Kepulauan Indonesia

Cerita dari, untuk dan tentang Kepulauan Indonesia beserta Penghuni dan Penduduknya

Posts Tagged ‘Angin’

Untung Tuhan Tidak Mengikuti Kehendak Manusia

Posted by wahyuancol pada Februari22, 2009

Bumi ini diciptakan relatif bulat. Memiliki satelit bernama Bulan. Keduanya diberi putaran yang berselisih sedikit, 50 menit.

Bumi dan Bulan bersama-sama mengelilingi matahari dalam lintasan berbentuk elip. Sumbu rotasi Bumi dibuat sedikit menyudut terhadap bidang orbit Bumi.

Semua itu dibuat agar di Bumi terjadi pergantian musim dan pergeseran serta variasi pasang surut. Agar air dan panas tersebar bergantian. Agar terjadi perubahan musim angin yang dengannya hujan ditebarkan. Agar arus laut bersirkulasi. Dengan angin dan arus benih-benih kehidupan di tebarkan di Bumi

Musim panas, dingin, semi dan gugur; Pasang dan surut; Hujan dan kering; Bulan purnama dan bulan mati; semuanya adalah cara rezeki ditebarkan di Bumi ini.

Tetapi inilah manusia.

Tanyakanlah arti empat musim pada penduduk Inggris atau Belanda atau Jepang atau China; Tanyakanlah arti pasang surut, purnama dan bulan mati pada Suku Bajo dan nelayan; Tanyakanlah arti hujan dan kekeringan kepada penduduk daerah tropis. Tanya arti panas pada petani tembakau; tanya arti hujan pada pak Tani di sawah.

Ketika kedinginan di musim dingin, kita menginkan panas; Ketika banjir di musim hujan kita mendambakan panas.

Sebaliknya, ketika panas kita merindukan dingin; ketika kering kerontang kita merindukan hujan yang lebat.

Untung Tuhan tidak mengikuti kehendak manusia.

Posted in Alam Semesta, Cara Bumi di Hidupkan, FILSAFAT, Memahami Pengaturan, TUHAN | Dengan kaitkata: , , , , , , , , | 1 Comment »

Sedimentasi – Sedimen (definisi)

Posted by wahyuancol pada Desember1, 2008

Sedimentasi (geology) adalah proses pengendapan material padat dari kondisi tersuspensi atau terlarut dalam suatu fluida (biasanya air atau udara).

Definisi yang luas menurut Encyclopeia Britannica ini, selain meliputi endapan yang diendapkan oleh fluida yang mengalir (aliran air atau aliran udara), juga mencakup endapan gletser es, dan endapan talus atau akumulasi debris atau fragmen batuan di kaki tebing yang digerakkan oleh gravitasi.

Secara sederhana, menurut Merriam-Webster Online, sedimentasi adalah proses pembentukan atau pengendapan sedimen.

Sementara itu, sedimen didefinisikan secara luas sebagai material yang diendapkan di dasar suatu cairan (air dan udara), atau secara sempit sebagai material yang diendapkan oleh air, angin, atau gletser / es.

Posted in S, Sedimen, Sedimentasi | Dengan kaitkata: , , , , , , , | 10 Comments »

Erosi 1 (macam, agen penyebab)

Posted by wahyuancol pada November27, 2008

Erosi adalah lepasnya material padat (sedimen, tanah, batuan dan tertikel lain) dari batuan induknya oleh air, angin, es, gaya gravitasi atau organisme.

Erosi oleh Air

Erosi ini dapat terjadi dalam beberapa bentuk:

  1. Splash erosion: erosi oleh butiran air hujan yang jatuh ke tanah. Karena benturan butiran air hujan, partikel-partikel tanah yang halus terlepas dan terlempar ke udara.
  2. Sheet erosion: erosi oleh air yang jatuh dan mengalir di permukaan tanah secara merata sehingga partikel-partikel tanah yang hilang merata di permukaan tanah. Permukaan tanah menjadi lebih rendah secara merata. Erosi ini terjadi bila permukaan tanah memiliki ketahanan terhadap erosi yang relatif seragam.
  3. Riil erosion: erosi oleh air yang mengalir di permukaan tanah dengan membentuk alur-alur kecil dengan kedalaman beberapa senti meter. Erosi ini terjadi pada permukaan tanah yang landai dan memiliki daya tahan yang seragam terhadap erosi.
  4. Gully erosion: erosi oleh air yang mengalir di permukaan tanah yang miring atau di lereng perbukitan yang membentuk alur-alur yang dalam dan lebarnya mencapai beberapa meter, dan berbentuk “V”.
  5. Valley erosion: erosi oleh air yang mengalir di daerah perbukitan yang membentuk lembah-lembah sungai atau lereng-lereng perbukitan. Alur atau lembah berbentuk berbentuk “V”. Erosi dominan secara vertikal.
  6. Stream erosion: erosi oleh air dalam bentuk aliran sungai. Lembah sungai berbentuk “U”. Terjadi erosi lateral yang makin ke hilir makin dominan dan dapat membentuk aliran sungai bermeander.
  7. Erosi oleh gelombang: erosi terjadi oleh gelombang laut yang memukul ke pantai. Erosi dapat dibedakan menjadi:
  • Erosi oleh pukulan gelombang yang memukul ke tebing pantai. Pukulan gelombang menyebabkan batuan pecah berkeping-keping.
  • Abrasi atau corrasi (abrasion / corrasion): erosi oleh material yang diangkut gelombang ketika gelombang memukul ke tebing pantai.

