Kepulauan Indonesia

Cerita dari, untuk dan tentang Kepulauan Indonesia beserta Penghuni dan Penduduknya

Archive for November, 2014

Agats, Kabupaten Asmat, Papua

Posted by wahyuancol pada November20, 2014

Agats

Kota Agats sekarang adalah ibukota dari Kabupaten Asmat, Propinsi Papua. Kota ini terletak di dataran rendah di kawasan pesisir di bagian selatan Pulau Papua (Gambar 1). Secara fisik, kota ini berada di kawasan rawa mangrove berelumpur di tepi sungai Asewets (Gambar 2).

Agats

Gambar 1. Agats di pesisir selatan Pupau Papua. Sumber citra: Tageo.

Agats Lokasi

Gambar 2. Agats. Kenampakan detil kondisi lingkungan fisik tempat kota berada. Sumber Citra: Google Earth.

Lokasi tempat berkembangnya kota ini di tepi sungai di kawasan rawa mangrove membuat kota ini berkembang menjadi kota yang unik di Indonesia. Semua bangunan di kota ini berkaki karena kota ini harus berkembang dengan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan rawa mangrove (Gambar 3), dan Agats berkembang menjadi waterfront city (Gambar 4).

Agats typical street

Gambar 3. Kota Agats yang berkembang sebagai kota berkaki karena menyesuaikan diri dengan lingkungan rawa. Sumber foto: Henry S, Panoramio.

Agats dari udara

Gambar 4. Kota Agats di tepi sungai dari udara. (Sumber: Lubis, 2010)

Agats dari sungai

Gambar 5. Kota Agats dilihat dari arah sungai. (Sumber: Lubis, 2010)

————————–

Kondisi Agats dan lingkungan tempat kota itu berada mungkin dapat dibandingkan dengan Venesia di Italia. Kota Venesia dikenal sebagai Kota Terapung. Kota itu berkembang di atas rawa-rawa, dan dibangun di atas pondasi kayu yang ditancapkan ke dalam lumpur rawa hingga mencapai batuan yang kuat menahan beban (Gambar 6).

Wooden Foundations of Venice

Gambar 6. Pondasi kayu Kota Venesia. Sumber: Dhwty, 2014.

 

Kota Venesia unik karena kota itu dibangun di suatu lagoon dan dikelilingi oleh tubuh air. Kota itu dibangun dengan menggabungkan lebih dari seratus pulau yang dipisahkan oleh kanal-kanal dan dihubungkan oleh 433 jembatan (Finn et al., 2011, hal. 1).

Kota Venesia dan lingkungan lagoonnya adalah hasil dari proses dinamis yang menggambarkan interaksi antara manusia dan ekosistem alamiahnya (UNESCO World Heritage Centre, tanpa tahun)

Kota Venesia didirikan tahun 421 AD oleh para pengungsi dari kawasan pesisir yang bernama Venesia. Pada mulanya kota itu hanya mencakup sejumlah pulau kecil. Mereka membangun desa-desa di dalam areal lagoon yang berfungsi sebagai barier pelindung yang melindungi mereka dari serangan musuh yang sering terjadi ketikan mereka hidup di daratan utama. Dengan berjalannya waktu, kota berkembang hingga mencakup semua pulau di tengah lagoon, dan secara bertahap digabungkan mendaji satu. Gabungan pulau-pulau itu pertama kali dikelola sebagai satu kesatuan pemerintahan dalam bentuk republik pada tahun 726 AD (Finn et al., 2011, hal. 3).

Ketika Venesia berkembang dari tempat pengungsian temporer menjadi kota permanen, penduduk kota itu menyadari bahwa mereka membangun di atas lahan rawa dengan membuat pondasi kayu yang ditancapkan ke dalam lumpur rawa hingga mencapai endapan lempung keras di dasar lagoon. Sampai sekarang telah jutaan tiang kayu ditancapkan untuk membangun jembatan, kanal dan gedung-gedung. Untuk membangun pondasi bangunan, lapisan-lapisan papan kayu oak diletakkan di atas tiang-tiang pondasi, dan kemudian di atasnya diletakkan bata (brick) dari marmer (Cocks, 2006).

Sampai Abad ke-16, tiang-tiang pondasi ditanam dengan palu yang dipukulkan dengan tangan. Pekerjaan dilakukan di dalam air dan dimulai dengan membangun dinding pelindung. Kemudian air dibuang dan tiang-tiang kayu sepanjang 3-6 meter dengan diameter 20-25 cm ditancapkan. Sebelum ada mesin untuk memukul palu, tiang-tiang ditancapkan  sedalam 2-3 meter, tetapi setelah ada mesin, tiang-tiang ditancapkan lebih dalam lagi. Rata-rata kepadatan tiang adalah 9 tiang per meter persegi, dan bila diperlukan jumlah tiang ditambah (De Miranda et al., tanpa tahun).

