Kepulauan Indonesia

Cerita dari, untuk dan tentang Kepulauan Indonesia beserta Penghuni dan Penduduknya

Posts Tagged ‘Volkanisme’

Karakter Efek Bencana Alam

Posted by wahyuancol pada Februari14, 2014

Setelah lebih dari 5 bulan didera oleh erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara, kini kembali kita didera oleh erupsi gunungapi. Gunung Kelud menjelang tengah malam menyemburkan abu volkanik yang dampaknya dirasakan sampai ke berbagai wilayah di Jawa Timur dan Tengah. Di antara dua peristiwa erupsi itu, terjadi banjir yang melanda di berbagai kawasan di Indonesia yang di selangi oleh tanah longsor.

Sekarang mari kita lihat karakter efek yang merugikan dari berbagai bencana alam yang mungkin terjadi di Indonesia.

Erupsi Gunungapi

Skala:

    • Dampak langsung  erupsi gunungapi bisa berskala lokal sampai global. Hal itu tergantung pada tipe erupsinya.
    • Bila hanya erupsi guguran lava atau aliran lahar, maka dampaknya sangat lokal.
    • Bila erupsinya erupsi letusan yang kuat dan menyemburkan material volkanik tinggi ke angkasa, maka dampaknya bisa bersifat global, karena mengganggu atmosfer.

Waktu dan Lokasi Kejadian:

    • Berkaitan dengan peristiwa erupsi gunungapi.
    • Durasi atau lama kejadian tidak dapat diprediksi; bisa sampai tahunan
    • Skala kejadian tidak dapat diprediksi.
    • Waktu kejadian sampai tahap tertentu dapat diperkirakan berdasarkan karakter erupsi gunungapi dengan keakuratan sekitar 50%.
    • Tempat kejadian di sekitar tubuh gunungapi atau di kawasan bergunungapi.

Sifat Kejadian:

    • Kejadian diawali dengan peristiwa erupsi gunungapi (tidak mendadak). Dengan sifat kejadian seperti ini seharusnya erupsi gunungapi tidak menimbulkan korban jiwa. Korban jiwa dapat terjadi karena kegagalan sistem peringatan dini, kesalahan prediksi skala erupsi, atau korban tidak mau mengikuti perintah untuk mengungsi.

Efek terhadap lahan:

    • Lahan bisa rusak, tetapi sifatnya sementara.
    • Setelah erupsi berakhir, lahan dapat dimanfaatkan kembali.
    • Setelah beberapa tahun, lahan pertanian menjadi subur.

Efek terhadap harta benda:

    • Harta benda bisa rusak atau hilang secara permanen.

Efek kematian:

    • Bisa mematikan bila terkena erupsi langsung seperti awan panas.
    • Bisa mematikan secara tidak langsung seperti karena terkena bangunan yang ambruk.

Efek lanjutan:

    • Bila atmosfer terganggu karena debu volkanik, maka dapat menyebabkan gangguan cuaca dan penerbangan (dampak negatif meluas menjadi berskala internasional).
    • Kawasan gunung adalah lahan yang subur sehingga berkembang menjadi daerah pertanian, dengan demikian, erupsi gunungapi dapat mengganggu produksi pertanian.

Banjir

Skala:

    • Dampak langsung berskala lokal di suatu kawasan tertentu (Gambar B-1).
Raub pula dinaiki air, amaran peningkatan air di Kuantan tengah malam ini

Gambar B-1. Banjir yang merendam kawasan pemukiman. Sumber foto: Yahoo. Bila air banjir pergi, lahan tidak hilang, rumah masih berada di tempatnya dan bisa dipakai kembali. Kerusakan hanya terjadi pada harta benda yang terendam air. Dapat menyebabkan kematian dengan angka kematian yang sangat rendah (beberapa orang).

 Waktu dan Lokasi Kejadian:

    • Pada musim hujan.
    • Di dataran rendah dan  lahan basah.
    • Tempat kejadian berasosiasi dengan aliran sungai.

