menjadi presiden, menteri, jenderal, presiden direktur dan lainnya. Nyata sekali bahwa feodalisme menghambat proses perkembangan manusia dikarenakan tidak sampainnya kritik terhadap pemimpin dikarenakan 2 hal yaitu bawahan yang segan dalam melakukannya dan pemimpin yang tidak mau mendengar suara dari bawah.

Ciri keempat adalah Manusia Indonesia masih percaya takhayul, sepertinya sudah berlangsung lama semua ini, tak perlu dipertanyakan lagi tentang apa yang terjadi pada masa 1977 kebelakang tersebut. coba saja lihat keadaan sekarang, siaran tv menampilkan segala macam sihir, kuntilanak, jailangkung, pocong, genderuwo, dan aksi dukun-men-dukun. Belum lagi ditambah film-film bioskop yang menampilkan segala macam judul berbau setan dan makhluk halus, dan film-film layar lebar tersebut dibuat atas dasar adanya permintaan pasar terhadap jenis film misteri horor. Yang terbaru dari takhayul ini adalah kisah dukun-dukun cilik yang dapat menyembuhkan sembarang penyakit, mereka kedapatan pasien sampai puluhan ribu orang dalam sehari. Sungguh mengejutkan memang dalam keadaan dunia yang sudah modern dan dikuasai oleh iptek seperti ini masih ada mereka yang mengharapkan keajaiban yang tidak mungkin dijelaskan oleh rasio. Kepercayaan terhadap segala macam keramat-keramat juga masih ada di Indonesia, dan para pelakunya juga sebagian adalah manusia-manusia berijazah yang dikatakan berpendidikan itu. Namun dalam tanggapannya penulis setuju dengan Sarlito Wirawan, yang mengatakan dalam taggapan terhadap ceramah Mochtar Lubis, bahwa mengenai mitos dan mistik bukanlah monopoli manusia Indonesia semata, melainkan suatu sifat hakiki manusiawi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman (security need). Selama manusia masih belum bisa mengatasi bahaya-bahaya dan ancaman-ancaman dengan dengan kemapuan dan ilmu penghetahuannya sendiri, selama itu manusia masih akan mencari pelindung terhadap mitos dan mistik. Dalam hal manusia Indonesia Sarlito Wirawan mengatakan bahwa gejala mitos dan mistik ini lebih banyak terdapat di kalangan “angkatan tua”. Dikarenakan mereka tidak menerima pendidikan yang layak, namun karena jasa-jasanya pada masa revolusi maka mereka harus mengisi kedudukan penting dalam pemerintahan. Dengan sendirinya kemampuan dan ilmu yang mereka milik belumlah cukup untuk memegang jabatan itu dan mereka masih merasa kurang “secure” dalam memegang jabatan mereka itu, maka larilah mereka kepada praktek-praktek perdukunan dan mistik. Dikalangan angkatan yang lebih muda seperti para sarjana atau mahasiswa, terlihat bahwa praktek-praktek mistik sudah jauh berkurang, meskipun belum dapat dikatakan sudah hilang sama sekali. Sarlito Wirawan yakin dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dinegara kita, maka mitos dan mistik pun akan makin berkurang, demikianlah apa yang dikatakan oleh Sarlito Wirawan dalam tanggapannya terhadap manusia Indonesia ala Mochtar Lubis. Tapi sepertinya pernyataan dari Sarlito Wirawan tampaknya meleset, kenyataannya di Indonesia hal mistik malah semkin merebak dari hari-ke-hari, hal ini ditunjukkan dengan munculnya klinik-klinik “spiritual healing” (yang bagi penulis hal ini merupakan suat modernisasi dari praktek perdukunan dengan menggunakan bahasa inggris dengan nama “spritual healing”). Ditambah lagi ilmu psikologi kini memiliki mazhabnya yang keempat yaitu psikologi transpersonal yang didalamnya membahas dimensi sprirtual manusia termasuk hal-hal mistik. Namun dalam satu sisi memang benar kegemaran terhadap mistisme ini bukanlah sekedar monopoli dari manusia Indonesia saja melainkan juga pada masyarakat barat dengan film-film berbau exorcism, vampir, dracula, zombi, sihir-sihir seperti Harry Potter dan lain sebagainya. Nampaknya mungkin semua manusia sudah mulai tidak rasional lagi, dan menikmati hal tersebut, yang dimungkinkan terjadi karena semakin sedikitnya rasa aman yang dapat dimiliki pada jaman sekarang ini pada sebagian masyarakat yng mengakibatkan mengambil jalan irasional untuk mendapatkan kebutuhannya akan rasa aman tersebut.

