Kepulauan Indonesia

Cerita dari, untuk dan tentang Kepulauan Indonesia beserta Penghuni dan Penduduknya

Posts Tagged ‘Gelombang Tinggi’

Karakter Efek Bencana Alam

Posted by wahyuancol pada Februari14, 2014

Setelah lebih dari 5 bulan didera oleh erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara, kini kembali kita didera oleh erupsi gunungapi. Gunung Kelud menjelang tengah malam menyemburkan abu volkanik yang dampaknya dirasakan sampai ke berbagai wilayah di Jawa Timur dan Tengah. Di antara dua peristiwa erupsi itu, terjadi banjir yang melanda di berbagai kawasan di Indonesia yang di selangi oleh tanah longsor.

Sekarang mari kita lihat karakter efek yang merugikan dari berbagai bencana alam yang mungkin terjadi di Indonesia.

Erupsi Gunungapi

Skala:

    • Dampak langsung  erupsi gunungapi bisa berskala lokal sampai global. Hal itu tergantung pada tipe erupsinya.
    • Bila hanya erupsi guguran lava atau aliran lahar, maka dampaknya sangat lokal.
    • Bila erupsinya erupsi letusan yang kuat dan menyemburkan material volkanik tinggi ke angkasa, maka dampaknya bisa bersifat global, karena mengganggu atmosfer.

Waktu dan Lokasi Kejadian:

    • Berkaitan dengan peristiwa erupsi gunungapi.
    • Durasi atau lama kejadian tidak dapat diprediksi; bisa sampai tahunan
    • Skala kejadian tidak dapat diprediksi.
    • Waktu kejadian sampai tahap tertentu dapat diperkirakan berdasarkan karakter erupsi gunungapi dengan keakuratan sekitar 50%.
    • Tempat kejadian di sekitar tubuh gunungapi atau di kawasan bergunungapi.

Sifat Kejadian:

    • Kejadian diawali dengan peristiwa erupsi gunungapi (tidak mendadak). Dengan sifat kejadian seperti ini seharusnya erupsi gunungapi tidak menimbulkan korban jiwa. Korban jiwa dapat terjadi karena kegagalan sistem peringatan dini, kesalahan prediksi skala erupsi, atau korban tidak mau mengikuti perintah untuk mengungsi.

Efek terhadap lahan:

    • Lahan bisa rusak, tetapi sifatnya sementara.
    • Setelah erupsi berakhir, lahan dapat dimanfaatkan kembali.
    • Setelah beberapa tahun, lahan pertanian menjadi subur.

Efek terhadap harta benda:

    • Harta benda bisa rusak atau hilang secara permanen.

Efek kematian:

    • Bisa mematikan bila terkena erupsi langsung seperti awan panas.
    • Bisa mematikan secara tidak langsung seperti karena terkena bangunan yang ambruk.

Efek lanjutan:

    • Bila atmosfer terganggu karena debu volkanik, maka dapat menyebabkan gangguan cuaca dan penerbangan (dampak negatif meluas menjadi berskala internasional).
    • Kawasan gunung adalah lahan yang subur sehingga berkembang menjadi daerah pertanian, dengan demikian, erupsi gunungapi dapat mengganggu produksi pertanian.

Banjir

Skala:

    • Dampak langsung berskala lokal di suatu kawasan tertentu (Gambar B-1).
Raub pula dinaiki air, amaran peningkatan air di Kuantan tengah malam ini

Gambar B-1. Banjir yang merendam kawasan pemukiman. Sumber foto: Yahoo. Bila air banjir pergi, lahan tidak hilang, rumah masih berada di tempatnya dan bisa dipakai kembali. Kerusakan hanya terjadi pada harta benda yang terendam air. Dapat menyebabkan kematian dengan angka kematian yang sangat rendah (beberapa orang).

 Waktu dan Lokasi Kejadian:

    • Pada musim hujan.
    • Di dataran rendah dan  lahan basah.
    • Tempat kejadian berasosiasi dengan aliran sungai.

