Kepulauan Indonesia

Cerita dari, untuk dan tentang Kepulauan Indonesia beserta Penghuni dan Penduduknya

Posts Tagged ‘Banjir’

Banjir 24 Oktober 2016 di Pasteur (Dataran Tinggi, Cekungan Bandung) Bandung

Posted by wahyuancol pada Oktober29, 2016

Kota Bandung berada di kawasan dataran tinggi Bandung. Secara fisik, kawasan tersebut merupakan suatu cekungan yang dikelilingi oleh gunung-gunung dan di kenal sebagai Cekungan Bandung. Cekungan Bandung, secara administratif merupakan bagian dari Kabupaten Bandung, Bandung Barat dan Sumedang, serta Kota Bandung dan Cimahi. Sejarah geologi kawasan tersebut menunjukkan bahwa cekungan tersebut sebelumnya adalah sebuah danau. Danau antar gunung (Gambar 1). Di dalam cekungan tersebut diendapkan endapan danau. Pada tahun 2005, penduduk yang mendiami Cekungan Bandung mencapai lebih dari 7 juta jiwa (Abidin et al., 2009).

001-cekungan-bandung

Gambar 1. Topografi kawasan Cekungan Bandung dan sekitarnya (Gumilar et al., 2015).

Sesuai dengan karakter fisik lingkungannya itu, maka adalah wajar bila banjir rutin melanda kawasan yang rendah dari Kota Bandung yang merupakan bagian yang paling rendah dari cekungan tersebut. Keadaan tersebut diperparah oleh terjadinya penurunan permukaan tanah (Gumilar et al., 2014).

Pada hari Senin tanggal 24 Oktober 2016, terjadi banjir yang “tidak biasa” di Kota Bandung setelah hujan deras turun sangat lama. Banjir terjadi di kawasan Pasteur yang berada di bagian yang tinggi dari Kota Bandung. Aliran air yang sangat deras mengalir di jalan Pasteur, melanda dan menghanyutkan segala sesuatu yang ada di jalan tersebut, termasuk mobil.

Pertanyaannya adalah mengapa bisa demikian? Apa yang salah dengan tata air di kawasan itu?

Secara sederhana, bila hujan turun ke permukaan Bumi (presipitasi = P), maka air hujan akan mengalami penguapan (evaporasi = E) dan meresap masuk ke dalam tanah (infiltrasi = I). Apabila volume air hujan yang jatuh ke Bumi lebih kecil daripada volume air yang mengusap dan meresap ke dalam tanah, maka air hujan itu akan habis dan tidak ada air yang mengalis di permukaan Bumi. Sebaliknya, apabila volume air hujan yang jatuh ke Bumi itu lebih besar daripada air yang menguap ke udara dan meresap ke dalam tanah, maka terjadilah kelebihan air di permukaan Bumi yang mengalir sebagai aliran air di permukaan Bumi.

Pada mulanya, aliran air di permukaan Bumi bergerak bebas menuruni lereng. Kemudian aliran air itu bergabung satu sama lain dan akhirnya membentuk tali air. Tali air itu kemudian berkembang menjadi alur-alur, alur-alur bergabung dan akhirnya menjadi sungai. Semua itu merupakan satu sistem aliran air permukaan.

Di kawasan perkotaan, sistem aliran air tersebut terganti oleh sistem drainase kota. Air hujan yang turun di kawasan perkotaan akan masuk ke dalam sistem drainase kota, dan kemudian dialirkan ke sungai-sungai yang mengalir melintasi kota.

Di daeah yang masih alamiah, ketika musim hujan, curah hujan tinggi, maka kita akan melihat aliran air yang besar debitnya di sungai-sungai. Hal itu karena banyaknya air permukaan yang masuk ke dalam alur-alur sungai. Apabila terjadi curah hujan yang sangat tinggi, aliran permukaan menjadi sangat banyak maka alur sungai tidak dapat menampung volume air yang masuk. Air meluap keluar, dan kita mengenalnya sebagai banjir. Luapan air sungai ini biasanya terjadi di daerah hilir dan terjadi karena sungai utama tidak mampu menampung air yang masuk dari cabang-cabangnya dari daerah hulu.