Penggunaan kayu untuk mendukung struktur bangunan lebih menguntungkan daripada batu atau logam. Kayu hanya lapuk oleh mikroorganisme. Kayu pondasi di Venesia berada di dalam air dan tidak berhubungan dengan udara, sehingga mikroorganisme tidak dapat berkembang. Dengan demikian pelapukan oleh mikroorganisme tidak terjadi. Sebaliknya, kontak kayu dengan air garam yang terus menerus menyebabkan kayu mengeras karena mengalami petrifikasi. Kayu berubah menjadi keras seperti batu (Dhwty, 2014).

Dengan memberikan uraian tentang Kota Venesia ini saya berharap semoga dalam membangun Kota Agats kita dapat mengambil pelajaran dari perkembangan Kota Venesia.

———————————

Agats adalah kota kecil di pesisir selatan Papua. Letaknya yang jauh dari Ibukota negara dan akses yang sulit untuk mencapai kota itu membuat kota itu tidak menarik perhatian. Tetapi, pada bulan Nopember 1961, mata dunia pernah tertuju ke kota itu, yaitu ketika Michael Clark Rockefeller, anak Gubernur Kota New York, Amerika Serikat, hilang di perairan sekitar Agast. Agats adalah tempat keberangkatannya yang terakhir sebelum hilang. Setelah sebelumnya melakukan perjalanan selama dua bulan di pedalaman, pada pertengahan Nopember rombongannya kembali ke Agats untuk mengisi perbekalan untuk sebulan perjalanan. Pada tanggal 17 Nopember 1961 ia berangkat kembali meninggalkan untuk menuju ke Laut Arafura untuk mengunjungi pesisir selatan. Ketika melintasi muara Sungai Betsj atau Eilanden, perahunya terbalik diterpa gelombang.

Michael Clark Rockefeller (23) berangkat bersama seorang ahli antropologi berkebangsaan Belanda, Dr. ReneW. Wassing (34) dan didampingi oleh dua orang penduduk lokal sebagai asisten melakukan melakukan perjalanan untuk mencari benda-benda seni primitif Asmat dengan mempergunakan perahu penduduk lokal (The Miami News 26 Nov. 1961). Setelah perahu terbalik, dua asisten penduduk lokal berenang ke pantai untuk mencari bantuan. Setelah hampir seharian terapung dengan berpegangan pada perahu yang terbalik dan tanpa pertolongan, pada tanggal 19 Nopember 1961 karena khawatir hanyut ke laut lepas Michael berenang ke darat dengan bantuan dua drum minyak kosong sebagai pelampung yang diikatkan ke pinggangnya (Smithsonian Magazine March 2014). Michael tenggelam dalam upayanya berenang ke darat. Dr. Wassing berhasil diselamatkan tanggal 20 Nopember 1961. Pencarian terhadap Michael dilakukan dari darat, laut dan udara. Di darat pencarian dilakukan dengan bantuan 5000 orang penduduk setempat yang menyisir seluruh kawasan rawa mangrove di kawasan itu. Upah diberikan untuk penduduk lokal dalam bentuk tembakau (Chicago Tribune 26 Nov. 1961).

Siapa Michael C. Rockefeller? Ia adalah anak dari laki-laki termuda dari Nelson Aldrich dan Mary Todhunter Clark Rockefeller. Neneknya, Abby Aldrich Rockefeller, adalah pendiri the Museum of Modern Art (Museum Seni Moderen), dan ayahnya mendirikan the Museum of Primitive Art (Museum Seni Primitif), dan kedua museum itu sekarang menjadi bagian dari the Metropolitan Museum of Art (Museum Seni Metropolitan) di Kota New York, Amerika Serikat. Michael adalah seorang sarjana lulusan Universitas Hardvard. Ia melakukan perjalanan ke Papua (New Guinea) mempelajari kehidupan Suku Ndani di Lembah Baliem dan budaya Asmat di pesisir selatan Papua (Sumber: Fredonia University).

Hilangnya Michael C. Rockefeller di perairan selatan Papua memunculkan berbagai spekulasi, seperti: (1) Dia ditangkap dan ditahan sebagai tawanan, (2) Dia bergabung dengan penduduk asli dan bersembunyi di dalam hutan, (3) Dia tewas dimakan ikan hiu, dan (4) Dia mencapai pantai, kemudian dibunuh dan dimakan oleh penduduk asli Asmat. Kisahnya berkembang menjadi bersifat mistis. Kisahnya dimainkan di panggung sandiwara Broardway, ditulis sebagai novel, lirik musik rock, dan bahkan acara televisi (television show) tahun 1980 (Sumber:Smithsonian Magazine edisi Maret 2014).

