Kepulauan Indonesia

Cerita dari, untuk dan tentang Kepulauan Indonesia beserta Penghuni dan Penduduknya

Archive for the ‘Rob’ Category

Rob 2 (Rob [masalah lingkungan khas] di Kota Pesisir)

Posted by wahyuancol pada Desember17, 2011

Rob sudah sejak lama sangat akrab dengan kota Semarang. Dalam dua dekade terakhir ini, rob juga menjadi akrab dengan Jakarta. Sementara itu, tahap awal perkembangan fenomena rob dapat kita lihat di bagian barat Kota Tegal, tepatnya di Desa Muarareja.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah rob (banjir pasang surut) merupakan bencana yang spesifik untuk kawasan pesisir berpemukiman?

Jawabannya adalah ya, karena di daerah pesisir yang tidak berpenghuni tidak dikenal rob. Fenomena penggenangan kawasan pesisir tak berpenghuni yang masih dalam kondisi alamiah oleh air laut ketika pasang adalah fenomena yang alamiah, dan daerah itu merupakan daerah rawa atau daerah pasang surut. Jadi, dengan pemikiran demikian, kalau kita memilih tinggi di daerah pasang surut, maka kita tidak bisa mengatakan bahwa kita terkena rob.

Lalu, bagaimana rob bisa terjadi di Kota Pesisir?

Terjadinya rob di kota pesisir dapat dipastikan memiliki sejarah panjang yang panjangnya hampir sama dengan sejarah perkembangan kota pesisir yang bersangkutan. Secara sederhana dapat kita katakan bahwa orang yang tinggal atau bermukim di kawasan kota pesisir yang terkena rob adalah orang-orang yang terjebak. Dapat kita pastikan bahwa pada awalnya mereka datang dan bermukim di kawasan rob itu, di daerah tersebut belum terjadi rob. Logika sederhana, bahwa orang akan memilih lokasi tempat tinggal yang aman dan nyaman. Tidak ada orang yang mau atau sengaja untuk tinggal di daerah rob. Orang yang akan tinggal di daerah rawa pun akan menimbun rawa itu sebelum mendirikan bangunan sehingga diperoleh lahan kering.

Rob 1, Rob 3, Rob 4.

Posted in Banjir, Pasang surut, PROSES (BENCANA) ALAM, Rob, Wilayah Pesisir | Dengan kaitkata: , , , | 2 Comments »

Rob 3 (Menanti Kedatangan Rob [bencana bersiklus])

Posted by wahyuancol pada November4, 2009

Berikut ini adalah kutipan dari KOMPAS.com edisi pagi ini Rabu 4 Nopember 2009 (http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/11/04/06154523/rob.datang.pagi.hari)

JAKARTA, KOMPAS.comWarga Marunda, Jakarta Utara, dikejutkan dengan datangnya air pasang atau rob pada pukul 09.00. Padahal, biasanya, rob hanya datang pada malam atau dini hari. Untuk persiapan menghadapi banjir, Jakarta harus menambah 15 polder lagi dari 33 polder yang sudah ada sekarang.

Datangnya rob pada pagi hari kemarin benar-benar membuat warga Marunda sibuk memindahkan barang-barang rumah tangganya. Warga meninggalkan kesibukan mereka karena harus membendung air yang terus masuk dari laut.

”Biasanya air pasang datang malam hari. Eh, kok, sekarang pagi, saya jadi tidak bisa jualan,” kata Nisah (45), warga RT 003 RW 07 Marunda, Cilincing, Jakarta Utara (Jakut). Dia harus memindahkan isi rumahnya, seperti bangku, meja, pakaian, dan perabot masak.

Usman, Ketua RT 003 RW 07 Marunda, Cilincing, menjelaskan, air pasang yang datang pagi hingga siang ini memang di luar dugaan warga. ”Apalagi sekarang belum memasuki angin barat, wajar saja jika warga banyak yang panik dan terburu-buru memberesi perabotan rumahnya. Rob biasanya terjadi pada musim angin barat,” kata Usman.

Usman menambahkan, agar pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Jakut secepatnya membuat tanggul atau dam di pesisir pantai. Tujuan agar warga Pantai Marunda tak lagi cemas dan khawatir ketika banjir rob tiba. Apalagi, sekarang ini banjir rob sulit diprediksi. Kalau dahulu warga bisa berpatokan pada bulan dan datangnya angin, sekarang ini harus selalu siap dan waspada.

