Kepulauan Indonesia

Cerita dari, untuk dan tentang Kepulauan Indonesia beserta Penghuni dan Penduduknya

Archive for the ‘Wilayah Pesisir’ Category

Gelombang Bono di Sungai Kampar, Riau

Posted by wahyuancol pada Oktober9, 2016

Afif Farhan di dalam detikTravel pada tanggal 6 Oktober 2016 menulis tentang Gelombang Bono di Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau sebagai salah satu objek wisata. Disebutkan bahwa gelombang itu dapat mencapai ketinggian 6 meter, kecepatan 40 km/jam dan panjang 300 meter. Gelombang bergerak dari arah muara sungai ke hulu sungai. Waktu kejadiannya hanya pada waktu-waktu tertentu, yaitu biasanya pada saat bulan purnama setiap tanggal 10-20 perhitungan bulan Melayu (Arab) atau pada kisaran bulan Agustus – Desember tanggal Masehi.

Gelombang Bono sesungguhnya adalah fenomena Tidal Bore. Menurut Bartsch-Winkler & Lynch (1988), Tidal Bore adalah fenomena gelombang tunggal yang terjadi secara alamiah karena pasang-surut dengan ketinggian gelombang berkisar dari 0,2 – 6 meter. Gelombang bergerak dari muara sungai ke arah hulu.  Terjadi di dalam estuari dengan pasang surut semidiurnal atau hampir semidiurnal dengan amplitudo lebih dari 4 meter. Pembentukan Tidal Bore tergantung pada kedalaman air dan kecepatan air pasang yang masuk dan aliran sungai yang keluar. Donnelly & Chasnson (2002) menyebutkan bahwa di Sungai Pungue, Mozambique, tidal bore memasuki aliran sungai sampai 80 km. Tidal Bore berpengaruh terhadap ekosistem.

Menurut Chanson (2013), tidal bore adalah suatu seri gelombang yang menjalar ke arah hulu sungai ketika aliran arus pasang-surut berbalik masuk ke muara sungai selama periode awal pasang naik. Pembentukan tidal bore terjadi ketika amplitudo pasang-surut 4,5 – 6 meter (makrotidal), zona estuari atau mulut sungai berbentuk corong yang dapat memperbesar amplitudo pasang-surut, dan ada perubahan kedalaman yang tiba-tiba. Proses pembentukan tidal bore adalah amplitudo pasang-surut yang besar dan mengalami amplifikasi di dalam estuari.

Tidal Bore adalah fenomena alam yang umum dijumpai di berbagai belahan bumi. Bartsch-Winkler & Lynch (1988) telah membuat katalog tidal bore untuk seluruh dunia. Setidaknya tercetat tidal bore di 67 lokasi di 16 negara. Namun, fenomena Gelombang Bono di Sungai Kampar ini belum tercatat.

Fenomena tidal bore di Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Riau, sebenarnya sudah lama dikenal oleh masyarakat setempat. Efek negatif gelombang tersebut yang dapat menyebabkan kematian membuat gelombang tersebut ditakuti oleh masyarakat setempat. Pada tahun 2010 keadaan berubah. Hal itu terjadi setelah beberapa peselancar profesional dari Brazil dan Perancis berhasil berselancar di Gelombang Bono. Sejak itu Gelombang Bono dipandang sebagai potensi wisata (Setiawan, 2012).

Semoga bermanfaat.

Salam,

WBS

Daftar Pustaka

Bartsch-Winkler, S. & Lynch, D.K., 1988. Catalog of Worldwide Tidal Bore Occurences and Characteristic. U.S. Geological Survey Circulas 1022.

Chanson, H., 2013. Environmental Fluid Dynamics of Tidal Bore: Theoretical Consideration and Fields Observation. In: Fluid Mechanics of Environmental Interfaces, C. Gualtieri and D.T. Mihailovic (eds.), 2nd Edition, Chapter 10, pp. 295-321 (ISBN 978-041-5621564), Taylor & Francis, Leiden, The Netherlands.

Donnelly, C. & Chanson, H., 2002. Environmental Impact of Tidal Bore in Tropical Rivers. Proc. 5th Intl. River Manage. Symp., Brisbane, Australia, Sept 2002.

Setiawan, H., 2013. Bono Tidal Bore: Unique Riau River Surfing (https://www.engagemedia.org/Members/Hisam/videos/surf_bono/view). Akses 9 Okt 2016.

