Analisis megaskopis terhadap batuan adalah pengamatan terhadap batuan yang dilakukan terhadap sampel genggaman atau singkapan di lapangan dengan menggunakan mata telanjang atau dengan bantuan lensa pembesar.
Klasifikasi batuan sederhana yang saya posting sebelumnya sebenarnya adalah klasifikasi batuan untuk analisis megaskopis.
Dengan analisis megaskopis kita dapat menentukan jenis dan nama batuan. Faktor kunci yang diperlukan adalah (1) pemahaman tentang karakteristik dari setiap jenis batuan sehingga mampu membedakan antara batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorfik, (2) kemampuan mengidentifikasi mineral-mineral utama penyusun batuan atau komponen lainnya sehingga mampu menyebutkan komposisi batuan, (3) kemampuan mengenal berbagai macam tekstur atau struktur dari setiap jenis batuan.
Batuan Beku
Batuan beku secara umum dapat kita bedakan dengan mudah dari warna dan ukuran butir kristal mineral penyusunnya.
Warna batuan: dapat dibedakan menjadi kelompok batuan berwarna cerah, abu-abu, gelap (hitam dan hijau). Warna batuan mencerminkan komposisi mineral penyusunnya. Selanjutnya lihat klafikasi sederhana.
Ukuran butir mineral: dapat dibedakan menjadi kasar (fanerik kasar), halus (fanerik halus) dan sangat halus (afanitis).
Kelompok batuan yang berbutir kasar sampai medium: granit, diorit, gabro; berbutir halus sampai afanitik: riolit, andesit, basalt.
Kelompok batuan ultramafik mineral penyusunnya berukuran butir sangat besar.
Mineral-mineral penyusun batuan yang umum kita jumpai menyusun batuan beku adalah kuarsa, feldspar, biotit, hornblende, piroksin, olivin.
Kuarsa: bening-putih seperti kaca.
Feldspar: putih sampai abu-abu, kilat kaca sampai agak suram.
Biotit: hitam, kilat kaca.
Hornblende: hitam, kilat kaca, memanjang.
Piroksin: hitam, kilat kaca, tampak endek.
Olivin: berwarna hijau, kilat kaca.
Tekstur batuan beku menggambarkan tingkat kristalisasi batuan yang terekspresikan dalam bentuk ukuran butir mineral penyusunnya. Secara megaskopis kita dapat membedakan tekstur ekuigranular (butiran relatif berukuran seragam), porfiritik (terdapat butiran yang lebih kasar atau fenokris di antara butiran yang lebih halus yang lebih banyak atau massa dasar), dan afanitik (butiran tak dapat dibedakan secara megaskopis).
Struktur batuan beku memperlihatkan adanya kenampakan tanda-tanda yang menunjukkan proses yang terjadi ketika pembekuan berlangsung. Bila batuan tampak homogen, dikatakan berstruktur masif; bila tampak ada kesan orientasi tertentu dari butiran mineral atau lubang, dikatakan berstruktur aliran atau fluidal yang menunjukkan bahwa magma mengalir ketika pembekuan berlangsung.
Batuan Sedimen
Batuan sedimen dapat dikenal dengan dari bentuk dan ukuran butir komponen penyusunnya dan komposisi. Secara umum butiran batuan sedimen mengesankan adanya mekanisme transportasi yang terlihat dari butirannya yang terkesan mengalami penggerusan. Setiap butiran komponen penyusunnya tampak benar-benar terpisah satu sama lain dengan kata lain tidak ada kesan tumbuh bersama. Hubungan antar butiran penyusunnya juga mengesankan kehadiran melalui bantuan media traspotasi yang terlihat dari butiran yang benar-benar terpisah satu sama lain. Keadaan ini berbeda dengan batuan beku atau batuan metamorf. Pada kedua jenis batuan tersebut butiran mineral penyusunnya dapat saling mengunci karena tumbuh atau terbentuk di dalam lingkungan yang relatif sama dan berdampingan dengan kontak fisik.