Sifat Kejadian:

    • Kejadian diawali oleh terjadinya curah hujan yang tinggi (tidak mendadak). Dengan sifat kejadian seperti ini seharusnya banjir tidak menimbulkan korban jiwa. Korban jiwa dapat terjadi karena korban terlambat mengungsi atau tidak mau mengungsi ketika air banjir mulai menginggi.

Efek terhadap lahan:

    • Lahan dapat rusak karena erosi oleh air banjir yang mengalir. Terutama di daerah yang berada di sekitar alur sungai.
    • Genangan banjir menghasilkan endapan. Setelah beberapa waktu lahan pertanian, khususnya persawahan,  menjadi subuh.
    • Lahan yang dilanda banjir, setelah banjir berlalu, dapat dipakai kembali.

Efek terhadap harta benda:

    • Bila tersapu aliran air banjir harta benda dapat rusak atau hilang permanen.
    • Bila hanya digenangi air banjir, beberapa jenis benda dapat dipakai kembali.

Efek kematian:

    • Dapat menyebabkan kematian bila hanyut oleh air banjir.

Efek lanjutan:

    • Dapat menyebabkan munculnya berbagai jenis penyakit yang berhubungan dengan air.
    • Bila yang terkena banjir adalah kawasan industri, maka dapat mempengaruhi kegiatan industri dan memberi dampak ekonomi berskala internasional.
    • Penduduk yang rumahnya terkena banjir lebih cenderung untuk bertahan di rumah mereka masing-masing dengan alasan untuk menjaga harta benda.

Gerakan Tanah

Skala:

    • Secara spasial, gerakan tanah dapat berskala sangat kecil yang hanya melanda daerah tertentu yang relatif sangat sempit seperti tebing jalan (Gambar GT-1), sampai skala yang cukup besar untuk menghilangkan sebuah dusun (Gambar GT-2).
Warga dan petugas berupaya membersihkan tanah longsor yang menutup jalur Solo-Selo-Borobudur di wilayah Kecamatan Cepogo, Boyolali, yaitu di tikungan Irung Petruk, Jumat (15/2/2013). (JIBI/SOLOPOS/Septhia Ryanthie)

Gambar GT-1. Longsor berskala kecil di tebing jalan yang menutup sebagian badan jalan. Sumber foto: SOLORAYA, 15 Februari 2013.

 

Gambar GT-2. Gerakan tanah yang berskala cukup besar untuk menghilangkan sebuah dusun di Banjarnegara. Perhatikan perubahan kondisi lahan yang terjadi karena gerakan tanah tipe longsor ini. Longsor 12 Desember 2014. Sumber foto: Kantor Berita Antara. Karena gerakan tanah ini, terjadi kehilangan total lahan, rumah maupun harta benda; dan dapat menyebabkan kematian dengan angka kematian relatif rendah (bisa mencapai angka seratusan).

Waku dan Lokasi Kejadian:

    • Di musim hujan.
    • Di daerah pegunungan atau perbukitan berlerang terjal atau curam.

Sifat Kejadian:

    • Untuk daerah yang telah dinilai rawan longsor, masuknya musim hujan menjadi indikasi awal. Karena kemungkinan terjadinya longsor kecil, maka indikasi ini sering diabaikan.
    • Indikasi lain adalah munculnya retakan di daerah yang akan longsor. Tetapi indikasi ini sering tidak terlihat karena lokasinya di tempat-tempat yang jarang dikunjungi orang seperti di lereng-lereng perbukitan, di hutan, atau di kebun atau sawah.
    • Karena kurang waspada terhadap indikasi terjadinya longsor, maka dirasakan longsor terjadi tiba-tiba, dan menimbulkan korban jiwa.
    • Peristiwa longsor dapat terjadi kapan pun dalan 24 jam ketika musim hujan.

Efek terhadap lahan:

    • Untuk gerakan tanah tipe longsor, lahan yang terkena gerakan tanah dapat hilang permanen dan tidak dapat dipakai lagi (lihat Gambar 2).
    • Untuk gerakan tanah tipe rayapan tanah, lahan yang terkena masih dapat dipakai secara terbatas.