Ciri kelima dari manusia Indonesia adalah artistik, berjiwa seni, hal ini memang sudah dapat terlihat dari kayanya budaya daerah yang ada di Indonesia yang dalam tiap-tiap daerahnya memiliki keseniannya masing-masing. Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan, dengan demikian maka masyarakat Indonesia memang memiliki jiwa berkarya dan mencintai keindahan. Belum lagi ditemukan peninggalan-peninggalan bangunan kuno, seperti candi-candi yang menakjubkan, menandakan bahwa manusia Indonesia memiliki peradabannya sendiri. bahkan dimasa sekarang ini musik Indonesia dikabarkan telah “menjajah” negeri tetangganya Malaysia, dengan adanya suatu bentuk pemboikotan terhadap radio swasta di Malaysia, dikarenakan lebih sering memutar lagu artis dari Indonesia dibandingkan lagu dari artis lokalnya sendiri. selain itu banyak juga hasil karya asli anak bangsa yang sudah diekspor keluar negeri dan kebanyakan dari hal itu adalah karya-karya kesenian. Jadi kalau masalah seni bangsa ini tidak perlu takut, selama masih ada generasi penerus yang mau mempertahankannya maka kesenian tradisional ini akan selalu terjaga kelestariannya.

Ciri yang keenam adalah memiliki watak dan karakter yang lemah. Tidak kuatnya manusia Indonesia dalam mempertahankan atau memperjuangkan keyakinannya merupakan bahasan yang menjadi inti ciri keenam manusia Indonesia. Mochtar Lubis mengatakan hal ini ditandai dengan adanya pelacuran-pelacuran Intelektual dalam banyak bidang. Pelacuran intelektual sebagai contohnya adalah manipulasi hasil yang ditujukan agar dapat mempertahankan suatu penguasa lain, seperti seseorang ahli pangan mengatakan bahwa tidak berbahaya menggunakan suatu produk dari produsen tertentu, padahal produk yang dijual mengandung zat yang berbahaya bagi pengkonsumsi, namun karena sudah diberikan upah, maka ahli tersebut menutupi kenyataan dan mengatakan bahwa tidak ada yang salah pada produk tersebut, sehingga dikatakan sebagai pelacuran intelektual. Yang terjadi kini dalam pemerintahan adalah dengan adanya kebijakan-kebijakan yang bersifat menyengsarakan rakyat, para ahli yang bersangkutan pada bidangnya masing-masing tidak melakukan apa-apa walaupun tahu pada kenyatannya bahwa kebijakan yang ada itu salah, sehingga para ahli itu dapat dikatakan sebagai pelacur intelek. Tidak kuatnya seseorang dalam mempertahankan kebenaran akan membawa keburukan bagi masyarakat luas, dikerenakan tanpa kebenaran maka yang terjadi adalah pembolak-balikkan yang menuju pada ketidak jelasan, sehingga yang terjadi adalah bergesernya nilai-nilai dalam masyarakat kearah yang negatif.

Keenam ciri ini memang berkesan menjelek-jelekkan bangsa sendiri, namun dengan ini semua diharapkan tidak menjadi suatu bentuk kebencian terhadap bangsa sendiri, melainkan sebagai cermin dalam bertindak. Walau semua penjabaran Mochtar Lubis adalah subjektif dan tidak mewakili, namun sepertinya kalau dipikirkan ada kebenaran dalam pengamatan yang telah ia lakukan. Menurut ST Sularto (dalam Kompas) pernah ketika tahun 1982 Mochtar Lubis diminta merefleksikan kembali ”manusia Indonesia”, dengan tegas ia mengatakan tidak ada perubahan. Makin parah. Andaikan permintaan itu disampaikan kembali, di saat Mochtar Lubis sudah tiada (meninggal 2 Juli 2004), niscaya ia menangis di alam baka. Bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang kerdil, bukan bangsa yang lemah, namun bangsa yang belum menunjukkan taringnya kepada dunia. Diharapkan pada masa yang akan datang manusia Indonesia menjadi bangsa yang besar, yang berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan bangsa-bangsa lain, walau sekarang sudah demikian adanya namun rasanya masih ada sebagian dari manusia-manusia Indonesia yang tidak merasakan hal yang sama. Semoga dari tulisan yang jauh dari sempurna dan membutuhkan banyak kritik ini dapat menjadi masukkan bagi saudara-saudara sebangsa dan setanah air.