———————————

Dengan kutipan berita di atas saya ingin menunjukkan bahwa Kalender Bencana dapat dibuat dengan mudah bahkan untuk skala suatu pemukiman sekali pun.

Kutipan berita di atas menunjukkan bahwa masyarakat sebenarnya telah melihat hubungan antara rob (bencana) dengan posisi bulan dan musim (hubungan bumi bulan dan matahari). Hanya mungkin mereka belum mengerti betul bagaimana kaitan antara posisi bulan dan matahari terhadap bumi, hubungannya dengan musim angin dan kedatangan rob.

Mereka sebelumnya telah mengamati kapan rob datang ke pemukiman mereka. Tetapi ketidak pahaman akan hal yang saya sebutkan di atas menyebabkan mereka berkesimpulan bahwa rob hanya datang pada malam dan dini hari.

Apa yang terjadi di kalangan penduduk Marunda itu menunjukkan bahwa secara tersirat mereka telah memiliki Kalender Bancana Rob, hanya saja, kalender itu masih berada di dalam pikiran mereka masing-masing dan belum dituliskan. Dengan sedikit menambah pemahaman mereka tentang pasang surut, saya kira mereka akan dapat membuat kalender bencana mereka sendiri dengan baik.

Salam,

Wahyu

Posted in Pasang surut, PROSES (BENCANA) ALAM, Rob | Dengan kaitkata: , , , | Leave a Comment »

Rob 4 (Banjir Air Pasang [Rob] dan Subsiden: Jawaban untuk Nisa)

Posted by wahyuancol pada November19, 2008

Nisa, salah seorang pengunjung blog ini, pada tanggal 11 Nopember 2008 melalui komentar, mengajukan beberapa pertanyaan tentang banjir air pasang (Rob), terutama tentang hubungan antara perluasan genangannya dan subsiden. Karena jawabannya cukup panjang, maka jawaban itu saya posting sebagai judul tersendiri.

Semoga bermanfaat.

Salam,

Wahyu

————–

Tanya – 1:

Apakah perluasan banjir air pasang hanya disebabkan oleh faktor subsiden dan faktor bangunan fisik? Bisakah kita melihatnya dalam bentuk spasial?

Jawab:

Ya, perluasan kawasan banjir karena air pasang disebabkan oleh subsiden. Bila tidak ada subsiden, maka luas kawasan genangan banjir air pasang ditentukan oleh ketinggian air laut pada saat pasang dan ini ditentukan oleh posisi bulan dan matahari. Dan, ketinggian air yang terjadi tidak mungkin melebihi ketinggian air pasang maksimum yang mungkin terjadi di kawasan itu.

Subsiden menyebabkan kawasan genangan banjir air pasang bertambah luas. Subsiden itu sendiri dapat terjadi karena sebab-sebab alamiah maupun karena aktifitas manusia. Penyebab alamiah dari subsiden antara lain adalah pemadatan endapan sedimen secara alamiah, dan gerak tektonik. Sedang aktifitas manusia yang dapat menyebabkan subsiden antara lain kegiatan pengambilan air tanah yang berlebihan, dan mendirikan bangunan fisik yang menjadi beban bagi tanah atau lahan sehingga mempercepat laju pemadatan endapan sedimen.

Perluasan kawasan genangan banjir air pasang dapat dilihat secara spasial. Kondisi makin meluasnya daerah genangan banjir mencerminkan makin meluasnya daerah yang mengalami subsiden. Apabila kita dapat memetakan batas-batasnya secara periodik, maka kita dapat melihat perkembangannya.

Tanya – 2:

Mungkinkah saya bisa menspasialkan banjir pasang (rob)? Maksudnya, apakah datanya menungkinkan?

Jawab:

Mungkin. Kawasan banjir pasang atau rob dapat kita spasialkan atau kita petakan. Untuk memetakannya, seperti telah disebutkan dalam jawaban pertanyaan pertama, kita hanya perlu memetakan batas-batas daerah genangan banjir. Untuk mengetahui apakah kondisi banjir yang kita petakan itu adalah banjir karena genangan air laut pasang yang sama ketinggiannya dengan yang kita petakan sebelumnya, maka kita perlu memperhatikan prediksi pasang surut.