Efek terhadap harta benda:

    • Untuk tipe longsor, harta benda dapat rusak permanen (lihat Gambar 2).

Efek kematian:

    • Dapat menyebabkan kematian bila tertimbun material longsoran (lihat Gambar 2).

Efek lanjutan:

    • Orang yang rumahnya terkena longsor, dapat kehilangan lahan dan harta secara permanen. Mereka perlu lokasi pemukiman yang baru dan harta benda yang baru untuk mengganti harta benda mereka yang hilang.
    • Peristiwa gerakan tanah dapat merusak jaringan jalan di daerah pegunungan atau perbukitan sehingga menyebabkan gangguan transportasi bagi daerah sekitarnya.

Tsunami

Skala:

    • Dapat berskala kecil (lokal) dan regional dan lintas samudera.

Waktu dan Lokasi Kejadian:

    • Waktu kejadian tidak dapat diperkirakan. Bisa terjadi kapan pun.
    • Daerah yang terkena adalah daerah rendah di kawasan pesisir yang menghadap langsung lokasi yang berpotensi sebagai daerah pembangkit gelombang tsunami, yaitu zona penunjaman lempeng kerak Bumi atau gunungapi yang berada di laut.

Sifat Kejadian:

    • Diawali oleh peristiwa gempa bumi dengan guncangan yang kuat dengan episentrum atau pusat gempa di zona penunjaman (contoh: tsunami Samudera Hindia / Aceh 26 Desember 2004; diawali oleh peristiwa erupsi paroksismal gunungapi yang berada di laut (contoh: tsunami Selat Sunda yang diawali oleh erupsi Gunung Krakatau 1888).
    • Hanya ada selang waktu antara munculnya indikasi terjadinya tsunami dengan sampainya gelombang tsunami. Lamanya selang waktu ini ditentukan oleh jarak antara lokasi tercetusnya gelombang tsunami dengan kawasan pesisir.
    • Korban jiwa terjadi karena ketidaktahuan akan indikasi kemunculan tsunami, atau waktu yang singkat antara munculnya indikasi dan sampainya gelombang tsunami, atau kegagalan sistem peringatan dini, atau ketidaksiapan.

Efek terhadap lahan:

    • Lahan yang terkena tsunami akan mengalami kerusakan sesuai dengan tinggi gelombang tsunami yang melandanya.
    • Lahan dapat hilang (Gambar T-1), rusak dan masih dapat dipergunakan, atau utuh (Gambar T-2).

Gambar T-1. Kerusakan karena tsunami di tepi pantai. Di daerah dekat pantai, tsunami dapat menyebabkan kehilangan lahan atau kerusakan lahan yang berat karena tererosi gelombang tsunami yang datang menerjang. Sumber: Citra dari Digital Globe yang dikutip dari Peter Loud.

 

Gambar T-2. Salah satu bentuk kerusakan karena tsunami. Pada kerusakan seperti ini, sebagian lahan masih utuh dan dapat dilihat batas-batas lahannya, dan sebagian lahan lainnya mungkin rusak tergerus arus sehingga batas-batasnya menjadi tidak jelas. Sumber: Foto dari Associated Press / Eugene Hoshiko dikutip dari Kompas.com.

 

Efek terhadap harta benda:

    • Kerusakan harta tergantung pada tinggi gelombang yang melanda.
    • Harta benda dapat hanya rusak ringan sampai hilang permanen.

Efek kematian:

    • Dapat menyebabkan kematian massal, tergantung pada tinggi gelombang yang melanda.

Erosi

Skala:

    • Dampak langsung berskala lokal.

Efek terhadap lahan

    • Dampak langsung berskala lokal.

Efek terhadap harta benda

    • Dampak langsung berskala lokal.

Skala:

    • Dampak langsung berskala lokal.

