Kepulauan Indonesia

Cerita dari, untuk dan tentang Kepulauan Indonesia beserta Penghuni dan Penduduknya

Archive for the ‘Perancis’ Category

Konsolidasi Demokrasi Gagal, Diktator Muncul

Posted by wahyuancol pada Januari11, 2011

Ini adalah kisah lama yang pernah terjadi di Perancis pada Abad ke-18. Meskipun kisah lama, rasanya pantas kita mempelajarinya karena bukan tidak mungkin hal yang pernah dialami oleh Bangsa Perancis itu juga terjadi di Indonesia, negara kita tercinta ini. Kita sama-sama tahun bahwa Indonesia baru terbebas dari “Diktator Orde Baru”. Impiannya adalah kita akan membentuk negara demokratis, tetapi sampai sekarang demokrrasi yang kita impikan belum kita peroleh.

Kisah ini adalah kisah tentang Revolusi Perancis tahun 1789 yang gagal membentuk negara demokratis seperti yang mereka tuntut. Karena gagal melakukan konsolodasi, revolusi itu bukannya menghasilkan negara demokratis tetapi melahirkan seorang diktator.

Kisah tentang Perancis ini disampaikan oleh Wakil Presiden Budiono, seperti yang disampaikan oleh Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Komaruddin Hidayat melalui artikelnya di Kompas 5 Januari 2011.

——————–

Dalam kuliah umumnya di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 23 Desember lalu, Prof Dr Boediono yang juga Wakil Presiden secara tersirat memberikan catatan cukup tajam mengenai konsolidasi demokrasi di Indonesia. Kalau kita tak hati-hati, katanya, pengalaman Revolusi Perancis yang memakan anak-anak terbaik bangsanya sendiri bisa terjadi di negeri ini. Perancis pada abad ke-18 adalah sebuah negara adidaya dengan penduduk dan ekonomi terbesar di Eropa di bawah monarki yang telah berusia ratusan tahun.

Tahun 1789 terjadi revolusi sosial. Pemicu utamanya adalah krisis pangan akibat musim dingin yang sangat parah. Panen gagal, kas negara kosong, dan layanan sosial sangat mengecewakan. Kelaparan dan keresahan di mana-mana, para elite masih menunjukkan gaya hidup mewah. Kelaparan, pengangguran, dan krisis kepercayaan rakyat terhadap pemerintah pada urutannya melahirkan kemarahan sosial. Tokoh pencerahan seperti Montesquieu, Rousseau, dan Voltaire berhasil membakar massa untuk merobohkan tatanan lama yang korup dan feodalistis sehingga muncul pekik revolusi: Liberty, Equality, Fraternity. Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan.

Tatanan lama jebol, tatanan baru tak segera terwujud sehingga muncul apa yang disebut Reign of Terror di bawah Robespierre (1793-1794). Pemerintah dan rakyat sama-sama bingung, tercekam, dan tak punya agenda jelas memperbaiki keadaan. Sungguh tragis, Raja Louis XVI dan permaisurinya, Marie Antoinette, mengakhiri hidup dengan mengenaskan di guillotine bersama 11.000 konco mereka.

Ketika kerusuhan, ketakpastian, dan pesimisme mencekam masyarakat, rakyat mendambakan datangnya tokoh penyelamat, ratu adil, yang mampu menenteramkan keadaan. Maka, tampillah Napoleon Bonaparte, sang jenderal perang yang cerdas, yang kemudian ditetapkan Majelis Nasional sebagai konsul pertama. Itu terjadi pada 1799, hanya 10 tahun setelah revolusi.

Di bawah Napoleon ketertiban tegak kembali. Pada 1802 Napoleon ditetapkan sebagai konsul seumur hidup, didukung 3.568.885 suara dan ditolak hanya 8.374 suara. Bayangkan, hanya dalam 10 tahun akibat gagal mengonsolidasikan demokrasi, diktator baru tampil kembali. Rakyat tak tahan lama hidup dalam resah.

——————–

Demikian kisah dari Perancis.

Apakah kita harus mengalami dahulu seperti itu sebelum benar-benar berdemikrasi?

Semoga bermanfaat.

Salam,

Wahyu

 

Posted in BELAJAR DARI, HUMANIORA, Perancis, Perubahan Sosial | Dengan kaitkata: , , , , , , , | 1 Comment »