Sifat Kejadian:

    • Kejadian diawali oleh terjadinya curah hujan yang tinggi (tidak mendadak). Dengan sifat kejadian seperti ini seharusnya banjir tidak menimbulkan korban jiwa. Korban jiwa dapat terjadi karena korban terlambat mengungsi atau tidak mau mengungsi ketika air banjir mulai menginggi.

Efek terhadap lahan:

    • Lahan dapat rusak karena erosi oleh air banjir yang mengalir. Terutama di daerah yang berada di sekitar alur sungai.
    • Genangan banjir menghasilkan endapan. Setelah beberapa waktu lahan pertanian, khususnya persawahan,  menjadi subuh.
    • Lahan yang dilanda banjir, setelah banjir berlalu, dapat dipakai kembali.

Efek terhadap harta benda:

    • Bila tersapu aliran air banjir harta benda dapat rusak atau hilang permanen.
    • Bila hanya digenangi air banjir, beberapa jenis benda dapat dipakai kembali.

Efek kematian:

    • Dapat menyebabkan kematian bila hanyut oleh air banjir.

Efek lanjutan:

    • Dapat menyebabkan munculnya berbagai jenis penyakit yang berhubungan dengan air.
    • Bila yang terkena banjir adalah kawasan industri, maka dapat mempengaruhi kegiatan industri dan memberi dampak ekonomi berskala internasional.
    • Penduduk yang rumahnya terkena banjir lebih cenderung untuk bertahan di rumah mereka masing-masing dengan alasan untuk menjaga harta benda.

Gerakan Tanah

Skala:

    • Secara spasial, gerakan tanah dapat berskala sangat kecil yang hanya melanda daerah tertentu yang relatif sangat sempit seperti tebing jalan (Gambar GT-1), sampai skala yang cukup besar untuk menghilangkan sebuah dusun (Gambar GT-2).
Warga dan petugas berupaya membersihkan tanah longsor yang menutup jalur Solo-Selo-Borobudur di wilayah Kecamatan Cepogo, Boyolali, yaitu di tikungan Irung Petruk, Jumat (15/2/2013). (JIBI/SOLOPOS/Septhia Ryanthie)

Gambar GT-1. Longsor berskala kecil di tebing jalan yang menutup sebagian badan jalan. Sumber foto: SOLORAYA, 15 Februari 2013.

 

Gambar GT-2. Gerakan tanah yang berskala cukup besar untuk menghilangkan sebuah dusun di Banjarnegara. Perhatikan perubahan kondisi lahan yang terjadi karena gerakan tanah tipe longsor ini. Longsor 12 Desember 2014. Sumber foto: Kantor Berita Antara. Karena gerakan tanah ini, terjadi kehilangan total lahan, rumah maupun harta benda; dan dapat menyebabkan kematian dengan angka kematian relatif rendah (bisa mencapai angka seratusan).

Waku dan Lokasi Kejadian:

    • Di musim hujan.
    • Di daerah pegunungan atau perbukitan berlerang terjal atau curam.

Sifat Kejadian:

    • Untuk daerah yang telah dinilai rawan longsor, masuknya musim hujan menjadi indikasi awal. Karena kemungkinan terjadinya longsor kecil, maka indikasi ini sering diabaikan.
    • Indikasi lain adalah munculnya retakan di daerah yang akan longsor. Tetapi indikasi ini sering tidak terlihat karena lokasinya di tempat-tempat yang jarang dikunjungi orang seperti di lereng-lereng perbukitan, di hutan, atau di kebun atau sawah.
    • Karena kurang waspada terhadap indikasi terjadinya longsor, maka dirasakan longsor terjadi tiba-tiba, dan menimbulkan korban jiwa.
    • Peristiwa longsor dapat terjadi kapan pun dalan 24 jam ketika musim hujan.

Efek terhadap lahan:

    • Untuk gerakan tanah tipe longsor, lahan yang terkena gerakan tanah dapat hilang permanen dan tidak dapat dipakai lagi (lihat Gambar 2).
    • Untuk gerakan tanah tipe rayapan tanah, lahan yang terkena masih dapat dipakai secara terbatas.