Gempa Bumi

Skala

Efek terhadap lahan

Efek terhadap harta benda

Efek kematian

Underconstruction

Posted in Banjir, FENOMENA ALAM, Gerakan Tanah, PROSES (BENCANA) ALAM | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , , , , , , , | Leave a Comment »

Bumi, Januari 2014

Posted by wahyuancol pada Januari22, 2014

Apa yang sedang terjadi di Bumi?

An idealized view of Earth rising above the lunar terrain, using a focal length similar to the lens used for the Earthrise photographs.

Gambar 0. Bumi dilihat dari Bulan.
(Sumber: http://svs.gsfc.nasa.gov/vis/a000000/a004100/a004129/index.html)
Akses: 22 Januari 2014

Belahan Bumi selatan, Australia, kepanasan karena kebakaran hutan (Gambar 1 dan Gambar 2).

Australia Fires from space

Gambar 1. Lokasi Kebakaran Hutan di Australia
(Sumber: http://veracitystew.com/2013/01/10/climate-watch-australian-heat-literally-off-the-charts/).
Akses: 22 Januari 2014.

Gambar 2. Kebakaran hutan di Australia
(Sumber: http://english.cntv.cn/program/asiatoday/20130108/108295.shtml)
Akses: 22 Januari 2014

Belahan Bumi utara, Amerika, kedinginan membeku karena selimut salju (Gambar 3, 4 dan 5).

File:Snow depth chart noaa nsm depth 2014010705 National.jpg

Gambar 3. Tutupan salju di Amerika Utara pada Januari 2014.
(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Snow_depth_chart_noaa_nsm_depth_2014010705_National.jpg)
Akses: 22 Januari 2014

USA Kältewelle 07.01.2014

Gambar 4. Amerika Utara Membeku.
North American big freeze: colder than Mars. Chilling temperatures and huge snow falls are gripping the US and Canada. DW English social media followers sent pictures to show us just what’s it’s like to experience temperatures lower than on the surface of Mars. Picture: Iwona, New Hampshire.
(Sumber: http://www.dw.de/north-american-big-freeze-colder-than-mars/g-17347532)
Akses: 22 Januari 2014

A pedestrian's umbrellas is upset during a winter snowstorm in Philadelphia 21 January 2014

Gambar 5. Salju dan Dingin Membeku di Amerika Utara.
(Sumber: http://www.bbc.co.uk/news/world-us-canada-25831549)
Akses: 22 Januari 2014

Di bagian tengah, Indonesia, panas dingin karena Sinabung dan  direndam banjir (Gambar 6 dan 7).

Gambar 6. Erupsi Gunung Sinabung.
(Sumber: http://www.shnews.co/detile-30977-sinabung-butuh-perhatian.html)
Akses 22 Januari 2014

Apa yang sedang terjadi di Bumi?

Mungkinkah sebagian fenimena ini berkaitan dengan perubahan iklim global?

Adakah campur tangan manusia?

Salam,

WBS

Posted in FENOMENA ALAM | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , | Leave a Comment »

Erupsi Sinabung 2013-2014: zona bahaya bukan untuk dilanggar!

Posted by wahyuancol pada Januari22, 2014

Sampai bulan Januari 2014 Gunung Sinabung masih terus aktif menyemburkan material dari dalam perutnya. Erupsi gunungapi tersebut telah berlangsung selama 4 bulan lamanya, dan belum ada indikasi kapan erupsi itu akan berhenti. Ada hal yang menarik untuk dicatat terkait dengan erupsi Gunung Sinabung ini, yaitu tidak ada korban jiwa karena erupsi gunung tersebut. Hal ini perlu mendapat perhatian karena ini merupakan suatu prestasi yang pantas dicermati.