————————–

Bagian ini saya kutip dari Kompasiana dari artikel yang berjudul “Ciri Manusia Indonesia: Menurut Mochtar Lubis” yang ditulis oleh Chappy Hakim.

Ciri pertama manusia Indonesia adalah hipokrit atau munafik. Di depan umum kita mengecam kehidupan seks terbuka atau setengah terbuka, tapi kita membuka tempat mandi uap, tempat pijat, dan melindungi prostitusi. Kalau ditawari sesuatu akan bilang tidak namun dalam hatinya berharap agar tawaran tadi bisa diterima. Banyak yang pura-pura alim, tapi begitu sampai di luar negeri lantas mencari nightclub dan pesan perempuan kepada bellboy hotel. Dia mengutuk dan memaki-maki korupsi, tapi dia sendiri seorang koruptor. Kemunafikan manusia Indonesia juga terlihat dari sikap asal bapak senang (ABS) dengan tujuan untuk survive.?

Ciri kedua manusia Indonesia, segan dan enggan bertanggung jawab atas perbuatannya. Atasan menggeser tanggung jawab atas kesalahan kepada bawahan dan bawahan menggeser kepada yang lebih bawah lagi. Menghadapi sikap ini, bawahan dapat cepat membela diri dengan mengatakan, ”Saya hanya melaksanakan perintah atasan.”?

Ciri ketiga manusia Indonesia berjiwa feodal. Sikap feodal dapat dilihat dalam tata cara upacara resmi kenegaraan, dalam hubungan organisasi kepegawaian. Istri komandan atau istri menteri otomatis menjadi ketua, tak peduli kurang cakap atau tak punya bakat memimpin. Akibat jiwa feodal ini, yang berkuasa tidak suka mendengar kritik dan bawahan amat segan melontarkan kritik terhadap atasan.?

Ciri keempat manusia Indonesia, masih percaya takhayul. Manusia Indonesia percaya gunung, pantai, pohon, patung, dan keris mempunyai kekuatan gaib. Percaya manusia harus mengatur hubungan khusus dengan ini semua untuk menyenangkan ”mereka” agar jangan memusuhi manusia, termasuk memberi sesajen.?”Kemudian kita membuat mantra dan semboyan baru, Tritura, Ampera, Orde Baru, the rule of law, pemberantasan korupsi, kemakmuran yang adil dan merata, insan pembangunan,” ujar Mochtar Lubis. Dia melanjutkan kritiknya, ”Sekarang kita membikin takhayul dari berbagai wujud dunia modern. Modernisasi satu takhayul baru, juga pembangunan ekonomi. Model dari negeri industri maju menjadi takhayul dan lambang baru, dengan segala mantranya yang dirumuskan dengan kenaikan GNP atau GDP.”?

Ciri kelima, manusia Indonesia artistik. Karena dekat dengan alam, manusia Indonesia hidup lebih banyak dengan naluri, dengan perasaan sensualnya, dan semua ini mengembangkan daya artistik yang dituangkan dalam ciptaan serta kerajinan artistik yang indah.?

Ciri keenam, manusia Indonesia, tidak hemat, boros, serta senang berpakaian bagus dan berpesta. Dia lebih suka tidak bekerja keras, kecuali terpaksa. Ia ingin menjadi miliuner seketika, bila perlu dengan memalsukan atau membeli gelar sarjana supaya dapat pangkat. Manusia Indonesia cenderung kurang sabar, tukang menggerutu, dan cepat dengki. Gampang senang dan bangga pada hal-hal yang hampa.?

Kita, menurut Mochtar Lubis, juga bisa kejam, mengamuk, membunuh, berkhianat, membakar, dan dengki. Sifat buruk lain adalah kita cenderung bermalas-malas akibat alam kita yang murah hati.?

Selain menelanjangi yang buruk, pendiri harian Indonesia Raya itu tak lupa mengemukakan sifat yang baik. Misalnya, masih kuatnya ikatan saling tolong. Manusia Indonesia pada dasarnya berhati lembut, suka damai, punya rasa humor, serta dapat tertawa dalam penderitaan. Manusia Indonesia juga cepat belajar dan punya otak encer serta mudah dilatih keterampilan. Selain itu, punya ikatan kekeluargaan yang mesra serta penyabar.