Efek terhadap harta benda:

    • Untuk tipe longsor, harta benda dapat rusak permanen (lihat Gambar 2).

Efek kematian:

    • Dapat menyebabkan kematian bila tertimbun material longsoran (lihat Gambar 2).

Efek lanjutan:

    • Orang yang rumahnya terkena longsor, dapat kehilangan lahan dan harta secara permanen. Mereka perlu lokasi pemukiman yang baru dan harta benda yang baru untuk mengganti harta benda mereka yang hilang.
    • Peristiwa gerakan tanah dapat merusak jaringan jalan di daerah pegunungan atau perbukitan sehingga menyebabkan gangguan transportasi bagi daerah sekitarnya.

Tsunami

Skala:

    • Dapat berskala kecil (lokal) dan regional dan lintas samudera.

Waktu dan Lokasi Kejadian:

    • Waktu kejadian tidak dapat diperkirakan. Bisa terjadi kapan pun.
    • Daerah yang terkena adalah daerah rendah di kawasan pesisir yang menghadap langsung lokasi yang berpotensi sebagai daerah pembangkit gelombang tsunami, yaitu zona penunjaman lempeng kerak Bumi atau gunungapi yang berada di laut.

Sifat Kejadian:

    • Diawali oleh peristiwa gempa bumi dengan guncangan yang kuat dengan episentrum atau pusat gempa di zona penunjaman (contoh: tsunami Samudera Hindia / Aceh 26 Desember 2004; diawali oleh peristiwa erupsi paroksismal gunungapi yang berada di laut (contoh: tsunami Selat Sunda yang diawali oleh erupsi Gunung Krakatau 1888).
    • Hanya ada selang waktu antara munculnya indikasi terjadinya tsunami dengan sampainya gelombang tsunami. Lamanya selang waktu ini ditentukan oleh jarak antara lokasi tercetusnya gelombang tsunami dengan kawasan pesisir.
    • Korban jiwa terjadi karena ketidaktahuan akan indikasi kemunculan tsunami, atau waktu yang singkat antara munculnya indikasi dan sampainya gelombang tsunami, atau kegagalan sistem peringatan dini, atau ketidaksiapan.

Efek terhadap lahan:

    • Lahan yang terkena tsunami akan mengalami kerusakan sesuai dengan tinggi gelombang tsunami yang melandanya.
    • Lahan dapat hilang (Gambar T-1), rusak dan masih dapat dipergunakan, atau utuh (Gambar T-2).

Gambar T-1. Kerusakan karena tsunami di tepi pantai. Di daerah dekat pantai, tsunami dapat menyebabkan kehilangan lahan atau kerusakan lahan yang berat karena tererosi gelombang tsunami yang datang menerjang. Sumber: Citra dari Digital Globe yang dikutip dari Peter Loud.

 

Gambar T-2. Salah satu bentuk kerusakan karena tsunami. Pada kerusakan seperti ini, sebagian lahan masih utuh dan dapat dilihat batas-batas lahannya, dan sebagian lahan lainnya mungkin rusak tergerus arus sehingga batas-batasnya menjadi tidak jelas. Sumber: Foto dari Associated Press / Eugene Hoshiko dikutip dari Kompas.com.

 

Efek terhadap harta benda:

    • Kerusakan harta tergantung pada tinggi gelombang yang melanda.
    • Harta benda dapat hanya rusak ringan sampai hilang permanen.

Efek kematian:

    • Dapat menyebabkan kematian massal, tergantung pada tinggi gelombang yang melanda.

Erosi

Skala:

    • Dampak langsung berskala lokal.

Efek terhadap lahan

    • Dampak langsung berskala lokal.

Efek terhadap harta benda

    • Dampak langsung berskala lokal.

Skala:

    • Dampak langsung berskala lokal.