Tidak adanya korban jiwa dalam erupsi gunungapi dapat karena berbagai hal, antara lain:

  1. Pemerintah yang sigap menangani masalah ini. Termasuk dalam kategori ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan: (a) sistem peringatan dini terhadap bahaya erupsi gunungapi, (b) cara penyampaian informasi yang baik sehingga dapat diterima oleh masyarakat, (c) proses pengungsian yang baik, dan (d) manajemen pengungsi yang baik di lokasi pengungsian. Erupsi gunungapi yang sulit diperkirakan kondisinya sering menjadi masalah ketika menyampaikan anjuran kepada masyarakat di sekitar kawasan gunungapi untuk mengungsi.
  2. Masyarakat patuh terhadap anjuran untuk mengungsi. Kepatuhan masyarakat untuk memenuhi anjuran untuk mengungsi merupakan hal yang sangat penting. Dalam kasus pengungsian terkait dengan erupsi gungapi, meraih kepercayaan masyarakat sehingga mereka mau untuk mengungsi merupakan hal yang sering tidak mudah. Banyak alasan yang bisa dipakai untuk menolak anjuran untuk mengungsi, mulai dari keyakinan  bahwa bencana erupsi tidak akan mengenainya hingga kekhawatiran akan keselamatan harta benda yang ditinggalkan.

Hal lain yang rasanya perlu disampaikan di sini adalah bahwa kita dapat memandang erupsi Gunung Sinabung sebagai hal yang patut disambut dengan kegembiraan atau disyukuri. Tentu ada yang bertanya, mengapa demikian?

Perlu di ketahui bahwa kawasan lereng Gunung Sinabung yang sekarang ini sedang diselimuti oleh debu volkanik adalah daerah pertanian yang penting di Sumatera bagian utara. Hasil-hasil pertaniannya dirasakan manfaatnya hingga Banda Aceh di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam, di ujung barat Pulau Sumatera. Aktifitas pertanian di kawasan Gunung Sinabung yang telah berlangsung sekian lama hingga sebelum eruposi di bulan September 2013 ternyata telah menyebabkan turunnya kesuburan lahan-lahan pertanian dan telah meningkatkan penggunaan pupuk. Saat ini, lahan pertanian yang telah turun kesuburan alamiahnya sedang diselimuti debu volkanik. Pada saatnya nanti, setelah erupsi berakhir dan material debu volkanik itu mengalami pelapukan, maka akan hadir tanah yang sangat subur di daerah tersebut. Dengan pola pikir yang demikian ini, maka pantaslah bila kita bersyukur dengan terjadinya erupsi gunungapi tersebut, karena erupsi tersebut menunjukkan Tuhan sedang memperbaiki lahan pertanian kita yang telah turun kesuburannya. Yang diperlukan sekarang ini hanyalah bersabar menunggu proses penyuburan lahan itu selesai.

————————–

Selasa 4 Februari 2014

Catatan lebih dari empat bulan erupsi yang tidak memakan korban jiwa dari erupsi Gunung Sinabung ternyata harus berakhir di hari Sabtu 1 Februari 2014. Erupsi yang meluncurkan awan panas di hari itu telah menewaskan 14 orang.  Dari jumlah tersebut, 4 orang korban adalah pelajar SMK, 4 orang mahasiswa, 4 orang warga luar daerah, 1 orang guru, dan 1 orang warga Kabanjahe (Inilah.com).  Disebutkan juga,  2 orang mahasiswa yang tewas adalah dari  Sekolah Tinggi Komunikasi Pembangunan Medan (Vivanews). Warga setempat yang tewas diduga adalah pemandu para pelajar/mahasiswa (Tempo). Selain itu, ada pula yang menyebutkan bahwa 7 orang dari 14 orang yang tewas itu adalah para relawan GMKI yang tewas di dalam tugas (Metrotvnews).

Berkaitan dengan korban jiwa tersebut, perlu kita ketahui siapa mereka dan bagaimana mereka bisa menjadi korban. Memang belum jelas diberitakan siapa sesungguhnya mereka yang tewas, tetapi yang pasti ternyata mereka sebagian besar adalah bukan penduduk setempat yang tidak mau mengungsi, melainkan warga luar daerah yang masuk ke zona bahaya dengan panduan penduduk setempat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa telah terjadi pelanggaran zona bahaya. Kesimpulan ini diketahui dari berita yang menyebutkan masih ada yang masuk ke zona bahaya (Metrotvnews), berita yang menyebutkan TNI AD dan Brimob menjaga perlintasan agar warga tidak masuk ke zona bahaya (Okezone).