Dan terakhir ada juga yang mengatakan bangsa kita senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang.

—————————-

Demikian gambaran atau karakter orang Indonesia menurut Mochtar Lubis yang dikemukakan tahun 1977.

Semoga bermanfaat.

Salam,

Wahyu

Karakter yang lain? KOI 01

Posted in Ah... Indonesia ku, FILSAFAT, HUMANIORA, Kualitas Bangsa, Manusia | Dengan kaitkata: , , , , , | 5 Comments »

Bencana Alam di Indonesia 2 (Siklus)

Posted by wahyuancol pada Januari13, 2009

Bencana alam adalah fenomena yang sangat biasa bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Sepanjang tahun dapat dipastikan bencana alam itu pasti datang silih berganti. Hal itu dapat terjadi karena karakteristik Kepulauan Indonesia yang unik, yaitu karena: (1) terletak di daerah tropis, (2) terletak di antara dua samudera, (3) terletak di antara dua benua, dan (4) kondisi fisik yang berupa pulau-pulau baik besar maupun kecil dengan kondisi geomorfologi yang bervasiasi dari lahan basah di dekat pantai sampai pegunungan berlereng terjal.

Kondisi Berulang

Letak Kepulauan Indonesia di daerah tropis menyebabkan Matahari selalu berada di atasnya dan dilintasi Matahari ketika bergerak dari posisinya di belahan Bumi bagian utara ke belahan Bumi bagian selatan dan sebaliknya.

Perubahan posisi Matahari yang bergerak pulang balik tersebut di atas mempengaruhi perubahan temperatur udara di Benua Asia dan Australia yang mengapit Kepulauan Indonesia. Perubahan tersebut selalu berulang sepanjang tahun seiring dengan pergerakan Matahari yang telah disebutkan di atas. Ketika Matahari berada di belahan Bumi bagian selatan, daratan di Benua Australia lebih panas daripada daratan di Benua Asia, sehingga terjadi gerakan udara dari Benua Asia ke Benua Australia. Di kawasan Kepulauan Indonesia secara umum pada saat itu terjadi apa yang dikenal sebagai Musim Angin Barat, seperti yang sedang terjadi sekarang ini. Sebaliknya, ketika Matahari berada di belahan Bumi bagian utara, daratan Benua Asia lebih panas daripada daratan Benua Australia, sehingga terjadi gerakan angin dari Benua Australia ke Benua Asia. Di kawasan Kepulauan Indonesia secara umum pada saat itu terjadi Musim Angin Timur.

Pada saat Musim Angin Barat, di Kepulauan Indonesia juga terjadi Musim Hujan dengan curah hujan yang tinggi. Sebaliknya, pada saat Musim Angin Timur di Kepulauan Indonesia terjadi musim kering atau kemarau.

Selain kondisi yang berulang tahunan itu, ada kondisi yang berulang bulanan, yaitu kondisi pergantian antara Bulan Purnama dan Bulan Mati.

Bencana Terkait

Gelombang Tinggi

Bencana ini muncul setiap tahun berkaitan dengan musim angin yang bertiup kencang. Bencana ini terjadi di pantai-pantai yang berhadapan dengan arah datangnya angin. Bila Musim Angin Barat, maka pantai-pantai yang terbuka dari arah barat yang terkena. Demikian pula sebaliknya bila Musim Angin Timur maka pantai-pantai yang terbuka dari arah timur yang kena.

Banjir

Bencana ini muncul setiap tahun tatkala Musim Hujan tiba dengan curah hujan yang tinggi. Bencana ini melanda dataran rendah di sekitar aliran sungai atau di dataran banjir atau di pemukiman yang buruk sistem drainasenya. Di daerah pesisir, genangan banjir ini dapat saling memperkuat dengan banjir karena pasang surut. Daerah yang terkena bencana banjir ini dapat meluas dan banjir dapat makin hebat seiring dengan kerusakan di daerah aliran sungai atau kerusakan lingkungan.

Banjir Pasang Surut (Rob)

Bencana ini muncul berkaitan dengan siklus gerak bulan. Dengan demikian banjir ini berulang bulanan. Daerah yang terkena bencana ini adalah dataran pantai di daerah pesisir yang rendah atau daerah rawa-rawa pantai. Genangan banjir ini dapat diperkuat dengan banjir karena curah hujan. Jadi, banjir ini dapat terjadi lebih hebat di saat musim hujan.