Dr. Rene Wassing kembali ke Belanda dan menjadi kurator Museum voor Volkenkunde (Ethnographic Museum, Museum Etnografi) di Rotterdam yang sekarang dikenal sebagai the Wereld (World) Museum. Dr. Wassing lahir di Palembang. Sampai sekarang, di masa tuanya, dia masih memandang dirinya sebagai anak daerah tropis (Sumber: Papua Heritage Foundation).

Bacaan:

Lubis, B.U., 2010. Agats: the waterfront city of the Asmat. Nakhara 6: 75-82.

Finn, O., Ouellette, J., Hutchinson, K. and Muller, R., 2011. The Building Block of Venice. Worcester Polytechnic Institute. (http://www.wpi.edu/Pubs/E-project/Available/E-project-121611-063819/unrestricted/Final_Report_B11_Maint_2.6.pdf). Akses 20 Nopember 2014.

UNESCO World Heritage Centre, tanpa tahun. Venice and Its Lagoon. (http://whc.unesco.org/en/list/394). Akses 21 Nopember 2014.

Cocks, A.S., 2006. The Science of Saving Venice. WMF.org. (http://www.wmf.org/sites/default/files/wmf_article/pg_23-29_venice_c.pdf). Akses 20 Nopember 2014.

De Miranda, M., Barbisan, U., Pogacnik, M. and Skansi, L., (tanpa tahun). Bridges in Venice – Architectural and Structural engineering aspects. (http://www.iuav.it/Ricerca1/ATTIVITA-/aree-temat/costruttiv/arte-del-c/materiali/iabse/iabse-scalzi.pdf). Akses 20 Nopember 2014.

Dhtwy, 2014. The Construction of Venice, the Floating City. Ancient Origin. (http://www.ancient-origins.net/ancient-places-europe/construction-venice-floating-city-001750). Akses 20 Nopember 2014.

 

(under construction)

 

Posted in Kota Kecil, Mengenal Indonesia | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , , | Leave a Comment »

Erupsi 3 (Tipe-tipe erupsi: erupsi aliran)

Posted by wahyuancol pada November17, 2014

Klasifikasi Tipe Erupsi

Tipe erupsi dapat diklasifikasikan dengan berbagai dasar, yaitu:

  1. Berdasarkan pada bentuk dan lokasi bukaan (vent) yang darinya magma keluar,
  2. Berdasarkan pada hubungannya dengan air,
  3. Berdasarkan cara magma keluar dari kawah.

Tipe Erupsi Berdasarkan Cara Magma Keluar dari Kawah

Berdasarkan cara magma keluar dari kawah, erupsi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

  1. Erupsi Aliran (effusive eruption): bila magma keluar dari kawah dengan cara mengalir sebagai aliran lava.
  2. Erupsi Letusan (explosive eruption): bila magma keluar dari kawah dengan cara dilontarkan ke udara sebagai material piroklastik.

Terjadinya perbedaan tipe erupsi ini adalah karena perbedaan kekentalan magma dan kandungan gas. Kekentalan magma di tentukan oleh kandungan silika (SiO2) di dalam magma. Makin tinggi kandungan silika di dalam magma, maka magma makin kental; dan sebaliknya, makin sedikit kandungan silika di dalam magma, maka magma makin cair.

Bila magma kental, maka gas akan terperangkap di dalam magma seperti gas di dalam botol minuman bersoda. Makin banyak gas yang terperangkap di dalam magma, maka tekanan magma makin tinggi. Bila magma yang bertekanan tinggi ini keluar secara cepat, maka akan terjadi erupsi letusan.

Sementara itu, bila magma cari, maka gas akan mudah lepas dari dalam magma; dan bila magma keluar maka akan terjadi erupsi aliran, magma keluar sebagai aliran lava.

Erupsi Aliran (Erupsi Effusif, Effusive Eruption)

Erupsi aliran mengeluarkan magma cair dalam bentuk aliran lava. Di kawah yang mengeluarkan magma cair ini dapat terbentuk lava fountain (mancuran lava, analogi: untuk air mancur disebut water fountain). Erupsi Gunung Kalauea di Pulau Hawaii yang sedang berlangsung saat ini adalah contoh aktual dari erupsi tipe aliran ini (Gambar 1). Aliran lava tersebut saat ini sedang melanda daerah pemukiman dan menghanguskan segala sesuatu yang dilandanya.

Gambar 1. Aliran lava Gunung Kilauea. Lava pijar yang mengalir membakar segala sesuatu yang dilandanya. Foto 26 Oktober 2014 (Sumber: USGS Hawaii Volcano Observatory).