Di daerah perkotaan, sebelum air hujan masuk ke aliran sungai, air terlebih dahulu masuk ke sistem drainase kota. Pengelolaan sistem drainase yang buruk bisa menyebabkan aliran air permukaan tidak dapat masuk ke dalam sistem saluran air. Atau, sistem saluran air yang dibuat terlalu sempit  sehingga air meluap. Apabila air hujan gagal masuk ke dalam sistem drainase kota, maka air akan bergerak liar dan mengalir masuk ke jalan-jalan karena jalanlah yang kondisinya memberi kemudahan bagi air untuk mengalir. Banjir seperti inilah ke kemaren itu terjadi di Kota Bandung.

Jadi, sebagai kesimpulan, banjir yang terjadi pada tanggal 24 Oktober 2016 di Kota Bandung itu, selain karena angka curah hujan yang tinggi, juga karena buruknya sistem drainase kota tersebut. Curah hujan yang tinggi menyebabkan tingginya debit aliran air permukaan. Buruknya sistem drainase menyebabkan debit aliran air permukaan yang tinggi itu tidak dapat masuk mengalir di dalam saluran air sehingga air mengalir di jalan raya.

Dalam skala yang lebih kecil, kasus seperti ini juga terjadi di Desa Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang di dekat Kampus Universitas Negeri Semarang. Apabila hujan lebat terjadi dalam waktu cukup lama, maka jalan utama yang di desa itu yang melintasi kampus UNNES menjadi seperti sungai.

Salam,

WBS

Posted in Banjir, FENOMENA ALAM, HIDROSFER, HUMANIORA, Manusia dan Alam, PROSES (BENCANA) ALAM, Sungai | Dengan kaitkata: , , , , | Leave a Comment »

Karakter Efek Bencana Alam

Posted by wahyuancol pada Februari14, 2014

Setelah lebih dari 5 bulan didera oleh erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara, kini kembali kita didera oleh erupsi gunungapi. Gunung Kelud menjelang tengah malam menyemburkan abu volkanik yang dampaknya dirasakan sampai ke berbagai wilayah di Jawa Timur dan Tengah. Di antara dua peristiwa erupsi itu, terjadi banjir yang melanda di berbagai kawasan di Indonesia yang di selangi oleh tanah longsor.

Sekarang mari kita lihat karakter efek yang merugikan dari berbagai bencana alam yang mungkin terjadi di Indonesia.

Erupsi Gunungapi

Skala:

    • Dampak langsung  erupsi gunungapi bisa berskala lokal sampai global. Hal itu tergantung pada tipe erupsinya.
    • Bila hanya erupsi guguran lava atau aliran lahar, maka dampaknya sangat lokal.
    • Bila erupsinya erupsi letusan yang kuat dan menyemburkan material volkanik tinggi ke angkasa, maka dampaknya bisa bersifat global, karena mengganggu atmosfer.

Waktu dan Lokasi Kejadian:

    • Berkaitan dengan peristiwa erupsi gunungapi.
    • Durasi atau lama kejadian tidak dapat diprediksi; bisa sampai tahunan
    • Skala kejadian tidak dapat diprediksi.
    • Waktu kejadian sampai tahap tertentu dapat diperkirakan berdasarkan karakter erupsi gunungapi dengan keakuratan sekitar 50%.
    • Tempat kejadian di sekitar tubuh gunungapi atau di kawasan bergunungapi.

Sifat Kejadian:

    • Kejadian diawali dengan peristiwa erupsi gunungapi (tidak mendadak). Dengan sifat kejadian seperti ini seharusnya erupsi gunungapi tidak menimbulkan korban jiwa. Korban jiwa dapat terjadi karena kegagalan sistem peringatan dini, kesalahan prediksi skala erupsi, atau korban tidak mau mengikuti perintah untuk mengungsi.

Efek terhadap lahan:

    • Lahan bisa rusak, tetapi sifatnya sementara.
    • Setelah erupsi berakhir, lahan dapat dimanfaatkan kembali.
    • Setelah beberapa tahun, lahan pertanian menjadi subur.

Efek terhadap harta benda:

    • Harta benda bisa rusak atau hilang secara permanen.

Efek kematian:

    • Bisa mematikan bila terkena erupsi langsung seperti awan panas.
    • Bisa mematikan secara tidak langsung seperti karena terkena bangunan yang ambruk.

Efek lanjutan:

    • Bila atmosfer terganggu karena debu volkanik, maka dapat menyebabkan gangguan cuaca dan penerbangan (dampak negatif meluas menjadi berskala internasional).
    • Kawasan gunung adalah lahan yang subur sehingga berkembang menjadi daerah pertanian, dengan demikian, erupsi gunungapi dapat mengganggu produksi pertanian.