Kekeringan

Bencana ini muncul setiap tahun pada saat Musim Kering atau Kemarau. Daerah-daerah yang terkena bencana ini adalah daerah-daerah yang kondisi sumberdaya air tawarnya terbatas dan bercurah hujan rendah. Daerah yang terkena bencana ini makin meluas seiring dengan terjadinya kerusakan lingkungan.

Tanah Longsor

Bencana tanah longsor atau gerakan tanah terjadi setiap tahun bertepatan dengan Musim Hujan. Daerah-daerah yang terancam oleh bencana ini adalah daerah pegunungan atau perbukitan yang berlereng terjal. Bencana ini dapat makin hebat seiring dengan meningkatnya kerusakan lingkungan di sekitarnya.

Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan dapat terjadi setiap tahun pada saat Musim Kemarau. Di Indonesia, munculnya bencana ini berkaitan erat dengan cara pembukaan lahan yang dilakukan dengan membakar. Bencana ini umumnya terjadi di Pulau Sumatera dan Kalimantan.

Siklus Bencana

Bila kita cermati waktu-waktu terjadinya bencana alam tersebut di atas, maka kita dapat menggambarkan suatu siklus bencana alam di Indonesia dalam periode satu tahun. Siklus itu berjalan sesuai dengan berjalannya perubahan musim yang disebabkan oleh perjalanan Matahari berpindah dari langit belahan Bumi bagian utara ke selatan atau sebaliknya.

Penutup

Sebagai penutup dapat kita katakan bahwa ada bencana alam yang terjadi berulang di Indonesia setiap tahun. Kita dapat memperkirakan rentang waktu terjadinya, dan kawasan yang akan mengalami bencana itu. Menghadapi bencana-bencana itu, pemetaan daerah-daerah yang mungkin terkena bencana-bencana itu merupakan salah satu langkah yang penting.

Semoga bermanfaat.

WBS

Salam,

Wahyu

Bencana Alam di Indonesia 1

Bencana Alam di Indonesia 3

Bencana Alam di Indonesia 4

Posted in PROSES (BENCANA) ALAM | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , | 3 Comments »

MBG: Banjir Luapan Sungai

Posted by wahyuancol pada Juni6, 2008

Banjir luapan sungai adalah banjir yang terjadi karena aliran sunga memiliki debit di atas normal sehingga air sungai melimpah keluar dari saluran sungai. Aliran sungai dikatakan normal apabila aliran sungai itu terbatas di bawah tebing saluran sungai. Daerah di sekitar aliran sungai besar umumnya adalah dataran banjir yang terbentuk oleh sistem fluvial yang mengakomodasi debit aliran sungai yang besar dan jarang terjadi (Cooke dan Doornkamp, 1977). Di daerah hilir dari suatu sistem aliran sungai, dataran banjir dapat juga berupa dataran pantai.

4.5.1. Pencetus

Banjir tipe ini disebabkan oleh debit liran sungai di atas normal akibat curah hujan yang tinggi di Daerah Aliran Sungai (DAS).

4.5.2. Karakter kedatangan atau kejadian

Menurut Cooke dan Doornkamp (1977), karakteristik banjir tipe ini ditentukan oleh tiga hal, yaitu fenomena transien (misalnya curah hujan atau es yang mencair), karakter cekungan DAS, dan tataguna lahan. Disebutkan pula bahwa hal yang penting dari banjir tipe ini adalah sifatnya yang berulang (episodik) dan karakter “discharge”.

Curah hujan yang tinggi adalah faktor penyebab yang utama. Oleh karena itu, banjir ini hanya datang di musim hujan. Kejadiannya diawali oleh curah hujan yang tinggi dalam waktu yang cukup lama.

4.5.3. Prediktabilitas

Kejadian banjir ini dapat diprediksi berdasarkan pada karakter curah hujan dalam setahun dan karakter DAS. Secara kasar dapat dikatakan bahwa banjir ini akan terjadi di musim hujan. Cepatnya kedatangan dan lamanya genangan dapat diprediksi dari karakter DAS dan sejarah banjir yang pernah terjadi. Dalam rangka memprediksi kejadian banjir ini, informasi prediksi curah hujan dari BMG perlu diperhatikan. BMG sedang membangun website tentang klimatologi yang berisi prediksi curah hujan dan banjir (Gambar 10).