 

Erupsi tipe aliran ini bisa terjadi dari dalam bentuk erupsi celah (Gambar 2) maupun erupsi kawah (Gambar 3).

Gambar 2. Erupsi celah dengan pancuran lava dan aliran lava di Gunung Kilauea, Hawaii. Foto dari USGS tanggal 5 Maret 2011.  Dikutip dari Red Orbit 9 Maret 2011.

 

Gambar 3. Erupsi kawah dengan pancuran lava dan aliran lava di Hawaii. 2 Juni 1986. (Sumber: USGS Hawaiian Volcano Observatory)

 

Bacaan:

British Geological Survey (Types of Eruption)

 

Erupsi 1 (Pengertian)

Erupsi 2 (Tipe-tipe erupsi: erupsi celah)

Posted in E, GLOSARIUM | Dengan kaitkata: , , , , , , , , | Leave a Comment »

Pulau Kolepon

Posted by wahyuancol pada November14, 2014

Pulau Kolepon

Koordinat: 08° 12′ 49″ LS, 137° 41′ 24″ BT

Titik Referensi: No. TR.088

Titik Dasar: No. TD.088E

Letak Administrasi: Distrik Kimaam, Kabupaten Merauke, Propinsi Papua.

Catatan:

  • Pulau ini dikenal dengan banyak nama. Selain memiliki nama resmi yang diakui sekarang yaitu: Pulau Kolepon, pulau ini juga dikenal dengan empat nama yang lain, yaitu Pulau Kimaam atau Kimaan, Pulau Dolok atau Dolak, Pulau Yos Sudarso, dan Pulau Frederik Hendrik (lihat Atlas Pulau-pulau Kecil halaman 105; JPL CIT Photojournal).
  • Pulau ini berhadapan dengan Australia.
  • Pulau ini berbentuk seperti daun (Gambar 1). Panjangnya sekitar 165 km. Luas pulau ini 11.691, 07 km². Pulau ini dipisahkan dari daratan Papua oleh Selat Muli. Sebagian kawasan pulau ini adalah rawa mangrove. Di sekeliling pulau terdapat rataan lumpur yang lebar terutama di bagian utara hingga barat laut.
Pulau Kolepon 20090812-indonesia-full copy

Gambar 1. Citra Pulau Kolepon, 29 Agustus 2009. Titik kotak kuning: Distrik Kimaam. Sumber Citra: Earth Snapshot, Frederik Hendrik Island. (Nopember 2014).

 

  • Penduduk pulau ini terutama terdapat di Distrik Kimaam. Terdapat landasan udara dengan panjang sekitar 650 meter (diukur pada Citra Satelit Google Earth) (Gambar 2) di distrik tersebut. Dermaga di tepi sungai dijumpai di Kiworo di bagian timur pulau. Lokasi pemukiman penduduk lainnya dijumpai di bagian utara pulau seperti di Tabonji di bagian utara pulau (Gambar 3). Bahasa asli penduduk setempat adalah Ndom dan Riantana (JPL CIT Photojournal)
Distrik Kimaam

Gambar 2. Distrik Kimaam di Pulau Kolepon dengan landasan pesawat terbang sepanjang sekitar 650 meter. Tanggal pencitraan 5 April 2012.  Sumber Citra: Google Earth (Nopember 2014).

Tabonji Kolepon Papua

Gambar 3. Daerah Tabonji di bagian utara Pulau Kolepon 5 April 2012. Sumber Citra: Google Earth (Nopember 2014).

 

  • Posisi koordinat yang tertera di atas dikutip dari Atlas Pupau-pulau Kecil halaman 105. Ketika posisi itu di plot pada Google Earth, jatuhnya di perairan pantai sebelah barat pulau.
  • Kenampakan visual kondisi lingkungan di sekitar pulau ini berada dari citra satelit dan pengamatan detil terhadap citra pulau ini dari Google Earth, bisa disimpulkan bahwa Pulau Kolepon adalah pulau yang berelevasi rendah. Pulau ini terbentuk sebagai hasil dari pengendapan sedimen yang tinggi di perairan pesisir sebelah selatan Pulau Papua di Laut Arafura (Gambar 1). Pulau ini adalah perkembangan dari suatu gosong pasir yang kemudian ditumbuhi vegetasi mangrove (mangrove cay). Mangrove dijumpai sampai jauh di pedalaman pulau. Di tengah pulau juga banyak danau-danau kecil. Bekas-bekas alur sungai sangat banyak dijumpai hingga di bagian tengah pulau (Gambar 4).
Danau-danau Kolepon