Erosi oleh Angin

Erosi ini terjadi oleh angin yang bertiup. Erosi ini terjadi di daerah yang tidak bervegetasi atau bervegetasi sangat jarang di daerah gurun atau pesisir. Erosi ini dapat dibedakan menjadi:

  1. Deflasi: erosi oleh angin yang bertiup dan menyebabkan material lepas yang haalus terangkut.
  2. Abrasi: erosi oleh material-material halus yang diangkut oleh angin ketika angin menerpa suatu batuan.

Erosi oleh Es

Erosi ini terjadi oleh gerakan massa es dalam bentuk gletser. Gletser dapat menyebabkan abrasi atau penggerusan oleh material-material yang diangkutnya; dapat menyebabkan retakan pada batuan karena terurut ketika gletser bergerak.

Erosi karena Gravitasi

Erosi karena gravitasi terjadi dalam bentuk gerakan tanah atau tanah longsor, yaitu gerakan massa tanah dan atau batuan menuruni lereng karena gaya gravitasi bumi. Gerakan tanah dapat terjadi dalam bentuk, antara lain: rayapan tanah, tanah longsor, atau jatuhan.

Erosi oleh Organisme

Erosi ini terjadi karena aktifitas organisme yang melakukan pemboran, penggerusan atau penghancuran terhadap batuan. Erosi ini disebut juga bioerosion.

Tentang dampak positif dan dampak negatif dari erosi, silahkan ke Erosi 2.

Posted in E, Erosi | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , , | 5 Comments »

MBG: Erosi Pantai

Posted by wahyuancol pada Juni5, 2008

Erosi pantai adalah proses terkikisnya material penyusun pantai oleh gelombang dan material hasil kikisan itu terangkut ke tempat lain oleh arus. Dari sudut pandang keseimbangan interaksi antara kekuatan-kekuatan asal darat dan kekuatan-kekuatan asal laut, erosi pantai terjadi karena kekuatan-kekuatan asal laut lebih kuat daripada kekuatan-kekuatan asal darat.

4.3.1. Pencetus

Aktifitas gelombang di pantai adalah faktor utama yang aktif menyebabkan erosi pantai. Dengan demikian, tiupan angin menjadi faktor penting yang menentukan terjadi atau tidaknya erosi pantai di tempat-tempat atau segmen-segmen pantai tertentu dan pada musim-musim tertentu. Arah angin menentukan segmen-segmen pantai yang akan tererosi, sedang kecepatan angin dan “fetch” menentukan kekuatan gelombang yang terbentuk dan memukul ke pantai.

Arus dekat pantai menentukan arah pergerakan muatan sedimen di sepanjang pantai. Arus itu memindahkan muatan sedimen dari satu tempat ke tempat lain di sepanjang pantai atau membawa muatan sedimen dari satu sel pantai ke sel pantai yang lain atau membawa muatan sedimen keluar ke perairan lepas pantai. Pola arus dekat pantai perkembangannya ditentukan oleh gelombang yang bergerak menghampiri pantai. Dengan demikian, faktor angin juga secara tidak langsung mempengaruhi transportasi muatan sedimen.

4.3.2. Karakter kedatangan atau kejadian

Erosi pantai berlangsung perlahan dan menerus. Laju erosi pantai ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain orientasi garis pantai, konfigurasi garis pantai, batuan penyusun pantai, arah dan kecepatan angin, serta aktifitas manusia. Dalam satu siklus musim, erosi pantai yang paling efektif atau laju erosi yang tinggi terjadi pada saat angin kencang bertiup dengan arah tegak lurus atau menyerong terhadap orientasi garis pantai. Di Indonesia, erosi yang efektif terjadi pada saat musim barat dan musim timur. Selain itu laju erosi dapat mengalami perlambatan bila konfigurasi garis pantai mencapai kondisi keseimbangan tertentu dimana energi gelombang tidak dapat menggerus lagi material penyusun pantai atau transportasi muatan sedimen yang masuk dan keluar dalam satu siklus musim sama volumenya. Pada prinsipnya erosi pantai pantai di suatu segmen pantai tertentu tidak dapat dihentikan sebelum kondisi keseimbangan tersebut tercapai. Dengan kata lain, erosi pantai akan terus berlangsung selama kondisi keseimbangan konfigurasi garis pantai belum tercapai.