Sebagai informasi tambahan: Prediksi pasang surut untuk lokasi-lokasi tertentu, khususnya pelabuhan, dipublikasikan oleh Dinas Hidro-Oseanografi TNI-AL. Buku prediksi itu dijual untuk umum.

Tanya – 3:

Sebenarnya, banjir pasang (rob) itu secara alamiah memang selalu mengalami perluasan? Atau ada faktor yang telah mempercepat laju pertumbuhan luas genangan?

Jawab:

Perlu dipahami bahwa fenomena banjir air pasang itu adalah fenomena yang hanya terjadi di bagian daerah pesisir yang berbatasan langsung dengan laut. Secara sederhana, daerah tersebut dapat kita sebut daerah pantai. Secara alamiah, terjadi atau tidaknya banjir air pasang di daerah pantai sangat ditentukan oleh kondisi geologi dan geomorfologi daerah pantai tersebut. Bila daerah pantai merupakan daerah berbatuan keras dan bermorfologi tinggi – maksudnya lebih tinggi daripada permukaan laut, maka tidak akan terjadi banjir air pasang di daerah tersebut. Sebaliknya, bila daerah pantai merupakan daerah rawa pantai atau daerah rawa di sekitar muara sungai, maka banjir air pasang akan terjadi di daerah tersebut.

Ciri khas daerah rawa pantai yang terjadi karena proses sedimentasi adalah, daerah tersebut tersusun oleh endapan sedimen yang belum mengalami pemadatan. Contohnya adalah daerah pesisir Jakarta dan Semarang. Secara alamiah, beban fisik dari endapan sedimen di bagian atas akan menyebabkan pemadatan dari endapan sedimen di bagian bawah. Proses ini pasti terjadi. Apabila manusia mendirikan bangunan fisik di atas rawa, maka berarti menambah beban fisik yang mempercepat proses pemadatan endapan sedimen.

Selanjutnya, untuk dapat mengatakan apakah di suatu kawasan, secara alamiah kawasan banjir air pasang mengalami perluasan atau tidak, kita perlu juga mengetahui kondisi tektonik di daerah tersebut dan proses sedimentasi yang terjadi. Kombinasi kedua hal itu akan menentukan ada atau tidaknya perluasan daerah genangan banjir pasang yang terjadi secara alamiah. Untuk daerah yang secara tektonik mengalami penurunan, maka daerah genangan banjir akan meluas. Untuk daerah pantai yang mengalami sedimentasi tinggi sehingga garis pantai bergeser ke arah laut, maka daerah genangan banjir air pasang akan bergeser ke arah laut mengikuti pergeseran garis pantai.

Tanya – 4:

Di jurnal yang lain (situs dalam negri) selalu dikemukakan kalau banjir pasang lebih disebabkan oleh faktor global, sementara saya baca di laporan Sea Level Rise in the Coastal Waters of Washington State rata-rata faktor lokal justru berpengaruh meski tidak signifikan. Mohon penjelasan.

Jawab:

Dari struktur kalimatnya, saya melihat tidak ada pertentangan dari kedua penyataan tersebut di atas. Pada pernyataan pertama disebutkan “banjir pasang lebih disebabkan oleh faktor global”. Pernyataan ini menunjuk pada faktor dominan, dan tidak meniadakan faktor lokal. Sementara pada pernyataan ke-dua disebutkan “rata-rata faktor lokal justru berpengaruh meski tidak signifikan”. Pernyataan yang ke-dua ini menyebutkan adanya faktor lokal yang tidak signifikan. Artinya, pengaruh faktor lokal tidak berarti dan dapat diabaikan. Secara tersirat pernyataan ke-dua menyebutkan ada faktor non-lokal yang dominan.

Selanjutnya apabila kita coba tinjau substansi dari pernyataan itu, pada pernyataan pertama perlu penjelasan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan “faktor global” dalam pernyataan itu, dan faktor-faktor apa saja (global maupun lokal) yang dipergukanan dalam analisis. Kemudian, untuk pernyataan ke-dua, perlu penjelasan tentang faktor-faktor lokal dan non-lokal yang diperhitungkan dalam analisis yang dilakukan itu.

Ingin tahu lebih jauh? Silahkan ke Rob 1, Rob dan Subsiden

Posted in Banjir, Pasang surut, PROSES (BENCANA) ALAM, Rob, Subsiden, Wilayah Pesisir | Dengan kaitkata: , , , , , , , | Leave a Comment »