Banjir

Skala:

    • Dampak langsung berskala lokal di suatu kawasan tertentu (Gambar B-1).
Raub pula dinaiki air, amaran peningkatan air di Kuantan tengah malam ini

Gambar B-1. Banjir yang merendam kawasan pemukiman. Sumber foto: Yahoo. Bila air banjir pergi, lahan tidak hilang, rumah masih berada di tempatnya dan bisa dipakai kembali. Kerusakan hanya terjadi pada harta benda yang terendam air. Dapat menyebabkan kematian dengan angka kematian yang sangat rendah (beberapa orang).

 Waktu dan Lokasi Kejadian:

    • Pada musim hujan.
    • Di dataran rendah dan  lahan basah.
    • Tempat kejadian berasosiasi dengan aliran sungai.

Sifat Kejadian:

    • Kejadian diawali oleh terjadinya curah hujan yang tinggi (tidak mendadak). Dengan sifat kejadian seperti ini seharusnya banjir tidak menimbulkan korban jiwa. Korban jiwa dapat terjadi karena korban terlambat mengungsi atau tidak mau mengungsi ketika air banjir mulai menginggi.

Efek terhadap lahan:

    • Lahan dapat rusak karena erosi oleh air banjir yang mengalir. Terutama di daerah yang berada di sekitar alur sungai.
    • Genangan banjir menghasilkan endapan. Setelah beberapa waktu lahan pertanian, khususnya persawahan,  menjadi subuh.
    • Lahan yang dilanda banjir, setelah banjir berlalu, dapat dipakai kembali.

Efek terhadap harta benda:

    • Bila tersapu aliran air banjir harta benda dapat rusak atau hilang permanen.
    • Bila hanya digenangi air banjir, beberapa jenis benda dapat dipakai kembali.

Efek kematian:

    • Dapat menyebabkan kematian bila hanyut oleh air banjir.

Efek lanjutan:

    • Dapat menyebabkan munculnya berbagai jenis penyakit yang berhubungan dengan air.
    • Bila yang terkena banjir adalah kawasan industri, maka dapat mempengaruhi kegiatan industri dan memberi dampak ekonomi berskala internasional.
    • Penduduk yang rumahnya terkena banjir lebih cenderung untuk bertahan di rumah mereka masing-masing dengan alasan untuk menjaga harta benda.

Gerakan Tanah

Skala:

    • Secara spasial, gerakan tanah dapat berskala sangat kecil yang hanya melanda daerah tertentu yang relatif sangat sempit seperti tebing jalan (Gambar GT-1), sampai skala yang cukup besar untuk menghilangkan sebuah dusun (Gambar GT-2).
Warga dan petugas berupaya membersihkan tanah longsor yang menutup jalur Solo-Selo-Borobudur di wilayah Kecamatan Cepogo, Boyolali, yaitu di tikungan Irung Petruk, Jumat (15/2/2013). (JIBI/SOLOPOS/Septhia Ryanthie)

Gambar GT-1. Longsor berskala kecil di tebing jalan yang menutup sebagian badan jalan. Sumber foto: SOLORAYA, 15 Februari 2013.

 

Gambar GT-2. Gerakan tanah yang berskala cukup besar untuk menghilangkan sebuah dusun di Banjarnegara. Perhatikan perubahan kondisi lahan yang terjadi karena gerakan tanah tipe longsor ini. Longsor 12 Desember 2014. Sumber foto: Kantor Berita Antara. Karena gerakan tanah ini, terjadi kehilangan total lahan, rumah maupun harta benda; dan dapat menyebabkan kematian dengan angka kematian relatif rendah (bisa mencapai angka seratusan).

Waku dan Lokasi Kejadian:

    • Di musim hujan.
    • Di daerah pegunungan atau perbukitan berlerang terjal atau curam.

Sifat Kejadian:

    • Untuk daerah yang telah dinilai rawan longsor, masuknya musim hujan menjadi indikasi awal. Karena kemungkinan terjadinya longsor kecil, maka indikasi ini sering diabaikan.
    • Indikasi lain adalah munculnya retakan di daerah yang akan longsor. Tetapi indikasi ini sering tidak terlihat karena lokasinya di tempat-tempat yang jarang dikunjungi orang seperti di lereng-lereng perbukitan, di hutan, atau di kebun atau sawah.
    • Karena kurang waspada terhadap indikasi terjadinya longsor, maka dirasakan longsor terjadi tiba-tiba, dan menimbulkan korban jiwa.
    • Peristiwa longsor dapat terjadi kapan pun dalan 24 jam ketika musim hujan.