 

Posted in Dari Indonesia untuk Dunia, FENOMENA ALAM, Gelombang, HIDROSFER, Objek Wisata, Pasang surut, PROSES (BENCANA) ALAM, Sungai, Wilayah Pesisir | Dengan kaitkata: , , , , , , , | Leave a Comment »

Siklon Tropis, Gelombang Tinggi dan Arus Rip

Posted by wahyuancol pada Januari27, 2012

Pada hari Kamis tanggal 26 Januari 2012 dilaporkan bahwa telah aktif sebuah siklon tropis di Samudera Hindia. Kehadiran siklon tersebut dapat dilihat di situs BMKG maupun Biro Meteorologi Australia. Siklon tersebut bergerak ke arah tenggara mendekati Australia. Prediksi lintasan  siklon tersebut terhadap Indonesia dan Australia juga diberikan. Siklon tersebut akan hadir selama 72 jam.

Prediksi dampak siklin tersebut terhadap kawasan pesisir Indonesia diberikan oleh BMKG.

Berkaitan dengan kehadiran IGGY, BMKG memberikan catatan sebagai berikut:

Perhatian:

Siklon Tropis IGGY ini memberikan dampak berupa :

  • Hujan dengan intensitas ringan – sedang berpotensi terjadi di Sumatera bagian selatan, Pesisir barat Sumatera , Jawa bagian Barat , NTB, dan NTT
  • Angin dengan kecepatan lebih dari 36 km/jam berpotensi terjadi di Jawa, Bali, NTB, NTT, Sumatera bagian selatan, Laut Jawa, Samudera Hindia selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.
  • Gelombang dengan ketinggian 3.0 – 4.0 meter berpeluang terjadi di perairan Bengkulu – barat Lampung, Selat Sunda bagian Selatan, perairan Selatan Jawa Tengah hingga Nusa Tenggara Barat, perairan Selatan Pulau Sumba – Pulau Sau – Pulau Rote – Kupang, Laut Jawa Bagain Tengah dan Timur, Laut Flores Bagian Barat, Laut Banda bagian Selatan, perairan Kepulauan Leti – Kepulauan Sermata – Kepulauan Babar – Kepulauan Tanimbar – Kepulauan Kai – Kepulauan Aru.
  • Gelombang dengan ketinggian 4.0 – 6.0 meter berpeluang terjadi di Perairan Selatan Banten hingga jawa Barat, Samudera Hindia Selatan Lampung hingga Nusa Tenggara Timur, Laut Timor, Laut Cina Selatan, Laut Bali – Laut Sumbawa, Laut Arafuru.

Mengenai dampak siklon tersebut perlu dicatat bahwa Indonesia tidak akan terkena dampak langsung dari siklon tropis. Adapun yang akan sampai ke Indonesia adalah angin dan gelombang laut yang bergerak menyebar dari pusat pusaran siklon tersebut. Siklon itu sendiri bergerak ke arah tenggara mendekati benua Australia.

Bagi masyarakat yang tinggal atau beraktifitas di kawasan pesisir di Indonesia yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, perlu waspada terhgadap hadirnya angin kencang, dan gelombang tinggi (1 dan 2).

Khusus untuk masyarakat yang beriwisata di pantai yang berlokasi di pesisir selatan Pulau Jawa (seperti Pangandaran, Cilacap, Parangtritis, Binuangeun, Pacitan dan lainnya di Jawa Timur), Bali dan Nusa Tenggara, disarankan untuk waspada terhadap bahaya arus rip.

Semoga bermanfaat.

Salam

 

Posted in Arus, Banjir, Erosi, Siklon Tropis Samudera Hindia, Wilayah Pesisir | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , , | Leave a Comment »

Rob 2 (Rob [masalah lingkungan khas] di Kota Pesisir)

Posted by wahyuancol pada Desember17, 2011

Rob sudah sejak lama sangat akrab dengan kota Semarang. Dalam dua dekade terakhir ini, rob juga menjadi akrab dengan Jakarta. Sementara itu, tahap awal perkembangan fenomena rob dapat kita lihat di bagian barat Kota Tegal, tepatnya di Desa Muarareja.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah rob (banjir pasang surut) merupakan bencana yang spesifik untuk kawasan pesisir berpemukiman?

Jawabannya adalah ya, karena di daerah pesisir yang tidak berpenghuni tidak dikenal rob. Fenomena penggenangan kawasan pesisir tak berpenghuni yang masih dalam kondisi alamiah oleh air laut ketika pasang adalah fenomena yang alamiah, dan daerah itu merupakan daerah rawa atau daerah pasang surut. Jadi, dengan pemikiran demikian, kalau kita memilih tinggi di daerah pasang surut, maka kita tidak bisa mengatakan bahwa kita terkena rob.

Lalu, bagaimana rob bisa terjadi di Kota Pesisir?