Apapun yang kemudian dilakukan setelah jatuh korban jiwa memang tidak dapat mengembalikan para korban, tetapi peristiwa ini menjadi pelajaran bahaya penetapan zona bahaya bukan pernyataan isapan jempol yang bila dilanggar tidak mendatangkan resiko.

Salam,

Wahyu 

Posted in Cara Bumi di Hidupkan, FILSAFAT, HUMANIORA, Manusia dan Alam, Memahami Pengaturan, PROSES (BENCANA) ALAM, TUHAN, Volkanisme | Dengan kaitkata: , , , , , , | Leave a Comment »

Magma 2 (Tipe-tipe magma dan sifat-sifatnya)

Posted by wahyuancol pada November10, 2010

Tipe dan Sifat Magma

Magma dapat dibedakan berdasarkan kandungan SiO2. Dikenal ada tiga tipe magma, yaitu:

  1. Magma Basaltik (Basaltic magma) — SiO2 45-55 %berat; kandungan Fe dan Mg tinggi; kandungan K dan Na rendah.
  2. Magma Andesitik (Andesitic magma) — SiO2 55-65 %berat, kandungan Fe, Mg, Ca, Na dan K menengah (intermediate).
  3. Magma Riolitik (Rhyolitic magma) — SiO2 65-75 %berat, kandungan Fe, Mg dan Ca rendah; kandungan K dan Na tinggi.

Tiap-tiap magma memiliki karakteristik yang berbeda. Rangkuman dari sifat-sifat mangma itu seperti terlihat di dalam Tabel.

Rangkuman Sifat-sifat Magma
Tipe Magma Batuan Beku yang dihasilkan Komposisi Kimia Temperatur Viskositas Kandungan Gas
Basaltik Basalt 45-55 SiO2 %, kandungan Fe, Mg, dan Ca tinggi, kandungan K, dan Na rendah. 1000 – 1200oC Rendah Rendah
Andesitik Andesit 55-65 SiO2 %, kandungan Fe, Mg, Ca, Na, dan K menengah. 800 – 1000oC Menengah Menengah
Rhyolitik Rhyolit 65-75 SiO2 %, kandungan Fe, Mg, dan Ca rendah, kandungan K, dan Na tinggi. 650 – 800 oC Tinggi Tinggi

Temperatur magma tidak diukur secara langsung, melainkan dilakukan di laboratorium dan dari pengamatan lapangan.

Magma mengandung gas-gas terlarut. Gas-gas yang terlarut di dalam cairan magma itu akan lepas dan membentuk fase tersendiri ketika magma naik ke permukaan bumi. Analoginya sama seperti gas yang terlarut di dalam minuman ringan berkaborasi di dalam botol dengan tekanan tinggi. Ketika, tutup botol dibuka, tekanan turun dan gas terlepas membentuk fase tersendiri yang kita lihat dalam bentuk gelembung-gelembung gas. Juga sering kita lihat ketika pemberian meali bagi para pemenang balap kenderaan. Kepada mereka diberikan minuman di dalam botol dan kemudian mereka mengkocok-kocok botol tersebut sebelum membuka tutupnya. Kemudian, ketika tutup botol yang telah dikocok itu dibuka, maka tersemburlah isi botol tersebut keluar. Demikian pula halnya dengan magma ketika keluar dari dalam bumi. Kandungan gas di dalam magma ini akan mempengaruhi sifat erupsi dari magma bila keluar ke permukaan bumi.

Viskositas adalah kekentalan atau kecenderungan untuk tidak mengalir. Cairan dengan viskositas tinggi akan lebih rendah kecenderungannya untuk mengalir daripada cairan dengan viskositas rendah. Demikian pula halnya dengan magma.