Gempa Bumi

Skala

Efek terhadap lahan

Efek terhadap harta benda

Efek kematian

Underconstruction

Posted in Banjir, FENOMENA ALAM, Gerakan Tanah, PROSES (BENCANA) ALAM | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , , , , , , , | Leave a Comment »

Bencana Alam di Indonesia 5 (Bencana di Musim Angin Barat)

Posted by wahyuancol pada Januari14, 2013

Macam-macam Bencana

Bulan Desember, Januari dan Februari adalah masa bertiupnya angin barat di sebagian besar Kepulauan Indonesia. Bersamaan dengan itu juga terjadi curah hujan yang tinggi. Konsekuensi dari keadaan tersebut adalah terjadinya gelombang tinggi di perairan Kepulauan Indonesia. Sementara itu di darat terjadi banjir, tanah longsor dan angin ribut.

Perencanaan Menghadapi Bencana

Kepulauan Indonesia terletak di antara Benua Australia dan Asia. Benua Australia terletak di belahan bumi selatan, dan Benua Asia terletak di belahan bumi utara; sedang Kepulauan Indonesia di khatulistiwa. Konsekuensi dari keadaan tersebut salah satunya adalah kawasan Kepulauan Indonesia dipengaruhi oleh monson yang bergerak dari Banua Australia ke Asia dan sebaliknya pada waktu-waktu tertentu.

Pada bulan Desember, Januari dan Februari, angin bertiup dari Benua Asia ke Benua Australia. Sebaliknya, pada bulan Juni, Juli dan Agustus, angin bertiup dari Benua Austalia ke Benua Asia. Pergantian musim angin tersebut berlangsung sepanjang tahun secara teratur. Berkaitan dengan bencana yang berasosiasi dengan musim angin barat di atas, maka dapat dipastikan bahwa asosiasi bencana tersebut akan berulang juga secara teratur setiap tahun.

Asosiasi bencana alam yang datang ketika musim angin barat telah diketahui. Lokasi kejadiannya pun diketahui sehingga dapat dipetakan penyebarannya. Apabila suatu kejadian dapat diketahui lokasi dan waktu kejadiannya, maka dapat pula direncanakan tindakan atau upaya untuk menghadapi dampaknya.

Untuk dapat membuat perencana menghadapi bencana, maka perlu dikatahui aneka dampak dari bencana tersebut bagi kehidupan manusia.

Dampak Bencana Alam bagi Kehidupan Manusia

Pengaruh atau dampak dari berbagai bencana tersebut diatas terhadap kehidupan manusia di Kepulauan Indonesia terjadi dalam berbagai bentuk. Berikut ini digambarkan secara singkat tentang hal itu.

Gelombang tinggi memberikan pengaruh dalam bentuk terganggunya aktifitas pelayaran di perairan maupun di selat-selat yang menyebabkan terganggunya pelayaran antar pulau, serta nelayan tidak dapat ke laut mencari ikan. Terganggunya pelayaran antar pulau atau penyeberangan menyebabkan terganggunya transportasi barang dan manusia antar pulau. Sebagai contoh, terganggunya penyeberangan di Selat Sunda. Gelombang tinggi di perairan selat tersebut menyebabkan penyeberangan ferri tidak dapat beroperasi. Dampak lanjutannya adalah truk-truk pengangkut barang tidak dapat menyeberang. Kerugian ekonomi terjadi antara lain karena terlambatnya pengiriman barang. Untuk daerah-daerah yang pengiriman bahan pokok semata-mata melalui penyeberangan atau pelayaran antar pulau, terganggunya pengiriman barang mengakibatkan terganggunya kehidupan masyarakat dalam bentuk langkanya barang pokok dan naiknya harga-harga. Selain itu, untuk pulau tertentu, musim angin yang menyebabkan gelombang tinggi dapat menyebabkan pulau tersebut terisolir; seperti Pulau Bawean.

Banjir menyebabkan tergenangnya daerah pemukiman, pertanian dan terganggunta transportasi darat karena jalan-jalan yang tergenang. Kerugian ekonomi terjadi karena rusaknya rumah-rumah, lahan pertanian dan sarana transportasi; selain itu juga dapat terjadi kerugian karena terganggunya kegiatan pengiriman barang melalui jalan darat seperti melalui jalan tol. Misalnya banjir yang terjadi di awal tahun 2013 ini yang menggenangi jalan tol Jakarta – Merak.