4.3.3. Prediktabilitas

Erosi pantai dapat diprediksi kejadiannya berdasarkan pada pola arah angin dan kecepatan angin yang terdapat disuatu kawasan, orientasi garis pantai, konfigurasi garis pantai, dan material penyusun pantai. Tempat atau lokasi erosi terjadi tetap sepanjang waktu, dan waktu erosi berlangsung pun tetap pada musim-musim tertentu. Prediksi arah tiupan angin dan kecepatannya (Gambar 8) dan arah angin dan tinggi gelombang yang ditimbulkannya (Gambar 9) dipublikasikan oleh BMG.

4.3.4. Durasi

Dalam skala waktu besar, jangka panjang, erosi pantai berlangsung terus menerus sampai kondisi keseimbangan konfigurasi garis pantai tercapai atau keseimbangan berubah karena perubahan kondisi lingkungan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam jangka pendek, temporer, erosi pantai terjadi pada saat musim angin tertentu berlaku, dan berhenti ketika musim berganti.

4.3.5. Areal terganggu

Ketika erosi pantai berlangsung, erosi hanya mengenai garis pantai dari segmen pantai yang tererosi. Laju erosi yang terjadi menentukan berapa lebar lahan tepi pantai yang hilang tererosi dalam suatu jangka waktu tertentu. Untuk jangka panjang, membicarakan masalah erosi yang terjadi di suatu segmen pantai berarti membicarakan kemungkinan luas lahan pantai yang akan hilang pada suatu periode waktu tertentu. Dengan kata lain, berbicara masalah erosi untuk jangka panjang berarti membicarakan lahan pantai yang terancam hilang oleh erosi.

4.3.6. Aktifitas mitigasi

Di depan telah disebutkan bahwa pada dasarnya erosi pantai tidak dapat dihentikan. Oleh karena itu, aktifitas mitigasi bencana erosi hanya dapat memperlambat laju erosi dan mencegah terjadinya kerugian materil karena erosi.

Upaya untuk memperlambat laju erosi dapat dilakukan dengan membangun bangunan teknik di pantai untuk memperkuat garis pantai, dan menangkap sedimen (metode teknik pantai), atau untuk mempertahankan konfigurasi pantai yang dapat menstabilkan garis pantai seperti memperkuat “headland” (metode geomorfologi); mengatur penggunaan lahan atau membuat zonasi penggunaan lahan tepi pantai agar tidak terdapat aktifitas manusia yang memperlemah batuan penyusun pantai (metode tataguna lahan).

Upaya untuk mencegah terjadinya kerugian materi dapat dimulai dengan memetakan segmen-segmen pantai yang rentan terhadap erosi dan membuat zonasi ancaman bahaya erosi. Dengan zonasi itu diharapkan penduduk dapat memilih lokasi yang aman untuk membangun rumah atau melakukan berbagai aktifitas, dan pemerintah dapat memilih lokasi aman untuk membangun berbagai infrastruktur.

Kembali

Posted in Erosi, PROSES (BENCANA) ALAM | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , , | 2 Comments »

MBG: Gelombang Tinggi

Posted by wahyuancol pada Juni4, 2008

Gelombang tinggi adalah fenomena gelombang laut yang terjadi karena tiupan yang kencang atau angin badai, yang ukurannya di atas ukuran gelombang normal, yang melanda ke daratan. Di Indonesia, secara umum masyarakat menyebutnya sebagai gelombang pasang. Pariwono (2007) menyebutnya sebagai gelombang tinggi.

4.2.1. Pencetus

Fenomena gelombang tinggi ini terjadi karena tiupan angin yang kencang atau badai di laut. Gelombang tinggi ini muncul pada saat angin kencang atau badai berlangsung dan reda ketika angin berlalu. Di Indonesia gelombang tinggi dapat muncul dari arah Samudera Hindia atau Pasifik bila terjadi siklon di kawasan kedua samudera tersebut. Secara lokal, gelombang tinggi dapat muncul pada saat bertiupnya angin monsoon, yang di Indonesia dikenal adanya musim barat dan musim timur.

4.2.2. Karakter kedatangan atau kejadian

Gelombang tinggi yang terjadi karena tiupan angin monsoon kedatangannya diawali dengan tiupan angin dengan arah kedatangan gelombang sesuai dengan arah angin pada musim yang bersangkutan. Sementara itu, bila gelombang tinggi datang dari samudera maka kedatangannya bisa tidak disertai angin dan arah kedatangan gelombang sesuai dengan arah posisi angn siklon yang berlangsung. Kedatangannya cepat.

