Sampai bulan Januari 2014 Gunung Sinabung masih terus aktif menyemburkan material dari dalam perutnya. Erupsi gunungapi tersebut telah berlangsung selama 4 bulan lamanya, dan belum ada indikasi kapan erupsi itu akan berhenti. Ada hal yang menarik untuk dicatat terkait dengan erupsi Gunung Sinabung ini, yaitu tidak ada korban jiwa karena erupsi gunung tersebut. Hal ini perlu mendapat perhatian karena ini merupakan suatu prestasi yang pantas dicermati.
Tidak adanya korban jiwa dalam erupsi gunungapi dapat karena berbagai hal, antara lain:
- Pemerintah yang sigap menangani masalah ini. Termasuk dalam kategori ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan: (a) sistem peringatan dini terhadap bahaya erupsi gunungapi, (b) cara penyampaian informasi yang baik sehingga dapat diterima oleh masyarakat, (c) proses pengungsian yang baik, dan (d) manajemen pengungsi yang baik di lokasi pengungsian. Erupsi gunungapi yang sulit diperkirakan kondisinya sering menjadi masalah ketika menyampaikan anjuran kepada masyarakat di sekitar kawasan gunungapi untuk mengungsi.
- Masyarakat patuh terhadap anjuran untuk mengungsi. Kepatuhan masyarakat untuk memenuhi anjuran untuk mengungsi merupakan hal yang sangat penting. Dalam kasus pengungsian terkait dengan erupsi gungapi, meraih kepercayaan masyarakat sehingga mereka mau untuk mengungsi merupakan hal yang sering tidak mudah. Banyak alasan yang bisa dipakai untuk menolak anjuran untuk mengungsi, mulai dari keyakinan bahwa bencana erupsi tidak akan mengenainya hingga kekhawatiran akan keselamatan harta benda yang ditinggalkan.
Hal lain yang rasanya perlu disampaikan di sini adalah bahwa kita dapat memandang erupsi Gunung Sinabung sebagai hal yang patut disambut dengan kegembiraan atau disyukuri. Tentu ada yang bertanya, mengapa demikian?
Perlu di ketahui bahwa kawasan lereng Gunung Sinabung yang sekarang ini sedang diselimuti oleh debu volkanik adalah daerah pertanian yang penting di Sumatera bagian utara. Hasil-hasil pertaniannya dirasakan manfaatnya hingga Banda Aceh di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam, di ujung barat Pulau Sumatera. Aktifitas pertanian di kawasan Gunung Sinabung yang telah berlangsung sekian lama hingga sebelum eruposi di bulan September 2013 ternyata telah menyebabkan turunnya kesuburan lahan-lahan pertanian dan telah meningkatkan penggunaan pupuk. Saat ini, lahan pertanian yang telah turun kesuburan alamiahnya sedang diselimuti debu volkanik. Pada saatnya nanti, setelah erupsi berakhir dan material debu volkanik itu mengalami pelapukan, maka akan hadir tanah yang sangat subur di daerah tersebut. Dengan pola pikir yang demikian ini, maka pantaslah bila kita bersyukur dengan terjadinya erupsi gunungapi tersebut, karena erupsi tersebut menunjukkan Tuhan sedang memperbaiki lahan pertanian kita yang telah turun kesuburannya. Yang diperlukan sekarang ini hanyalah bersabar menunggu proses penyuburan lahan itu selesai.
————————–
Selasa 4 Februari 2014
Catatan lebih dari empat bulan erupsi yang tidak memakan korban jiwa dari erupsi Gunung Sinabung ternyata harus berakhir di hari Sabtu 1 Februari 2014. Erupsi yang meluncurkan awan panas di hari itu telah menewaskan 14 orang. Dari jumlah tersebut, 4 orang korban adalah pelajar SMK, 4 orang mahasiswa, 4 orang warga luar daerah, 1 orang guru, dan 1 orang warga Kabanjahe (Inilah.com). Disebutkan juga, 2 orang mahasiswa yang tewas adalah dari Sekolah Tinggi Komunikasi Pembangunan Medan (Vivanews). Warga setempat yang tewas diduga adalah pemandu para pelajar/mahasiswa (Tempo). Selain itu, ada pula yang menyebutkan bahwa 7 orang dari 14 orang yang tewas itu adalah para relawan GMKI yang tewas di dalam tugas (Metrotvnews).
Berkaitan dengan korban jiwa tersebut, perlu kita ketahui siapa mereka dan bagaimana mereka bisa menjadi korban. Memang belum jelas diberitakan siapa sesungguhnya mereka yang tewas, tetapi yang pasti ternyata mereka sebagian besar adalah bukan penduduk setempat yang tidak mau mengungsi, melainkan warga luar daerah yang masuk ke zona bahaya dengan panduan penduduk setempat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa telah terjadi pelanggaran zona bahaya. Kesimpulan ini diketahui dari berita yang menyebutkan masih ada yang masuk ke zona bahaya (Metrotvnews), berita yang menyebutkan TNI AD dan Brimob menjaga perlintasan agar warga tidak masuk ke zona bahaya (Okezone).
Apapun yang kemudian dilakukan setelah jatuh korban jiwa memang tidak dapat mengembalikan para korban, tetapi peristiwa ini menjadi pelajaran bahaya penetapan zona bahaya bukan pernyataan isapan jempol yang bila dilanggar tidak mendatangkan resiko.
Salam,
Wahyu