Kenampakan berlapis yang jelas batas perlapisannya secara fisik menjadi ciri umum batuan sedimen. Perlapisan dapat terjadi karena perbedaan ukuran butir yang tegas, dan setiap unit lapisan terpisah secara fisik.
Komponen penyusun batuan sedimen dapat berupa mineral, dan dapat pula fragmen cangkang, fragmen tumbuhan atau fragmen batuan lain. Semua komponen berupa fragmen tersebut bila ada akan dapat kita kenal dengan mudah. Untuk komponen berupa mineral, mungkin sulit mengenal jenis mineralnya, tetapi kita dapat kita kenal dari sifat fisiknya seperti mineral lempung yang lunak. Mineral-mineral kristalin umunya terasa seperti butiran pasir.
Ukuran butiran sangat bervariasi, yang dalam pengertian sehari-hari dapat berukuran butir mulai dari sangat halus seperti bedak; berukuran pasir seperti pasir yang dipergunanan oleh tukang bangunan untuk membuat pasangan tembok; kerikil yang berukuran gotri, kelereng, bola pingpon, bola tenis dan seterus nya sampai bola basket yang kita kenal sebagai bongkahan batu. Keadaan ini berbeda dari batuan beku atau metamorf yang ukuran butirannya secara umum berada dalam kisaran beberapa milimeter. Di dalam batuan beku mungkin dijumpai mineral yang berukuran mencapai 1 senti meter, tetapi itu untuk kondisi khusus yang jarang.
Apabila kita menjumpai batuan sedimen atau mengamati sampel batuan sedimen, maka bila kita meraba permukaannya akan terasa permukaan yang kasar seperti amplas. Bila batuan itu lunak, dapat terasa permukaan yang halus. Bila butirannya mudah lepas maka kita dapat mengerusnya dengan kuku dan melepaskan butirannya. Kita tidak pernah menjumpai kondisi batuan yang lunak dan mudah digerus kuku pada batuan beku. Pada batuan metamorfik, kondisi batuan yang butirannya mudah dilepas atau lunak juga sangat jarang.
Batuan sedimen yang umum dijumpai adalah batu pasir yang butirannya berukuran pasir; batulempung yang berbutir halus dan menjadi liat bila basah; batu lanau bila berbutir halus tetapi terasa seperti ampelas.
Apabila ada fragmen di dalam batuan sedimen, maka kita akan dengan mudah mengenalnya apakah itu fragmen batuan, fragmen hewan yang umumnya berupa cangkang, atau fragmen kayu.
Batuan Metamorfik
Batuan metamorfik mudah dikenal dari mineral penyusunnya yang kristalin dan umumnya berbentuk lempengan, memanjang atau pipih. Pada satu sampel batuan, sering kita melihat kesan penjajaran di satu sisi dan kesan berbutir di sisi yang lain yang tegak lurus dengannya.
Batuan metamorf mudah dibedakan dari komponen penyusunnya dan kenampakan fisiknya. Sering batuan metamorfik memiliki kenampakan seperti batuan beku, tetapi kita dapat membedakannya dari batuan beku dari kehadiran mineral-mineral pipih atau mika dan adanya kenampakan butiran yang terorientasi.
Kehadiran mineral pipih yang banyak kadang membuat batuan metamorfik tampak seperti tersusun oleh lempengan mineral yang mudah dipisahkan seperti lembaran kertas. Sementara kehadirn mika sering memberi kenampakan berkilat pada permukaan batuan.
Perlu kita ingat bahwa faktor temperatur dan tekanan adalah dua hal penting dalam pembentukan batuan metamorfik. Faktor tekanan itulah yang menimbulkan penjajaran mineral di dalam batuan metamorfik. Kehadiran mineral mika merupakan indikator penting yang membedakan batuan metamorfik dari batuan beku, dan menentukan tingkat metamorfime yang dialami batuan metamorfik.
Demikian uraian singkat tentang pengenalan batuan secara megaskopis.
Semoga bermanfaat.
Salam,
Wahyu