4.5.4. Durasi

Lamanya banjir ditentukan oleh tingginya curah hujan dan lamanya hujan, serta karakter cekungan DAS. Karakter DAS menentukan lamanya genangan banjir.

4.5.5. Areal terganggu

Areal yang tergenang oleh banjir ini adalah dataran banjir di sekitar muara sungai. Luasnya areal genangan ditentukan oleh karakter aliran sungai atau luas dataran banjirnya dan besarnya debit banjir. Selain itu, untuk daerah-daerah dekat pantai, kondisi pasang-surut yang ada pada waktu banjir terjadi mempengaruhi hebatnya banjir ini.

4.5.6. Aktifitas mitigasi

Selain informasi peringatan dini, memetakan daerah rawan banjir adalah upaya mitigasi bencana yang penting. Dengan peringatan dini penduduk dapat mengungsi sebelum banjir melanda, sedang dengan peta daerah rawan banjir diharapkan penduduk dapat memilih lokasi pemukiman yang aman dan pemerintah dapat merencanakan pengembangan wilayah dengan baik dan membangun di lokasi-lokasi yang aman.

Di depan disebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi karakter banjir adalah tataguna lahan di dalam cekungan DAS. Oleh karena itu, perubahan-perubahan kondisi lingkungan fisik yang berupa perubahan tataguna lahan di dalam suatu DAS perlu dipantau terus menerus, karena perubahan lingkungan itu dapat mempengaruhi kondisi banjir. Karena perubahan kondisi tataguna lahan di dalam suatu DAS, daerah yang semula bebas banjir dapat berubah menjadi daerah banjir.

Untuk daerah-daerah dekat pantai, kondisi pasang surut perlu diperhatikan karena meningkatnya debit banjir yang bertepatan dengan kondisi laut pasang dapat memperhebat banjir yang terjadi.

Kambali

Posted in Banjir, PROSES (BENCANA) ALAM | Dengan kaitkata: , , , , , | 1 Comment »

MBG: Erosi Pantai

Posted by wahyuancol pada Juni5, 2008

Erosi pantai adalah proses terkikisnya material penyusun pantai oleh gelombang dan material hasil kikisan itu terangkut ke tempat lain oleh arus. Dari sudut pandang keseimbangan interaksi antara kekuatan-kekuatan asal darat dan kekuatan-kekuatan asal laut, erosi pantai terjadi karena kekuatan-kekuatan asal laut lebih kuat daripada kekuatan-kekuatan asal darat.

4.3.1. Pencetus

Aktifitas gelombang di pantai adalah faktor utama yang aktif menyebabkan erosi pantai. Dengan demikian, tiupan angin menjadi faktor penting yang menentukan terjadi atau tidaknya erosi pantai di tempat-tempat atau segmen-segmen pantai tertentu dan pada musim-musim tertentu. Arah angin menentukan segmen-segmen pantai yang akan tererosi, sedang kecepatan angin dan “fetch” menentukan kekuatan gelombang yang terbentuk dan memukul ke pantai.

Arus dekat pantai menentukan arah pergerakan muatan sedimen di sepanjang pantai. Arus itu memindahkan muatan sedimen dari satu tempat ke tempat lain di sepanjang pantai atau membawa muatan sedimen dari satu sel pantai ke sel pantai yang lain atau membawa muatan sedimen keluar ke perairan lepas pantai. Pola arus dekat pantai perkembangannya ditentukan oleh gelombang yang bergerak menghampiri pantai. Dengan demikian, faktor angin juga secara tidak langsung mempengaruhi transportasi muatan sedimen.

4.3.2. Karakter kedatangan atau kejadian

Erosi pantai berlangsung perlahan dan menerus. Laju erosi pantai ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain orientasi garis pantai, konfigurasi garis pantai, batuan penyusun pantai, arah dan kecepatan angin, serta aktifitas manusia. Dalam satu siklus musim, erosi pantai yang paling efektif atau laju erosi yang tinggi terjadi pada saat angin kencang bertiup dengan arah tegak lurus atau menyerong terhadap orientasi garis pantai. Di Indonesia, erosi yang efektif terjadi pada saat musim barat dan musim timur. Selain itu laju erosi dapat mengalami perlambatan bila konfigurasi garis pantai mencapai kondisi keseimbangan tertentu dimana energi gelombang tidak dapat menggerus lagi material penyusun pantai atau transportasi muatan sedimen yang masuk dan keluar dalam satu siklus musim sama volumenya. Pada prinsipnya erosi pantai pantai di suatu segmen pantai tertentu tidak dapat dihentikan sebelum kondisi keseimbangan tersebut tercapai. Dengan kata lain, erosi pantai akan terus berlangsung selama kondisi keseimbangan konfigurasi garis pantai belum tercapai.