Gambar 4. Danau-danau di Pulau Kolepon. Sumber Citra: Google Earth, pencitraan 10 April 2013 (Nopember 2014)

 

  • Menurut direktori mercusuar di pulau ini terdapat mercusuar di dua lokasi. Pertama, letaknya tidak diketahui dengan pasti karena masih baru sehingga belum sempat terekam oleh citra satelit yang disajikan, tetapi diperkirakan berada di ujung barat daya pulau ini, yaitu di Cape Valsch atau Tanjung Vals atau Ujung Salah (Gambar 5). Tanjung ini adalah ujung paling selatan Pulau Kolepon. Kemudian, lokasi Titik Referensi dan Titik Dasar yang ada di pulau ini diperkirakan juga berada di tanjung ini. Kedua, letaknya di kawasan Pelabuhan Kimaam (Gambar 6).
Ujung Salah Kolepon

Gambar 5. Ujung Salah di bagian baratdaya Pulau Kelopen. Sumber Citra: Google Earth (Nopember 2014)

Pelabuhan Kimaan Pulau Kolepon GetMap

Gambar 6. Pelabuhan Kimaam Pulau Kolepon. Mercusuar terlihat di tepi pantai di pangkal dermaga. Sumber Citra: Bing (Nopember 2014).

Prediksi Respon terhadap Kenaikan Muka Laut Global: Pulau ini dikelilingi oleh pantai mangrove. Vegetasi mangrove menyebar hingga ke pedalaman pulau ini dan sebagaian besar masih berada dalam kondisi alamiahnya. Dengan demikian, bila terjadi kenaikan muka laut yang sesuai dengan skenario IPCC, mangrove di pulau ini diperkirakan masih dapat beradaptasi dengan baik sehingga keberadaan pulau ini tidak akan terganggu secara signifikan. Kemampuan adaptasi dari mangrove tersebut didukung oleh tingginya suplai muatan sedimen dari daratan Pulau Papua ke kawasan tersebut seperti terlihat pada Gambar 1.

Pulau Kolepon ini berada di Paparan Sahul yang stabil. Dalam sejarah geologi, dimasa lalu muka laut pernah turun hingga sekitar 100 meter lebih rendah dari posisi muka laut sekarang. Dengan demikian, pulau ini diperkirakan pada saat itu ukurannya lebih besar. Jejak-jejak alur sungai purba yang berada di bawah laut sekarang dapat terlihat di perairan dekat pantai di sekitar Cape Valsch (Gambar 7).

Ujung Salah Kolepon under water GetMap

Gambar 7. Morfologi bawah laut purba di kawasan Ujung Salah, Pulau Kolepon. Sumber Citra: Bing Map (Nopember 2014)

Informasi lain:

  • Kawasan ini adalah kawasan dengan tingkat sedimentasi yang tinggi (Earth Snapshot).
  • Perubahan garis pantai yang besar (progradasi) terjadi di pantai barat pulau ini (Bird and Ongkosongo, 1980)
  • Di sebelah utara pulau ini terdapat muara Sungai Digul dan Sungai Odammun. Di kawasan muara kedua sungai tersebut sering terjadi fenomena tidal bor atau tidal wave atau Kepala Arus (bahasa lokal). Fenomena itu muncul 2 hari sebelum dan 2 hari setelah bulan baru dan bulan purnama. Fenomena ini hadir dalam bentuk gelombang tunggal dengan ketinggian 1,8 sampai 4 meter yang bergerak cepat masuk ke sungai (Sumber: National Geospacial Intelligence Agency, Pub. 164, Sailing Directions, New Guinea, 2004, 9th Ed., halaman 118) . Informasi tentang kondisi arus, gelombang dan pasang-surut di sekitar pulau ini juga dapat diperoleh dari referensi tersebut.

 

Kembali

 

 

 

Posted in Mengenal Indonesia, Pulau Kecil Terluar | Dengan kaitkata: , , , , , , , , | Leave a Comment »

Artikulasi Sifat Buruk 01: Jokowi dan Si Sirik

Posted by wahyuancol pada November14, 2014

Transisi pemimpin di Indonesia dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Presiden Joko Widodo di tahun 2014 memberikan pelajaran yang menarik. Membaca tulisan dari Jodhi Yudono yang berjudul “Joko Widodo dan Si Sirik” itu membuat saya teringat kembali akan karakter orang Indonesia yang pernah dikemukakan oleh Muchtar Lubis tahun 1977. Tulisan itu memberikan gambaran bahwa apa yang terjadi pada masa transisi pemimpin kali ini mengartikulasikan salah satu sifat buruk bangsa Indonesia. Mungkin ini artikulasi dari salah satu sifat buruk manusia Indonesia yang dikemukakan Muchtar Lubis, yaitu dengki. Memang mungkin ini sifat dari sebagian yang sangat kecil dari orang Indonesia yang jumlahnya 240 juta jiwa, tetapi gaungnya sangat nyaring di zaman sekarang dimana informasi dapat tersebar sangat cepat dan sangat luas melalui dunia maya atau internet, dan dapat mempengaruhi opini banyak orang.

