Kepulauan Indonesia

Cerita dari, untuk dan tentang Kepulauan Indonesia beserta Penghuni dan Penduduknya

Archive for the ‘Perbankan’ Category

MENABUNG DI BANK? AWAS TERTIPU: kita memerlukan bank yang memihak masyarakat kecil

Posted by wahyuancol pada April18, 2009

Bing beng bang yok, kita ke bank

Bang bing bung yok, kita nabung

Tang ting tung hei, jangan dihitung

Tiap bulan tahu-tahu dapat untung

Syair di atas adalah bagian dari syair lagu Menabung yang menyerukan kita menabung di bank karya Titik Puspa. Tersirat di dalamnya bahwa dengan menabung di bank, maka kita akan mendapatkan keuntungan atau uang kita bertambah setiap bulannya.

Kondisi Dahulu

Pesan yang disampaikan melalui syair lagu tersebut memang benar ketika lagu tersebut diciptakan dahulu (saya tidak ingat kapan tahunnya, yang saya ingat ketika itu saya masih sekolah di Yogya). Ketika itu biaya administrasi bank sangat rendah, atau bahkan digratiskan, sehingga bunga bank yang diberikan dapat meningkatkan jumlah uang tabungan (saya juga tidak tahu berapa persen bunga bank ketika itu, yang pasti setiap bulan tabungan kita pasti bertambah).

Kondisi Sekarang

Sekarang, apabila kita menabung di bank dengan niat untuk mendapatkan untuk dari bunga bank seperti yang digambarkan oleh syair lagu di atas, maka kita akan tertipu bila tabungan kita kecil. Kurang dari Rp. 6 juta. Kita hanya akan mendapatkan untuk dari tabungan bila tabungan kita lebih dari Rp. 6 juta.

Mengapa demikian?

Hal itu terjadi karena sekarang bank atau perbankan umumnya menerapkan bunga rendah untuk tabungan. Bungan yang paling tinggi tidak lebih dari 4%. Sebagai contoh, Bank Mandiri, bank terbesar di Indonesia, hanya memberikan bunga 1,75% untuk tabungan bernilai Rp. 1 juta – Rp. 5 juta. BCA, bank yang memiliki jumlah penabung paling banyak di Indonesia, hanya memberikan bunga 2% untuk tabungan bersaldo Rp. 1 juta – Rp. 10 juta, biaya administrasi Rp. 10.000,- per bulan.

Sebagai gambaran, mari kita simak contoh berikut.

Sebagai contoh, kita ambil BCA. Untuk tabungan Silver, BCA mengenakan biaya administrasi Rp. 10.000,- per bulan. Suku bungan untuk tabungan bersaldo Rp. 1 juta – Rp. 10 juta adalah 2% per tahun.

Dengan asumsi nilai tabungan awal kita Rp. 5 juta dan tidak pernah kita tambah selama setahun, maka kita penabung akan mendapat bungan Rp. 100.000,- per tahun. Setelah dipotong pajak 20%, pendapatan kita tinggal Rp. 80.000,-. Padahal, biaya administrasi yang harus kita bayar selama setahun adalah Rp. 120.000,-. Hasilnya adalah uang tabungan kita berkurang Rp. 40.000,- dalam setahun..

Apabila tabungan kita kurang dari Rp. 1 juta, maka kita akan makin cepat kehilangan uang, karena bungan tabungan 0% (nol persen). Dengan bungan 0%, maka kita kehilangan uang dalam bentuk biaya adminstrasi bank sebesar Rp. 120.000,- per tahun.

Kapan uang kita tidak berkurang?

Uang tabungan kita tidak berkurang bila saldo tabungan kita Rp. 6 juta. Dengan uang tabungan Rp. 6 juta, dalam setahun kita mendapat untung dari bunga bank Rp. 120.000,- yang nilainya sama dengan biaya administrasi yang harus kita bayar dalam setahun. Dengan kata lain, biaya administrasi dan bunga bank mencapai keseimbangan pada nilai tabungan Rp. 6 juta.

Dana Murah

Pertanyaannya sekarang adalah mengapa bank giat sekali mencari dana dari tabungan? Kita lihat iklan berbagai bank yang menawarkan hadiah yang menggiurkan bagi masyarakat yang mau menabung. Sebagai contoh, coba perhatikan iklan dari BCA, Bank Mandiri, Bank BNI, dan Bank Bukopin.

Jawabannya adalah karena dana dari tabungan masyarakat adalah Dana Murah.

Tabungan adalah salah satu produk simpanan bank, selain dari deposito dan giro. Untuk tabungan, bank memberikan bunga rendah (paling tinggi 4%), sedang untuk deposito bisa mencapai 8% per tahun. Jadi, apabila bank hanya memberikan bunga tabungan 2%, sedang bank biasa menjual dana itu sebagai kredit bank dengan bunga 14%, maka sangat besar keuntungan yang didapatkan bank. Karena itulah mengapa bank giat sekali mencari penabung.

Jebakan Bank Tidak Transparan

Penerapan saldo minimal dan biaya administrasi yang lebih besar ketimbang bunga untuk tabungan yang bernilai kecil merupakan strategi bank mendorong nasabah atau penabung untuk terus menambah tabungannya. Dengan demikian, bagian tabungan bank yang dimiliki bank meningkat.

Namun tidsak semua bank secara transparan menjelaskan kepada penabung bahwa bila saldo tabungan di bawah Rp. 6 juta maka uang tabungan penabung akan berkurang atau tergerus oleh bank. Karena tidak ada transparansi dari bank tentang saldo minimal itu, maka penabung merasa terjebak, karena untuk menutup tabungan pun dikenakan biaya.

Bagaimana Masyarakat Kecil Menabung?

Dengan kondisi perbankan kita yang demikian, dapat kita katakan bahwa perbankan kita tidak memihak kepada masyarakat kecil yang hanya bisa menabung sedikit. Lalu, pertanyaan yang muncul adalah “kemana masyarakat kecil menabung?”

Model Tabanas (dahulu) dihidupkan lagi?

Ketika saya kecil dahulu ada Tabanas. Kita bisa menabung di kantor-kantor pos. Ketika itu, dengan uang Rp. 50,- kita bisa menabung dan mendapat untung.

Tidak bisakan tabungan model tabanas itu dihidupkan kembali untuk melayani kebutuhan masyarakat kecil menabung? Kita bisa memfungsikan kembali kantor-kantor pos atau membentuk lembaga lain yang khusus untuk masyarakat kecil di pedesaan. Agar murah, model tabungan ini dibuat biasa saja seperti dahulu, bersifat lokal, karena masyarakat pedesaan umumnya tidak bepergian jauh. Tidak perlu on-line dan tidak perlu ATM atau iming-iming hadiah mobil mewah yang tidak terbayangkan oleh mereka.

Memang, keuntungan pihak penyelenggara atau bank dengan tabungan model ini kecil. Tetapi saya kira ini salah satu kewajiban Pemerintah untuk memenuhi kebutuhan atau membantu meningkatkan kehidupan masyrakat kecil yang tidak dapat diberikan oleh bank-bank komersil kita sekarang.

Referensi:

Kompas, 14 April 2009, Perbankan: Penabung kecil pun terkecoh.

Kompas, 15 April 2009, Perbankan: Bank agar terbuka kepada penabung kecil.

Semoga bermanfaat.

Salam,

Wahyu

Posted in HUMANIORA, Perbankan | Dengan kaitkata: , , , | 3 Comments »