Viskositas magma ditentukan oleh kandungan SiO2 dan temperatur magma. Makin tinggi kandungan SiO2 maka makin rendah viskositasnya atau makin kental. Sebaliknya, makin tinggi temperaturnya, makin rendah viskositasnya. Jadi, magma basaltik lebih mudah mengalir daripada magma andesitik atau riolitik. Demikian pula, magma andesitik lebih mudah mengalir drripada magma riolitik.

Perubahan Komposisi Magma

Proses pembekuan magma menjadi batuan dimulai dari pembentukan kristal-kristal mineral. Sesuai dengan komposisi kimianya, pembentukan kristal-kristal mineral itu terjadi pada temperatur yang berbeda-beda. Perlu dipahami bahwa dengan terbentuknya kristal, berarti ada unsur-unsur kimia dari larutan magma yang diambil dan diikat ke dalam kristal, sehingga kandungan unsur itu di dalam cairan atau larutan magma berkurang.

Bila kristal-kristal yang terbentuk di dalam magma memiliki densitas lebih besar daripada magma, maka kristal-kristal akan mengendap dan cairan akan terpisah dari kristal.. Sebaliknya bila kristal-kristal yang terbentuk lebih rendah densitasnya dripada magma, maka kristal-kristal akan mengapung. Bila cairan magma keluar karena tekanan, maka kristal-kristal akan tertinggal.

Keadaan tersebut akan merubah komposisi kimia cairan magma sisa. Apabila banyak komposisi kimia yang berkurang dari magma awal karena pembentukan kristal-kristal mineral, maka akan terbentuk magma baru dengan komposisi yang berbeda dari magma awalnya. Perubahan komposisi kimia magma seperti itu disebut sebagai diferensiasi magma oleh fraksinasi kristal (magmatic differentiation by crystal fractionation). Proses inilah yang dapat menyebabkan magma basaltik di dalam suatu gunungapi dapat berubah dari basaltik menjadi andesitik dan bahkan riolitik. Perubahan komposisi magma inilah yang dapat merubah tipe erupsi suatu gunungapi.

Artikel terkait:

Magma 1, Erupsi 1, Erupsi Celah, Basalt

Referensi:

Volnacoes, Magma and Volcanic Eruptions

http://www.tulane.edu/~sanelson/geol204/volcan&magma.htm

Posted in GLOSARIUM, M, PROSES (BENCANA) ALAM, Volkanisme | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , , , , | 11 Comments »

Bencana Alam di Indonesia 3 (yang tidak bersiklus)

Posted by wahyuancol pada November7, 2010

Selain bencana alam yang bersiklus atau rutin terjadi, di Indonesia juga ada bencana alam yang kejadiannya tidak rutin atau tidak bersiklus. Apabila bencana alam yang bersiklus kejadiannya terkaitan dengan proses-proses di Atmosfer atau berkaitan dengan gerakan bumi sebagai bagian dari sistem benda langit, maka bencana alam yang tidak bersiklus ini berkaitan dengan proses-proses geologi yang berlangsung di Bumi.

Berikut ini adalah macam-macam bencana alam yang tidak bersiklus itu.

Bencana terkait dengan Aktifitas Volkanisme

Macam-macam bencana yang berkaitan dengan aktifitas volkanisme adalah:

  1. Aliran awan panas. Bencana ini terjadi ketika gunungapi bererupsi; jadi bencana ini hanya dapat terjadi di sekitar gunungapi yang sedang aktif bererupsi (seperti aktifitas Gunung Merapi sekarang, Oktober dan Nopember 2010)
  2. Aliran lahar. Bencana ini juga terjadi di sekitar tubuh gunungapi. Lahar dapat dibedakan menjadi lahar panas dan lahar dingin. Lahar panas dapat terjadi karena dua kondisi. Pertama, terjadi apabila ada danau kawah di gunungapi yang aktif bererupsi, sehingga ketika terjadi erupsi material panas yang bercampur air mengalir menuruni lereng gunungapi sebagai lahar panas. Kedua, terjadi apabila endapan material panas hasil erupsi gunungapi yang menumpuk di lereng gunungapi mendapat siraman hujan yang banyak, sehingga endapan gunungapi yang panas yang bercampur dengan air mengalir menuruni lereng gunungapi sebagai lahar panas. Lahar dingin terjadi bila endapan material gunungapi yang telah dingin mendapat siraman air hujan yang banyak, sehingga percampuran keduanya mengalir menuruni lereng gunungapi.
  3. Semburan/Hujan abu, pasir dan batu. Bencana ini terjadi ketika gunungapi aktif bererupsi (seperti Merapi sekarang ini). Jangkauan bencana ini bisa bersifat sangat lokal di sekitar gunungapi yang bererupsi itu, dan bisa pula berskala global. Bencana yang berskala global terjadi bila semburan debu oleh gunungapi yang bererupsi dapat masuk ke lapisan atmosfer yang tinggi, seperti letusan Gunung Tambura tahun 1815 dan Krakatau tahun 1883.
  4. Semburan gas beracun. Bencana semburan gas beracun dapat terjdi di lingkungan gunungapi yang berada dalam fase masa akhir erupsi seperti di daerah Dieng. Gas yang disemburkan terutama adalah gas H2S.
  5. Tsunami. Bencana tsunami dapat terjadi karena erupsi letusan gunungapi yang terjadi di laut, seperti yang terjadi ketika letusan Gunung Krakatau tahun 1883. Ketika itu tsunami melanda kawasan pesisir Selat Sunda baik yang di Pulau Jawa (Banten) maupun di Pulau Sumatera (Lampung).

Bencana terkait dengan Gempa Bumi Tektonik

Macam-macam bencana yang berkaitan dengan Gempa Bumi Tektonik adalah:

  1. Bangunan runtuh. Bencana ini terjadi apabila terjadi goncangan gempa yang keras lebih dari 5 skala Richter. Kematian yang berkaitan dengan  gempa terjadi karena bangunan yang runtuh karena gempa dan menimpa manusia. Bencana ini umum terjadi di perkotaan atau kawasan pemukiman.
  2. Gerakan tanah atau Tanah Longsor. Bencana ini dapat terjadi menyusul terjadinya gempa yang kuat yang melanda daerah pegunungan atau perbukitan yang berlereng terjal. Kemungkinan bencana ini membesar apabila gempa terjadi di musim hujan.
  3. Tsunami. Bencana ini dapat terjadi menyusun terjadinya gempa yang kuat di laut. Kawasan yang terlanda tsunami bisa bersifat lokal dan bisa berskala regional. Tsunami bulan Desember 2004 (dikenal sebagai Tsunami Aceh) yang terjadi menyusun gempa di sebelah barat Pulau Sumatera bagian utara adalah contoh tsunami yang berskala regional. Sedang tsunami yang terjadi bulan Oktober 2010 yang melanda Pulau Mentawai adalah contoh tsunami berskala lokal.

Bencana yang umum terjadi di kawasan pesisir

Bencana yang biasa terjadi di kawasan pesisir adalah subsiden, yaitu turunnya permukaan tanah. Menyusul terjadinya subsiden adalah terjadinya banjir karena pasang-surut. Apabila kejadian subsiden bukan di kawasan pesisir, maka bencana yang menyertainya adalah banjir karena hujan.

Bencana karena sebab-sebab lain dan sangat lokal

Bencana alam lain yang sangat lokal dan sangat spesifik adalah  amblesan dan gunung lumpur. Amblesan ini terjadi karena permukaan tanah tiba-tiba turun, dan umumnya terjadi daerah berbukit-bukit. Fenomena gunung lumpur adalah fenomena munculnya lumpur ke permukaan bumi. Lumpur dapat muncul begitu saja di dalam rumah. Fenomena ini banyak terjadi di Jawa Timur.

Salam,

WBS

Bencana Alam di Indonesia 1

Bencana Alam di Indonesia 2

Bencana Alam di Indonesia 4

Posted in Banjir, Gempa, PROSES (BENCANA) ALAM, Semburan Lumpur, Subsiden, Tsunami, Volkanisme | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , | Leave a Comment »