Tanah longsor menimbulkan kerugian dalam bentuk rusaklnya rumah bila longsor mengenai rumah, dan mengganggu transportasi bila longsor yang terjadi menimbun jalan. Sementara itu angin ribut menyebabkan kerusakan rumah-rumah yang terkena.

Apa yang perlu Dilakukan?

Sampai di sini dulu ya!

Posted in PROSES (BENCANA) ALAM | Dengan kaitkata: , , , , , | Leave a Comment »

Siklon Tropis, Gelombang Tinggi dan Arus Rip

Posted by wahyuancol pada Januari27, 2012

Pada hari Kamis tanggal 26 Januari 2012 dilaporkan bahwa telah aktif sebuah siklon tropis di Samudera Hindia. Kehadiran siklon tersebut dapat dilihat di situs BMKG maupun Biro Meteorologi Australia. Siklon tersebut bergerak ke arah tenggara mendekati Australia. Prediksi lintasan  siklon tersebut terhadap Indonesia dan Australia juga diberikan. Siklon tersebut akan hadir selama 72 jam.

Prediksi dampak siklin tersebut terhadap kawasan pesisir Indonesia diberikan oleh BMKG.

Berkaitan dengan kehadiran IGGY, BMKG memberikan catatan sebagai berikut:

Perhatian:

Siklon Tropis IGGY ini memberikan dampak berupa :

  • Hujan dengan intensitas ringan – sedang berpotensi terjadi di Sumatera bagian selatan, Pesisir barat Sumatera , Jawa bagian Barat , NTB, dan NTT
  • Angin dengan kecepatan lebih dari 36 km/jam berpotensi terjadi di Jawa, Bali, NTB, NTT, Sumatera bagian selatan, Laut Jawa, Samudera Hindia selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.
  • Gelombang dengan ketinggian 3.0 – 4.0 meter berpeluang terjadi di perairan Bengkulu – barat Lampung, Selat Sunda bagian Selatan, perairan Selatan Jawa Tengah hingga Nusa Tenggara Barat, perairan Selatan Pulau Sumba – Pulau Sau – Pulau Rote – Kupang, Laut Jawa Bagain Tengah dan Timur, Laut Flores Bagian Barat, Laut Banda bagian Selatan, perairan Kepulauan Leti – Kepulauan Sermata – Kepulauan Babar – Kepulauan Tanimbar – Kepulauan Kai – Kepulauan Aru.
  • Gelombang dengan ketinggian 4.0 – 6.0 meter berpeluang terjadi di Perairan Selatan Banten hingga jawa Barat, Samudera Hindia Selatan Lampung hingga Nusa Tenggara Timur, Laut Timor, Laut Cina Selatan, Laut Bali – Laut Sumbawa, Laut Arafuru.

Mengenai dampak siklon tersebut perlu dicatat bahwa Indonesia tidak akan terkena dampak langsung dari siklon tropis. Adapun yang akan sampai ke Indonesia adalah angin dan gelombang laut yang bergerak menyebar dari pusat pusaran siklon tersebut. Siklon itu sendiri bergerak ke arah tenggara mendekati benua Australia.

Bagi masyarakat yang tinggal atau beraktifitas di kawasan pesisir di Indonesia yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, perlu waspada terhgadap hadirnya angin kencang, dan gelombang tinggi (1 dan 2).

Khusus untuk masyarakat yang beriwisata di pantai yang berlokasi di pesisir selatan Pulau Jawa (seperti Pangandaran, Cilacap, Parangtritis, Binuangeun, Pacitan dan lainnya di Jawa Timur), Bali dan Nusa Tenggara, disarankan untuk waspada terhadap bahaya arus rip.

Semoga bermanfaat.