Terjadinya rob di kota pesisir dapat dipastikan memiliki sejarah panjang yang panjangnya hampir sama dengan sejarah perkembangan kota pesisir yang bersangkutan. Secara sederhana dapat kita katakan bahwa orang yang tinggal atau bermukim di kawasan kota pesisir yang terkena rob adalah orang-orang yang terjebak. Dapat kita pastikan bahwa pada awalnya mereka datang dan bermukim di kawasan rob itu, di daerah tersebut belum terjadi rob. Logika sederhana, bahwa orang akan memilih lokasi tempat tinggal yang aman dan nyaman. Tidak ada orang yang mau atau sengaja untuk tinggal di daerah rob. Orang yang akan tinggal di daerah rawa pun akan menimbun rawa itu sebelum mendirikan bangunan sehingga diperoleh lahan kering.

Rob 1, Rob 3, Rob 4.

Posted in Banjir, Pasang surut, PROSES (BENCANA) ALAM, Rob, Wilayah Pesisir | Dengan kaitkata: , , , | 2 Comments »

Banjir 6 (Dimensi Internasional Bencana Banjir: Pelajaran dari Thailand)

Posted by wahyuancol pada Oktober28, 2011

Sekarang Thailand sedang dilanda bencana banjir. Kota Bangkok terendam banjir yang terburuk dalam sejarahnya. Ribuan orang menjadi pengungsi. Bandara terbesar di negara itu ditutup. Kawasan industri tergenang. Pertanyaannya adalah apakah dampak banjir tersebut juga akan kita rasakan? dan pelajaran apa yang dapat kita ambil dari banjir tersebut?

———————-

Sungai Chao Praya

Sungai Chao Praya adalah sungai utama di Thailand yang bermuaran ke Teluk Thailand. Secara etimologi, Chao Praya berarti Sungai Raja-raja. Sungai ini adalah gabungan dari aliran Sungai Ping dan Sungai Nam, dan memiliki dua anak sungai, yaitu Sungai Pa Sak dan Sungai Sakae Krang. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Chao Praya sekitar 160.000 km persegi. Luas DAS sungai tersebut mencakup sekitar 35% luas daratan Thailand. Debit rata-rata sungai tersebut sekitar 718 meter kubik per detik, dan debit maksimum mencapai 5.960 meter kubik per detik. Terdapat sepuluh buah kota di sepanjang aliran sungai tersebut, termasuk Kota Bangkok (Ibu Kota Thailand) yang berpenduduk lebih dari 12 jutra jiwa.

Delta Chao Praya

Dataran delta Chao Praya adalah kawasan yang sangat penting bagi Thailand. Kota Bangkok berkembang di delta tersebut. Persawahan ada di delta tersebut sejak Abad ke-13 dan Thailand sundah dikenal sebagai pengekspor beras sejak tahun 1855. Di zaman moderen, di kawasan delta tersebut berkembang berbagai aktifitas manusia. Berkembang kawasan industri, pertanian, perkebunan, peternakan, turisme dan perdagangan di dataran delta itu. Jepang membangun basis industri mobilnya di sana. Demikian pula dengan berbagai perusahaan elektronika khususnya komputer.

Pembangunan di kawasan Delta Chao Praya memberikan tekanan yang berat terhadap kawasan delta tersebut. Kawasan delta mengalami subsiden. Keadaan tersebut membuat Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) mengkategorikan Kota Bangkok sebagai kota yang terancam banjir di kawasan pesisir (coastal flooding) pada tahun 2070.

Banjir Oktober 2011

Bulan Oktober  adalah bulan musim penghujan di Thailand. Curah hujan yang tinggi telah menyebabkan kawasan Delta Chao Praya dilanda banjir. Kota Bangkok mengalami banjir yang terburuk di dalam sejarahnya. Air laut yang pasang memperparah genangan banjir di kota tersebut. Ribuan jiwa penduduk kota tersebut menjadi pengungsi. Transportasi mengalami gangguan. Bandara Don Muang yang merupakan bandara terbesar di Thailand tergenang (Gambar). Tidak hanya itu, banjir itu juga menggenangi kawasan industri, pertanian, peternakan, perkebunan, turisme dan perdagangan.

Dimensi Internasional

Dampak banjir di dataran Delta Chao Praya tidak hanya dirasakan di Thailand, tetapi juga dirasakan oleh negara-negara lain. Perdagangan dan industri internasional merupakan penghubungnya.

Tergenangnya kawasan industri (Gambar) di Delta Chao Praya menyebabkan banyak pabrik mobil atau komponen mobil berhenti berproduksi (Gambar) (Tabel). Keadaan tersebut mempengaruhi industri mobil di Jepang, Malaysia, Indonesia dan bahkan sampai Amerika.