Efek terhadap lahan:

    • Untuk gerakan tanah tipe longsor, lahan yang terkena gerakan tanah dapat hilang permanen dan tidak dapat dipakai lagi (lihat Gambar 2).
    • Untuk gerakan tanah tipe rayapan tanah, lahan yang terkena masih dapat dipakai secara terbatas.

Efek terhadap harta benda:

    • Untuk tipe longsor, harta benda dapat rusak permanen (lihat Gambar 2).

Efek kematian:

    • Dapat menyebabkan kematian bila tertimbun material longsoran (lihat Gambar 2).

Efek lanjutan:

    • Orang yang rumahnya terkena longsor, dapat kehilangan lahan dan harta secara permanen. Mereka perlu lokasi pemukiman yang baru dan harta benda yang baru untuk mengganti harta benda mereka yang hilang.
    • Peristiwa gerakan tanah dapat merusak jaringan jalan di daerah pegunungan atau perbukitan sehingga menyebabkan gangguan transportasi bagi daerah sekitarnya.

Tsunami

Skala:

    • Dapat berskala kecil (lokal) dan regional dan lintas samudera.

Waktu dan Lokasi Kejadian:

    • Waktu kejadian tidak dapat diperkirakan. Bisa terjadi kapan pun.
    • Daerah yang terkena adalah daerah rendah di kawasan pesisir yang menghadap langsung lokasi yang berpotensi sebagai daerah pembangkit gelombang tsunami, yaitu zona penunjaman lempeng kerak Bumi atau gunungapi yang berada di laut.

Sifat Kejadian:

    • Diawali oleh peristiwa gempa bumi dengan guncangan yang kuat dengan episentrum atau pusat gempa di zona penunjaman (contoh: tsunami Samudera Hindia / Aceh 26 Desember 2004; diawali oleh peristiwa erupsi paroksismal gunungapi yang berada di laut (contoh: tsunami Selat Sunda yang diawali oleh erupsi Gunung Krakatau 1888).
    • Hanya ada selang waktu antara munculnya indikasi terjadinya tsunami dengan sampainya gelombang tsunami. Lamanya selang waktu ini ditentukan oleh jarak antara lokasi tercetusnya gelombang tsunami dengan kawasan pesisir.
    • Korban jiwa terjadi karena ketidaktahuan akan indikasi kemunculan tsunami, atau waktu yang singkat antara munculnya indikasi dan sampainya gelombang tsunami, atau kegagalan sistem peringatan dini, atau ketidaksiapan.

Efek terhadap lahan:

    • Lahan yang terkena tsunami akan mengalami kerusakan sesuai dengan tinggi gelombang tsunami yang melandanya.
    • Lahan dapat hilang (Gambar T-1), rusak dan masih dapat dipergunakan, atau utuh (Gambar T-2).

Gambar T-1. Kerusakan karena tsunami di tepi pantai. Di daerah dekat pantai, tsunami dapat menyebabkan kehilangan lahan atau kerusakan lahan yang berat karena tererosi gelombang tsunami yang datang menerjang. Sumber: Citra dari Digital Globe yang dikutip dari Peter Loud.

 

Gambar T-2. Salah satu bentuk kerusakan karena tsunami. Pada kerusakan seperti ini, sebagian lahan masih utuh dan dapat dilihat batas-batas lahannya, dan sebagian lahan lainnya mungkin rusak tergerus arus sehingga batas-batasnya menjadi tidak jelas. Sumber: Foto dari Associated Press / Eugene Hoshiko dikutip dari Kompas.com.

 

Efek terhadap harta benda:

    • Kerusakan harta tergantung pada tinggi gelombang yang melanda.
    • Harta benda dapat hanya rusak ringan sampai hilang permanen.

Efek kematian:

    • Dapat menyebabkan kematian massal, tergantung pada tinggi gelombang yang melanda.

Erosi

Skala:

    • Dampak langsung berskala lokal.

Efek terhadap lahan

    • Dampak langsung berskala lokal.

Efek terhadap harta benda

    • Dampak langsung berskala lokal.

Skala:

    • Dampak langsung berskala lokal.