4.2.3. Prediktabilitas

Kedatangan gelombang tinggi ini dapat diprediksi, baik waktu maupun tempat kejadian. Gelombang akan terjadi pada saat yang bersesuaian dengan musim angin yang terkait. Berkaitan dengan prediksi waktu kedatangan gelombang, baik itu gelombang tinggi maupun siklon, BMG telah membangun sistem informasi yang menyebarkan informasi gelombang dan siklon melalui website (Gambar 4). Contoh tampilan format prediksi gelombang tinggi dapat dilihat pada Gambar 5, dan tampilan website tentang kejadian siklon tropis disajikan dalam Gambar 6. Catatan riwayat terjadinya gelombang ini di suatu kawasan adalah informasi penting yang harus diperhatikan.

4.2.4. Durasi

Gelombang tinggi yang naik ke daratan berlangsung selama beberapa jam. Menurut laporan, gelombang naik ke daratan berlangsung sampai selama 3 jam (Anonim-Ant, 2007).

4.2.5. Areal terganggu

Areal yang dilanda oleh gelombang tinggi ini berupa jalur sempit di tepi pantai, dan panjang garis pantai yang dilanda gelombang ini tergantung pada posisi sumber gelombang terhadap garis pantai. Bila gelombang berasal dari siklon yang terbentuk di samudera maka daerah pesisir yang terkena terpaan gelombang yang berasal dari samudera itu dalam satu kejadian sangat panjang. Pada peristiwa yang terjadi di bulan Mei 2007, dilaporkan bahwa gelombang menerpa daerah pesisir yang menghadap ke Samudera Hindia mulai dari Sumatera, Jawa, Bali sampai Nusa Tenggara (Flores) (Anonim-BBC, 2007). Di samping itu juga dilaporkan bahwa, gelombang dapat naik ke daratan sampai sejauh 300 m (Anonim-Rep, 2007). Sementara itu, bila terbentuk karena tiupan angin monsoon, maka yang akan terkena adalah segmen-segmen pantai tertentu yang menghadap ke arah datangnya angin.

4.2.6. Aktifitas mitigasi

Gelombang tinggi ini terjadi karena tiupan angin yang kencang di lautan. Berkaitan dengan waktu kejadian perlu dicermati bahwa secara umum di Indonesia dikenal adalah monsoon, yaitu monsoon barat-laut dan monsoon tenggara (Tapper, 2002). Monsoon barat-laut berlangsung dari bulan Desember sampai Febuari, angin bertiup dari benua Asia ke Australia, dan umum dikenal sebagai musim angin barat. Monsoon tenggara berlangsung dari bulan Mei sampai September, angin bertiup dari benua Australia ke Asia, dan umumnya dikenal sebagai musim angin timur. Sebagaimana sering dilaporkan oleh media massa gelombang tinggi karena angin kencang terjadi di berbagai daerah di Indonesia pada musim barat maupun musim timur. Terkait dengan terjadinya angin-angin kencang pada kedua musim tersebut, prakiraan kondisi angin dan gelombang dari BMG perlu diperhatikan.

Selain itu, di pesisir yang menghadap ke Samudera Hindia dari pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dapat terjadi terpaan gelombang yang timbul karena badai siklon yang berkembang di Samudera Hindia. Sebagai contoh, gelombang badai yang merupakan bagian dari fenomena yang dikenal dengan “Southern Swell” pada bulan Mei 2007 yang muncul karena badai di Afrika Selatan pada posisi 40oS (AVISO, 2007 dan ESA, 2007). Gelombang yang ditimbulkan oleh badai tersebut mencapai Kepulauan Indonesia (Gambar 7). Oleh karena itu, informasi tentang kejadian siklon tropis di samudera yang mengapit Kepulauan Indonesia, Samudera Hindia dan Pasifik, perlu diperhitungkan.

Selain mengetahui waktu kejadian bencana, hal yang juga penting diketahui adalah mengetahui lokasi kejadian dan luas kawasan yang terganggu. Dengan demikian, pemetaan daerah-daerah yang rawan bencana harus dilakukan sebagai upaya mitigasi bencana. Pemetaan daerah rawan itu dilakukan dengan mempertimbangkan sejarah kejadian serta analisis karakter arah dan kecepatan angin yang terjadi pada musim tertentu. Pembuatan zonasi daerah bahaya di sepanjang pantai perlu dilakukan agar dapat diperhitungkan dalam membangun pemukiman atau aktifitas lainnya di daerah pesisir.

Kembali

Posted in Gelombang, PROSES (BENCANA) ALAM | Dengan kaitkata: , , , , , , | Leave a Comment »