Inilah tulisan itu selengkapnya yang saya kutip dari Kompas.com.

————————————————

Dahulu, ketika saya masih kanak-kanak, ada komik di majalah Bobo yang saya gemari. Judulnya “Juwita dan Siti Sirik” yang kemudian berganti judul menjadi “Juwita dan Si Sirik”.

Di komik tersebut digambarkan, Juwita adalah sosok perempuan jelita yang baik hati dan suka menolong. Sementara itu, Si Sirik digambarkan sebagai perempuan tua buruk rupa yang jahil, selalu mengenakan topi lancip, hidung bengkok, muka peot-peot, dan senyum mencong seperti habis kena stroke.

Si Sirik yang jahil dan jahat akan berhadapan dengan Juwita yang penolong. Pada tiap akhir cerita, Juwita yang mewakili kebaikan muncul sebagai pemenangnya.

Nah, menyaksikan dan mengamati kunjungan Presiden Joko Widodo di Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) 2014, yang menjadi primadona di forum tersebut, serta komentar negatif dari sebagian orang yang itu-itu juga di Tanah Air, langsung mengingatkan saya pada komik “Juwita dan Si Sirik” itu.

Sebab, komentar-komentar nyelekit kepada Joko Widodo bukan hanya saat acara APEC ini saja, melainkan juga semenjak ia mencalonkan menjadi presiden hingga telah menjadi presiden. Seolah, komentar miring selalu memburu Jokowi di mana pun dia berada dan apa pun yang dia kerjakan. Pendeknya, maju kena mundur kena.

Para pendukung Jokowi menduga, mereka yang bersikap nyinyir adalah mantan para pendukung Prabowo. Mengapa disebut mantan? Sebab, orang yang mereka dukung sekarang sudah move on, sudah berubah dari semula berseberangan, sekarang secara pribadi Prabowo mendukung pemerintahan Joko Widodo, terbukti dengan kedatangan beliau saat Joko Widodo dilantik sebagai presiden pada 20 Oktober silam. Selain itu, Prabowo juga telah meminta kepada pendukungnya untuk tidak menyakiti pihak lain, seperti bunyi surat Prabowo seusai bertemu Jokowi menjelang pelantikan presiden.

“Saya mohon semua pendukung saya untuk memahami hal ini. Saya mengerti sebagian dari Saudara-saudara belum bisa menerima sikap saya. Tetapi, percayalah, seorang pendekar, seorang kesatria harus tegar, harus selalu memilih jalan yang baik, jalan yang benar. Menghindari kekerasan sedapat mungkin. Menjauhi permusuhan dan kebencian.”

Karena mereka selalu memandang dari sisi yang buruk terhadap sepak terjang Joko Widodo, sebut saja mereka “Si Sirik”.

Mereka, yang oleh para pendukung Jokowi disebut sebagai “Si Sirik” atau “Si Nyinyir”, pada momen APEC ini menyoroti dua hal. Pertama, pidato Jokowi yang menggunakan bahasa Indonesia. Kedua, karena dalam lawatannya, Presiden membawa serta istri dan anak.

Untuk kenyinyiran pertama, Si Sirik menuduh bahwa Joko Widodo bersembunyi di balik konstitusi yang memerintahkan Presiden RI harus menggunakan bahasa Indonesia. Padahal, menurut Si Sirik, Joko Widodo tidak fasih dalam berbahasa Inggris.

Hal ini bermula dari peringatan pakar hukum Hikmanto yang mengatakan, UU mewajibkan Presiden menggunakan bahasa Indonesia agar bahasa Indonesia dikenal oleh dunia dan semakin kuatnya jati diri bangsa Indonesia. Ini berdasarkan Pasal 28 Undang-Undang No 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.

Pasal 28 menyebutkan, “Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pidato resmi presiden, wakil presiden, dan pejabat negara yang lain yang disampaikan di dalam atau di luar negeri“.

Seseorang yang menyebut dirinya Sarkawi lantas berkomentar, “Sekarang banyak intelektual yang menjual kepandaiannya untuk melegitimasi kekurangan orang. Pidato saja coba direkayasa supaya citra tetap baik. Kalau gak fasih bahasa Inggris bilang apa adanya, toh tiada dosa bagimu.”