Salam

 

Posted in Arus, Banjir, Erosi, Siklon Tropis Samudera Hindia, Wilayah Pesisir | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , , | Leave a Comment »

Angin Barat 2: Persoalan di Musim Angin Barat

Posted by wahyuancol pada Desember17, 2010

Kini kita di Indonesia telah memasuki Musim Angin Barat tahun 2010. Apabila kita mengikuti berita di berbagai surat kabar atau media massa lainnya, maka akan kita ketahui adanya berbagai persoalan yang timbulnya berkaitan erat dengan hadirnya musim angin barat. Berbagai persoalan itu adalah:

  1. Gangguan transportasi antar pulau. Gelombang yang tinggi dan angin yang kencang di kawasan Selat Sunda telah menyebabkan penyeberangan ferry tidak dapat beroperasi. Akibatnya adalah banyak truk pengangkut barang yang tidak dapat menyeberang dari Pulau Jawa ke Sumatera, dan sebaliknya. Sementar itu, gangguan transportasi juga terjadi di Selat Bali. Operasi penyeberangan Ketapang – Gilimanuk dilakukan buka-tutup. Di Kupang, lintas penyeberangan antar pulau dibatalkan dari Pelabuhan Kupang ke berbagai pulau di kawasan tersebut dibatalkan.
  2. Gangguan aktifitas laut di Bengkulu. Gelombang yang tinggi dan angin yang kencang di perairan Bengkulu menyebabkan para nelayan di daerah tersebut tidak dapat ke laut mencari ikan, dan kapal penumpang tidak dapat beroperasai.
  3. Gangguan transportasi batubara. Transportasi batubara dari Samarinda ke PLTU di Cilacap terganggu karena cuaca buruk di Samudera Hindia.
  4. Gelombang tinggi di perairan Propinsi Banten yang menyebabkan beraktifitas di kawasan pantai menjadi kegiatan yang berbahaya.
  5. Banjir di berbagai kawasan di Indonesia seperti di Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan.

Demikianlah gambaran singkat tentang dampak hadirnya musim angin barat di Kepulauan Indonesia. Apa yang diuraikan di atas hanyalah sekedar memberikian contoh yang sedang terjadi sekarang. Masih banyak persoalan yang sama terjadi di kawasan lain di Indonesia yang tidak sempat diberitakan sehingga tidak tercatat.

Kehadiran musim angin barat dan berbagai efek yang ditimbulkan itu bersifat rutin. Pasti terjadi setiap tahunnya sesuai dengan perubahan musim angin atau perubahan monsoon di Kepulauan Indonesia. Oleh karena itu, sebenarnya kita dapat memperhitungkannya kapan datangnya dan efek yang ditimbulkannya, sehingga kita dapat menghadapinya dengan baik.

Gambaran lebih jauh tentang masalah ini dapat dibaca pada Angin Barat 1. Sedang tentang siklus bencana alam di Indonesia dapat dibaca pada Siklus dan Kalender Bencana Alam.

Salam.

Wahyu

Posted in Banjir, Gelombang, PROSES (BENCANA) ALAM, Wilayah Pesisir | Dengan kaitkata: , , , , , | Leave a Comment »

Angin Barat 1: Bencana Alam di Musim Angin Barat di Indonesia

Posted by wahyuancol pada November18, 2009

Sekarang bulan Nopember 2009, angin barat mulai bertiup dan hujan yang intensif sudah dimulai sejak minggu yang lalu. Musim Angin Barat atau Musim Hujan telah dimulai. Perlu dicatat bahwa musim ini dapat berlangsung sampai bulan Maret. Di awal musim ini saya mencoba menguraikan bencana alam apa saja yang mungkin terjadi.

Bencana terkait Curah Hujuan Tinggi

Bencana alam yang dapat terjadi berkaitan dengan kondisi curah hujan yang tinggi adalah:

  1. Banjir. Daerah-daerah yang sudah biasa mengalami banjir di musim hujan seyogyanya agar mulai berwaspada menghadapi keatangan banjir ini. Meskipun demikian, kawasan-kawasan yang dalam kegiatan pembangunan menyebabkan perubahan drainase perlu juga waspada. Terkait masalah banjir ini, prediksi curah hujan dari BMKG penting untuk dicermati. Pada tingkat nasional atau daerah, seyogyanya instansi yang bertanggungjawab menangani masalah bencana alam memiliki peta daerah banjir untuk seluruh kawasan di Indonesia dan mengatahui kapan biasanya banjir itu terjadi di kawasan-kawasan yang dipetakan itu.
  2. Tanah longsor atau gerakan tanah. Bencana ini selain berkaitan dengan curah hujan yang tinggi juga berkaitan dengan kondisi geologi atau geomorfologi suatu kawasan. Daerah-daerah yang sudah dikenal sebagai daerah yang rawan terhadap bencana alam ini sudah harus berwaspada. Selain itu, daerah-daerah yang berlereng terjal lain juga perlu berwaspada. Beberapa waktu yang lalu di kawasan Kepulauan Indonesia sering terjadi gempa bumi. Gempa bumi bila terjadi di musim hujan dapat memicu terjadinya tanah longsor di kawasan yang rawan bencana tanah longsor. Penduduk yang berada di daerah yang telah dipetakan sebagai daerah rawan bencana longsor perlu berwaspada. Pada tingkat nasional atau daerah, instansi yang terkait seyogyanya telah memiliki peta daerah rawan bencana ini, dan sekarang berwaspada. Tentang bencana ini patut diingat bahwa skalanya bisa besar beberapa hektar luas areal yang longsor, tetapi bisa pula hanya kecil seperti tebing atau lereng curan di tepi jalan atau di belakang rumah.
  3. Banjir pasang surut. Curah hujan yang tinggi di musim hujan ini atau kondisi banjir yang terjadi karena curah hujan yang tinggi dapat memperparah atau memperluas daerah-daerah yang terpengaruh oleh banjir pasang surut. Daerah-daerah yang menjadi langganan banjir ini dan daerah yang berbatasan dengannhnya perlu berwaspada. Institusi di tingkat daerah seyogyanya memiliki peta daerah rawan bencana ini.
  4. Erosi dan Banjir Bandang. Erosi akan meningkat di musim hujan ini, terutama di daerah perbukitan atau pegunungan. Daerah-daerah berbukitan atau pegunungan yang ada kegiatan pembukaan hutan atau lahan di dalamnya perlu berwaspada. Erosi yang terjadi di daerah-daerah tersebut dapat memicu terjadinya banjir bandang. Kemudian, erosi dapat terjadi di tebing-tebing sungai karena meningkatnya debit aliran sungai.

Bencana terkait Angin Kencang

Bencana alam yang dapat terjadi berkaitan dengan tiupan angin musim barat adalah:

  1. Gelombang tinggi. Daerah-daerah atau segmen-segmen pantai yang terbuka dari arah barat atau dari arah datangnya angin perlu berwaspada. Tiupan angin yang kencang dapat menimbulkan gelombang tinggi, apalagi bila terjadi bersamaan waktunya dengan kondisi laut yang sedang pasang.
  2. Erosi pantai. Erosi pantai berkaitan dengan kondisi gelombang, dengan demikian erosi pantai terjadi musiman. Segmen-segmen pantai yang terbuka dari arah barat perlu waspada terhadap erosi pantai karena sekarang ini adalah saatnya erosi itu terjadi.
  3. Angin puting beliung. Angin ini adalah angin lokal yang bersifat merusak. Di daerah-daerah tertentu karena kondisi lingkungannya bisa terbentuk angin-angin lokal yang terjadi pada musim-musim tertentu.

Di perairan, kawasan-kawasan yang kuat terpengaruh oleh angin musim barat ini agar diwaspada, terutama bila kita melintasinya. Prediksi angin dari BMKG perlu dicermati. Daerah-daerah yang secara umum terpengaruh adalah kawasan pantai barat Sumatera, kawasan Selat Karimata, kawasan Laut Jawa dan kawasan Selat Sunda.

Demikian gambaran bencana yang mungkin terjadi berkaitan dengan masuknya musim angin barat atau musim hujan.

Semoga bermanfaat.

Salam,

Wahyu

Posted in Banjir, Erosi, Gelombang, Gempa, Pasang surut, PROSES (BENCANA) ALAM | Dengan kaitkata: , , , , , , , | 8 Comments »