4.3.3. Prediktabilitas

Erosi pantai dapat diprediksi kejadiannya berdasarkan pada pola arah angin dan kecepatan angin yang terdapat disuatu kawasan, orientasi garis pantai, konfigurasi garis pantai, dan material penyusun pantai. Tempat atau lokasi erosi terjadi tetap sepanjang waktu, dan waktu erosi berlangsung pun tetap pada musim-musim tertentu. Prediksi arah tiupan angin dan kecepatannya (Gambar 8) dan arah angin dan tinggi gelombang yang ditimbulkannya (Gambar 9) dipublikasikan oleh BMG.

4.3.4. Durasi

Dalam skala waktu besar, jangka panjang, erosi pantai berlangsung terus menerus sampai kondisi keseimbangan konfigurasi garis pantai tercapai atau keseimbangan berubah karena perubahan kondisi lingkungan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam jangka pendek, temporer, erosi pantai terjadi pada saat musim angin tertentu berlaku, dan berhenti ketika musim berganti.

4.3.5. Areal terganggu

Ketika erosi pantai berlangsung, erosi hanya mengenai garis pantai dari segmen pantai yang tererosi. Laju erosi yang terjadi menentukan berapa lebar lahan tepi pantai yang hilang tererosi dalam suatu jangka waktu tertentu. Untuk jangka panjang, membicarakan masalah erosi yang terjadi di suatu segmen pantai berarti membicarakan kemungkinan luas lahan pantai yang akan hilang pada suatu periode waktu tertentu. Dengan kata lain, berbicara masalah erosi untuk jangka panjang berarti membicarakan lahan pantai yang terancam hilang oleh erosi.

4.3.6. Aktifitas mitigasi

Di depan telah disebutkan bahwa pada dasarnya erosi pantai tidak dapat dihentikan. Oleh karena itu, aktifitas mitigasi bencana erosi hanya dapat memperlambat laju erosi dan mencegah terjadinya kerugian materil karena erosi.

Upaya untuk memperlambat laju erosi dapat dilakukan dengan membangun bangunan teknik di pantai untuk memperkuat garis pantai, dan menangkap sedimen (metode teknik pantai), atau untuk mempertahankan konfigurasi pantai yang dapat menstabilkan garis pantai seperti memperkuat “headland” (metode geomorfologi); mengatur penggunaan lahan atau membuat zonasi penggunaan lahan tepi pantai agar tidak terdapat aktifitas manusia yang memperlemah batuan penyusun pantai (metode tataguna lahan).

Upaya untuk mencegah terjadinya kerugian materi dapat dimulai dengan memetakan segmen-segmen pantai yang rentan terhadap erosi dan membuat zonasi ancaman bahaya erosi. Dengan zonasi itu diharapkan penduduk dapat memilih lokasi yang aman untuk membangun rumah atau melakukan berbagai aktifitas, dan pemerintah dapat memilih lokasi aman untuk membangun berbagai infrastruktur.

Kembali

Posted in Erosi, PROSES (BENCANA) ALAM | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , , | 2 Comments »

MBG: Aktifitas Mitigasi dan Karakter Bencana

Posted by wahyuancol pada Juni4, 2008

Aktifitas mitigasi bencana sesungguhnya adalah upaya untuk mengeliminasi atau mengurangi kemungkinan terjadinya bencana, atau mengurangi efek dari bencana yang tidak dapat dicegah kejadiannya (Warfield, tanpa tahun). Selanjutnya disebutkan bahwa efektifitas tindakan mitigasi bencana tergantung pada ketersediaan informasi tentang bencana, resiko keadaan darurat (emergency risks), dan tindakan tanggapan (counter measures) yang diambil. Dengan demikian, fase mitigasi mencakup pembentukan kebijakan publik dan rencana memodifikasi penyebab bencana atau memitigasi efek bencana atas manusia, harta benda dan infra struktur.