Hal pertama ini sudah dipatahkan oleh Joko Widodo yang menyampaikan presentasi dalam bahasa Inggris di depan kalangan CEO pada hari pertama APEC. Namun, tetap saja ada komentar miring mengenai peristiwa tersebut, seperti yang ditulis oleh seorang kawan di media sosial.

Pujian Presiden East-West Center, Charles E Morisson, bahwa Jokowi berpidato dalam bahasa Inggris sederhana sangat bersayap. Sebab, dua keponakan saya (satu kuliah, satunya lagi masih SMA) yang kebetulan kursus di LIA justru berkata sebaliknya, “Aduuuh bahasa Inggris Jokowi sangat memalukan, kita yang dengernya saja ikut malu sendiri,” kata mereka.

Ya, ya, para kritikus itu seperti menutup mata dan hati meski melihat dan mendengar fakta yang ada. Padahal, menurut berita, Jokowi telah membuka hari pertama APEC 2014 dengan presentasi yang elok di hadapan sejumlah pemimpin perusahaan.

Jokowi tampak dalam beberapa foto dilansir oleh kantor berita AFP, Senin (10/11), terlihat mengenakan setelan jas resmi dengan dasi berwarna merah.

Pada video yang diunggah di YouTube juga tampak betapa Jokowi berbicara dalam bahasa Inggris dengan lancar dan tidak memerlukan teks. Tuturannya mengalir, memperkenalkan Indonesia sebagai negara yang terbuka dan aman untuk berinvestasi.

Yang mengejutkan, sehabis pidato, Presiden Joko Widodo menjadi “magnet” bagi para pemimpin perusahan dunia, yang tengah menghadiri puncak Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Beijing, Tiongkok, Senin 10 November 2014.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini langsung menjadi buruan para CEO yang ingin berkenalan dengannya. Mereka semua berebut berjabat tangan dan foto bersama Jokowi.

Tak cuma itu, akun resmi Twitter APEC CEO Summit 2014 mengunggah foto ketika Jokowi tengah dikerubungi para CEO. Mereka mengaku terkesima dengan presentasi yang disampaikan Jokowi.

Saat di dalam negeri dicemooh oleh sebagian orang, di forum dunia, Joko Widodo justru dihormati sedemikian rupa. Jokowi bersama Presiden Amerika Serikat Barack Hussein Obama dan Presiden China Xi Jinping bakal menjadi tiga pembicara utama di perhelatan itu.

Hal kedua adalah keikutsertaan putri Joko Widodo, Kahiyang Ayu, dalam rombongan, yang dinilai bagian dari pemborosan dan menyalahi aturan. Ada juga yang menyitir pernyataan Ketua KPK Abraham Samad yang mengatakan, “Ketika sedang bertugas ke luar kota dan ingin membawa istrinya, maka fasilitas yang didapatkan seperti tiket pesawat dan kamar hotel tidak boleh dirasakan istrinya juga.”

Tentu saja, pernyataan Abraham bisa langsung dipatahkan jika diterapkan kepada presiden. Sebab, kunjungan presiden dan wakil presiden bersama isteri ada tertera pada Peraturan Menteri Sekretaris Negara Nomor 8 Tahun 2007 tentang Petunjuk Standar Pelayanan Penyiapan Perjalanan Kunjungan Kerja Presiden, Wakil Presiden, dan/atau Istri/Suami Wakil Presiden ke Luar Negeri.

Sementara itu, mengenai ikut sertanya Kahiyang Ayu dalam rangka kunjungan ke luar negeri, menurut Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto, tak ada aturan yang melarang hal ini. Sebab, seorang presiden diperbolehkan untuk membawa serta keluarganya.

“Secara protokoler, presiden bisa mengajak anggota keluarga kalau ada acara-acara lepas. Presiden bisa membawa ibu egara dan keluarga bisa diperkenankan diajak,” kata Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto saat ditemui seusai makan malam di Hotel Kempinski, Beijing, Sabtu (8/11/2014).

Menurut Andi, Jokowi sebetulnya bisa membawa tiga anaknya. Namun, rupanya hanya Kahiyang yang bisa. Itu pun untuk menemani sang ibunda tercinta, Iriana.

Karena itu, Andi merasa kehadiran Kahiyang tidak perlu dipersoalkan. Terlebih lagi, dalam rombongan Jokowi kali ini, dilakukan perampingan besar-besaran.

“Secara aturan tidak ada yang salah,” jawabnya.

Hmmm, untunglah Presiden Joko Widodo terkenal sebagai penyabar dan murah senyum. Hantaman dan fitnahan yang diterimanya jangan-jangan adalah cara Tuhan untuk menguatkan dirinya sebagai seorang tokoh terkemuka negeri ini, saat ini.