Banjir juga mengganggu industri komputer dunia, khususnya notebook dan PC Desktop. Menurut catatan analisis Data Corp, pabrik-pabrik yang tergenang banjir memproduksi 120 juta unit hard disk per tahun, atau sepertiga dari total produksi hard disk di Thailand. menurut pengamat pasar iSuppli, Thailand menghasilkan seperempat dari total produksi hard disk dunia.

Banjir Thailand dan Indonesia

Bagi Indonesia, selain mempengaruhi industri perakitan mobil, banjir di Thailand tersebut dapat menyebabkan krisis pangan. Hal itu karena Indonesia sering mengimpor beras dari Thailand dan Vietnam untuk memenuhi kekurangan produksi beras di dalam negeri.

——————

Sebagai penutup dapat dikatakan bahwa banjir di Thailand memberikan dampak bersifat internasional. Perdagangan dan industri internasional adalah benang merah penghubunganya.

Semoga bermanfaat.

Salam,

WBS

Sumber: Wikipedia, KOMPAS.com, CNN, AFP, Reuters.

Ingin tahu lebih jauh tentang banjir?

Banjir 1, Banjir 2, Banjir 3, Banjir 4, Banjir 5

Ingin tahu lebih jauh tentang dampak banjir Thailand terhadap industri automitif? Silahkan klik link ini. Atau Elektronik? Klik ini. Atau dampaknya terhadap ekspor beras yang memunculkan masalah pangan di Indonesia? Klik ini.

Posted in Banjir, HIDROSFER, PROSES (BENCANA) ALAM, Subsiden, Sungai, Thailand, Wilayah Pesisir | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , , , , | Leave a Comment »

Angin Barat 2: Persoalan di Musim Angin Barat

Posted by wahyuancol pada Desember17, 2010

Kini kita di Indonesia telah memasuki Musim Angin Barat tahun 2010. Apabila kita mengikuti berita di berbagai surat kabar atau media massa lainnya, maka akan kita ketahui adanya berbagai persoalan yang timbulnya berkaitan erat dengan hadirnya musim angin barat. Berbagai persoalan itu adalah:

  1. Gangguan transportasi antar pulau. Gelombang yang tinggi dan angin yang kencang di kawasan Selat Sunda telah menyebabkan penyeberangan ferry tidak dapat beroperasi. Akibatnya adalah banyak truk pengangkut barang yang tidak dapat menyeberang dari Pulau Jawa ke Sumatera, dan sebaliknya. Sementar itu, gangguan transportasi juga terjadi di Selat Bali. Operasi penyeberangan Ketapang – Gilimanuk dilakukan buka-tutup. Di Kupang, lintas penyeberangan antar pulau dibatalkan dari Pelabuhan Kupang ke berbagai pulau di kawasan tersebut dibatalkan.
  2. Gangguan aktifitas laut di Bengkulu. Gelombang yang tinggi dan angin yang kencang di perairan Bengkulu menyebabkan para nelayan di daerah tersebut tidak dapat ke laut mencari ikan, dan kapal penumpang tidak dapat beroperasai.
  3. Gangguan transportasi batubara. Transportasi batubara dari Samarinda ke PLTU di Cilacap terganggu karena cuaca buruk di Samudera Hindia.
  4. Gelombang tinggi di perairan Propinsi Banten yang menyebabkan beraktifitas di kawasan pantai menjadi kegiatan yang berbahaya.
  5. Banjir di berbagai kawasan di Indonesia seperti di Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan.

Demikianlah gambaran singkat tentang dampak hadirnya musim angin barat di Kepulauan Indonesia. Apa yang diuraikan di atas hanyalah sekedar memberikian contoh yang sedang terjadi sekarang. Masih banyak persoalan yang sama terjadi di kawasan lain di Indonesia yang tidak sempat diberitakan sehingga tidak tercatat.

Kehadiran musim angin barat dan berbagai efek yang ditimbulkan itu bersifat rutin. Pasti terjadi setiap tahunnya sesuai dengan perubahan musim angin atau perubahan monsoon di Kepulauan Indonesia. Oleh karena itu, sebenarnya kita dapat memperhitungkannya kapan datangnya dan efek yang ditimbulkannya, sehingga kita dapat menghadapinya dengan baik.

Gambaran lebih jauh tentang masalah ini dapat dibaca pada Angin Barat 1. Sedang tentang siklus bencana alam di Indonesia dapat dibaca pada Siklus dan Kalender Bencana Alam.

Salam.

Wahyu

Posted in Banjir, Gelombang, PROSES (BENCANA) ALAM, Wilayah Pesisir | Dengan kaitkata: , , , , , | Leave a Comment »