Gempa Bumi

Skala

Efek terhadap lahan

Efek terhadap harta benda

Efek kematian

Underconstruction

Posted in Banjir, FENOMENA ALAM, Gerakan Tanah, PROSES (BENCANA) ALAM | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , , , , , , , | Leave a Comment »

Puncak Banjir Jakarta di Januari 2014

Posted by wahyuancol pada Januari24, 2014

Banjir yang terjadi di Jakarta tanggal 17 januari 2014 yang lalu terasa menghentak warga Jakarta, terutama yang tinggal di kawasan Jakarta Utara. Banjir di pagi hari itu bertepatan dengan kondisi laut pasang tertinggi saat itu, yaitu 1,0 m dan curah hujan yang tinggi di malam hari hingga menjelah pagi.

Berdasarkan tabel pasang-surut yang dipulikasikan oleh sebuah situs internet, pasanglaut.com, ternyata kondisi pasang di tanggal 17 Januari itu belumyang tertinggi. Pasang laut yang tertinggi akan terjadi pada tanggal 28, 29 dan 30 dengan ketinggian air 1,1 m. Sebelum tanggal tersebut, yaitu tanggal 26 dan 27, ketinggian muka laut adalah 1,0 m, sama dengan ketinggian muka laut pada tanggal 17 Januari. Perlu diperhatikan juga bahwa kondisi pasang yang tinggi tersebut terjadi di pagi hari.

Sehubungan dengan kondisi tersebut, bagi yang hendak berangkat kerja di pagi hari, hendaklah berangkat lebih cepat.

——————————

Selasa, 28 Januari 2014, hari pertama pasang tertinggi di bulan Januari. Jakarta mendung tetapi tidak hujan. Curah hujan yang rendah sangat menggembirakan karena hari ini tidak terjadi genangan banjir seperti waktu sebelumnya di tanggal 17 Januari yang lalu. Namun demikian, masih ada kekhawatiran akan muncul kembali banjir atau genangan yang luas, karena dari prediksi BMKG di JakartaUtara berpotensi hujan lebat pada tanggal 29 januari 2014.

Semoga ramalan tidak menjadi kenyataan.

Posted in Banjir, PROSES (BENCANA) ALAM | Dengan kaitkata: , , , , | 1 Comment »

Bumi, Januari 2014

Posted by wahyuancol pada Januari22, 2014

Apa yang sedang terjadi di Bumi?

An idealized view of Earth rising above the lunar terrain, using a focal length similar to the lens used for the Earthrise photographs.

Gambar 0. Bumi dilihat dari Bulan.
(Sumber: http://svs.gsfc.nasa.gov/vis/a000000/a004100/a004129/index.html)
Akses: 22 Januari 2014

Belahan Bumi selatan, Australia, kepanasan karena kebakaran hutan (Gambar 1 dan Gambar 2).

Australia Fires from space

Gambar 1. Lokasi Kebakaran Hutan di Australia
(Sumber: http://veracitystew.com/2013/01/10/climate-watch-australian-heat-literally-off-the-charts/).
Akses: 22 Januari 2014.

Gambar 2. Kebakaran hutan di Australia
(Sumber: http://english.cntv.cn/program/asiatoday/20130108/108295.shtml)
Akses: 22 Januari 2014

Belahan Bumi utara, Amerika, kedinginan membeku karena selimut salju (Gambar 3, 4 dan 5).

File:Snow depth chart noaa nsm depth 2014010705 National.jpg

Gambar 3. Tutupan salju di Amerika Utara pada Januari 2014.
(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Snow_depth_chart_noaa_nsm_depth_2014010705_National.jpg)
Akses: 22 Januari 2014

USA Kältewelle 07.01.2014

Gambar 4. Amerika Utara Membeku.
North American big freeze: colder than Mars. Chilling temperatures and huge snow falls are gripping the US and Canada. DW English social media followers sent pictures to show us just what’s it’s like to experience temperatures lower than on the surface of Mars. Picture: Iwona, New Hampshire.
(Sumber: http://www.dw.de/north-american-big-freeze-colder-than-mars/g-17347532)
Akses: 22 Januari 2014

A pedestrian's umbrellas is upset during a winter snowstorm in Philadelphia 21 January 2014

Gambar 5. Salju dan Dingin Membeku di Amerika Utara.
(Sumber: http://www.bbc.co.uk/news/world-us-canada-25831549)
Akses: 22 Januari 2014

Di bagian tengah, Indonesia, panas dingin karena Sinabung dan  direndam banjir (Gambar 6 dan 7).

Gambar 6. Erupsi Gunung Sinabung.
(Sumber: http://www.shnews.co/detile-30977-sinabung-butuh-perhatian.html)
Akses 22 Januari 2014

Apa yang sedang terjadi di Bumi?