Dalam kaitannya dengan upaya untuk mengeliminasi atau mengurangi terjadinya bencana, mamahami karakter dari suatu bencana adalah sangat penting, karena pengetahuan akan karakter bencana yang akan terjadi merupakan hal yang menjadi dasar bagi penentuan tindakan-tindakan pencegahan atau tindakan tanggapan yang perlu dilakukan terhadap suatu bencana. Hal ini menunjukkan bahwa mengetahui atau memahami dengan baik karakteristik dari suatu bencana geologi merupakan langkah awal yang mendasar dalam kegiatan mitigasi bencana.

Agar tindakan mitigasi bencana dapat efektif, berbagai hal yang perlu diketahui dari suatu jenis bencana geologi adalah:

1) Pencetus Utama, yaitu adalah proses, kondisi atau kejadian yang menyebabkan terjadinya suatu bencana. Faktor pencetus atau penyebab terjadinya bencana berbeda antara satu jenis bencana geologi dengan jenis bencana geologi lainnya. Faktor ini pebnting diketahui karena memberikan gambaran tentang berbagai karakter lainnya dari suatu jenis bencana geologi terkait, seperti karakter kedatangan atau kejadian bencana, prediktabilitas kejadian bencana, durasi berlangsungnya bencana, dan luas areal yang terkena bencana.

2) Sifat Kedatangan atau Kejadian, yaitu kondisi waktu yang berkaitan dengan munculnya suatu bencana, seperti cepat dan tiba-tiba, atau perlahan-lahan; terus menerus, periodik atau tidak menentu; musiman atau tidak terkait dengan waktu tertentu. Berbagai sifat ata karakter kedatangan atau kejadian bencana ini berkaitan erat dengan karakter faktor pencetus atau agen yang bekerja (working agents). Misalnya, erosi pantai yang disebabkan oleh gelombang laut sifat kedatangan atau kejadiannya berbeda dengan tsunami, karena meskipun sama-sama gelombang laut tetapi karakternya berbeda. Erosi pantai datang atau terjadi perlahan-lahan, sedang tsunami datang cepat dan tiba-tiba.

3) Prediktabilitas, yaitu bisa atau tidaknya suatu kejadian bencana diperkirakan kedatangan atau kejadiannya. Hal ini sangat penting karena menentukan keselamatan jiwa dan harta benda. Apabila kedatang atau kejadian suatu bencana dapat diprediksi atau diperkirakan, maka kita dapat menghindar dari bencana itu. Prediktabilitas suatu bencana ini berkaitan erat dengan karakter faktor-faktor pencetus atau agen-agen yang bekerja. Sebagai contoh, kalau erosi pantai terjadi karena gelombang laut, sedang gelombang laut kejadiannya berkaitan dengan tiupan angin dan terjadinya tiupan angin berkaitan dengan musim tertentu, maka kita dapat memperkirakan waktu dan lokasi terjadinya erosi pantai. Apabila kita telah mengetahui daerah-daerah yang akan tererosi, tentu kita dapat menghindari tempat-tempat itu sebagai pemukiman atau aktifitas lainnya yang permanen, atau menentukan langkah antisipasi bila telah terlanjut berada di daerah tersebut.

4) Durasi, yaitu lamanya berlangsung suatu peristiwa bencana. Durasi dapat berlangsung dalam hitungan menit, jam, hari, bulan atau tahun. Contohnya, tsunami berlangsung hanya beberapa menit, banjir pasang-surut berlangsung dalam beberapa jam, erosi pantai berlangsung terus menerus sepanjang waktu atau tahunan. Faktor durasi ini ditentukan oleh faktor pencetus bencana dan karakter agen yang bekerja.

5) Areal Terganggu, yaitu luas areal yang akan terkena bencana bila bencana itu benar-benar terjadi. Faktor ini menentukan besarnya kerugian material yang mungkin ditimbulkan oleh suatu bencana. Makin luas areal yang terganggu maka makin banyak pula harta benda yang mungkin rusak. Dengan mengetahui luas areal yang mungkin terganggu atau terkena bencana, maka kita dapat menentukan batas kawasan atau daerah aman yang tidak terjangkau bencana. Faktor ini ditentukan oleh karakter agen atau proses yang bekerja dan kondisi fisik daerah pesisir. Sebagai contoh, tsunami dapat merusak daerah yang sangat luas dan jauh sampai pedalaman di kawasan pesisir bermorfologi datar dan rendah sebagaimana yang terjadi di Banda Aceh, sedang untuk pantai bertebing atau berlereng terjal, gelombang tsunami hanya sampai di tebing itu.

Kembali

Posted in PROSES (BENCANA) ALAM | Dengan kaitkata: , , | 2 Comments »