Mungkinkah sebagian fenimena ini berkaitan dengan perubahan iklim global?

Adakah campur tangan manusia?

Salam,

WBS

Posted in FENOMENA ALAM | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , | Leave a Comment »

Banjir 2014 di Pulau Jawa

Posted by wahyuancol pada Januari21, 2014

Musim hujan di awal tahun 2014 ini menyebabkan banjir di berbagai wilayah di Indonesia. Khusus di Pulau Jawa banjir terjadi menyeluruh di kawasan pesisir utara mulai dari daerah Serang, Banten di bagian barat hingga Rembang di bagian timur. Banyak kerugian materil yang timbul karena banjir tersebut, baik karena pemukiman yang terendam air maupun lumpuhnya transportasi. Pada kesempatan ini kita tidak membicarakan tentang berbagai kerugian tersebut atau penyebab banjir, tetapi akan kita lihat banjir tersebut dari sudut pandang yang lain, yaitu banjir sebagai proses geomorfologi.

Air adalah salah satu agen geomorfologi yang penting di bumi ini. Dengan aktifitas air, permukaan bumi diukir dan berbagai bentang alam dibentuk. Kita yang hidup di permukaan bumi ini, khususnya di Indonesia, sebagian besar hakekatnya adalah hidup di atas bentang alam hasil bentukan oleh proses geomorfologi yang dikerjakan oleh air, baik itu yang tinggal di daerah pegunungan, perbukitan maupun di dataran rendah.

Melalui proses erosi, air mengukir pegunungan atau perbukitan menghasilkan lereng-lereng, punggungan-punggungan dan lembah-lembah. Sementara itu, melalui proses sedimentasi air membentuk dataran.

Aliran air di daerah pegunungan atau perbukitan mengukir pegunungan atau perbukitan tersebut. Rempah-rempah batuan hasil ukiran tersebut kemudian ditransportasikan ke daerah yang lebih rendah untuk kemudian diendapkan. Maka terbentuklah berbagai lahan datar. Melalui mekanisme seperti itulah sebagian besar bagian Pulau Jawa ini diukir dan dibentuk oleh air.

Kawasan pesisir utara Pulau Jawa yang sekarang ini tergenang air banjir terbentuk dengan cara seperti itu. Air banjir yang turun dari daerah pegunungan atau perbukitan di bagian tengah pulan hakekatnya saat ini sedang bekerja dalam skala besar mengukir pegunungan dan perbukitan, mentranspor rempah-rempah hasil ukiran ke laut. Dalam perjalanannya ke laut, sebagian dari rempah-rempah tersebut diendapkan di dataran rendah.

Rempah-rempah atau material atau sedimen yang ditranportasikan oleh aliran air tersebut kaya akan zat hara. Oleh karena itu, mudah dimengerti kalau dataran rendah yang ada di pesisir utara Pulau Jawa itu adalah lahan yang subur. Di lapangan kita melihat bahwa dataran pesisir di utara Pulau Jawa tersebut adalah daerah pertanian yang subur. Dengan pola pikir seperti itu, maka dapat dikatakan bahwa banjir yang berulang terjadi di daerah tersebut hakekatnya adalah cara Tuhan untuk menjaga kelangsungan hidup kita, yaitu dengan memperbaiki kesuburan lahan terus menerus tanpa kita memintanya.

Jadi, banjir yang terjadi sekarang ini menunjukkan Tuhan sedang memperbaiki lahan agar kita dapat memanfaatkannya lagi setelah banjir berakhir. Selain itu, peristiwa ini juga mengingatkan kita bahwa lahan yang sekarang ini mengalami banjir adalah lahan pertanian yang subur. Mengingatkan kembali tentang hal ini penting karena sekarang banyak lahan pertanian yang telah dikonversi untuk penggunaan lain, termasuk pemukiman.

Kemudian, banjir yang merupakan rahmat Tuhan itu sekarang menjadi bencana. Ini mengingatkan agar kita manusia menyesuaikan diri dengan sistem alam yang diciptakan Tuhan dengan mempergunakan akal dan pikiran yang juga telah diberikan kepada kita.

Salam,

WBS

Posted in Air, Banjir, Cara Bumi di Hidupkan, Erosi, FILSAFAT, HIDROSFER, HUMANIORA, Manusia dan Alam, PROSES (BENCANA) ALAM, Sedimentasi | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , , , , | Leave a Comment »