Sementara itu, bagi para pengkritik, bisa jadi mereka memahaminya sebagai bagian dari demokrasi, di mana setiap orang memiliki hak untuk mengeluarkan pendapat. Tapi, bukankah kritik yang sehat harus juga berdasar pada fakta dan juga akal sehat? Jika semua tindakan menjadi bahan kritikan, tentu akan muncul kesan bahwa si pengkritik itu sebagai Si Sirik yang penuh prasangka.

Padahal, semua agama mengajarkan agar kita menjauhi prasangka (kecurigaan) karena sebagian dari prasangka itu dosa. Bukankah kita juga diperintahkan agar jangan mencari-cari keburukan orang dan jangan bergunjing satu sama lain?

Lebih dari itu semua, bukankah kita saudara sebangsa yang seharusnya saling menguatkan?

Tabik!

—————————————————-

Demikianlah salah satu sifat buruk manusia Indonesia yang terartikulasi melalui proses pergantian presiden kali ini.

Sifat-sifat buruk yang lain juga terungkap dari Pemilu 2014 dan telah dipotret oleh Rhenald Kasali.

Salam,

WBS

Posted in Ah... Indonesia ku, HUMANIORA, Kualitas Bangsa | Dengan kaitkata: , , , , , , , | Leave a Comment »

Transportasi Air Sungai Mahakam Meredup

Posted by wahyuancol pada November10, 2014

Transportasi air di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, yang alurnya merentang dari Samarinda hingga Kutai Barat yang pernah jaya hingga tahun 1990-an kini meredup. Hal itu terjadi karena berkembangnya transportasi darat yang terjadi seiring dengan pembangunan di kawasan tersebut. Jalur transportasi air sepanjang 523 km dari Kota Samarinda hingga Long Bangun, Kutai Barat, hampir semuanya tergantikan oleh transportasi darat.

Sebagai gambaran, kapal yang melayani rute Samarinda-Tenggarong-Melak-Long Iram-Long Bangun (Mahakam Hulu) dari semula minimal empat kali sehari, kini hanya ada dua kali sehari. Hingga tahun 1990-an kapal dengan kapasitas 100 orang selalu penuh, kini hanya terisi sekitar 50%, bahkan kadang hanya 30%.

Sumber: Bahan diolah dari laporan di Harian Kompas tanggal 6 Nopember 2014 dengan judul: “Hilir Mudik di Mahakam yang meredup”.

Catatan:

Perubahan yang terjadi diatas adalah suatu keniscayaan. Transportasi darat di kawasan tersebut lebih efektif dan efisien dari pada transportasi sungai. Dengan demikian adalah wajar bila orang beralih moda transportasi.

Keadaan tersebut mungkin analog dengan perubahan yang terjadi pada moda transportasi jamaah haji Indonesia. Dahulu sebelum transportasi pesawat udara berkembang semaju seperti sekarang, jamaah haji Indonesia di berangkatkan ke Arab Saudi dengan kapal laut. Sebelum meninggalkan Indonesia, pelabuhan laut terakhir yang disinggahi kapal-kpal jemaah haji tersebut adalah pelabuhan Sabang di Pulau Weh, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam untuk mengisi logistik. Tetapi sekarang, setelah transportasi udara berkembang, jemaah haji diangkut dengan pesawat udara.

Kondisi yang serupa juga bisa dilihat pada perubahan pola transportasi Jakarta – Bandung. Semula, perjalanan darat Jakarta – Bandung melalui rute Jakarta-Bogor-Puncak-Cianjur-Padalarang-Cimahi-Bandung {Rute pertama}. Di sepanjang rute tersebut berkembang tempat istirahat dan rumah makan. Kemudian ketika rute tersebut menjadi sangat padat dan menimbulkn kemacetan, rute berubah melalui Purwakarta, yaitu Jakarta-Purwakarta-Padalarang-Cimahi-Bandung {Rute kedua}. Perubahan tersebut membawa perubahan bagi kondisi perekonomian masyarakat di kedua rute tersebut. Banyak tempat istirahat dan rumah makan di sepanjang jalur Rute Pertama mati, dan banyak tempat istirahat dan rumah makan berkembang di Rute kedua. Selanjutnya, jalan tol yang menghubungkan Jakarta – Bandung dibangun, maka semua kenderaan dari Jakarta ke Bandung dan sebaliknya memilih melalui jalan tol {Rute ketiga}. Perubahan kembali terjadi. Tempat istirahat dan rumah makan di sepanjang Rute kedua banyk yang tutup, dan di sepanjang Rute ketiga berkembang rest area.

Salam,

WBS

 

Kisah serupa:

Sungai Musi

Posted in HUMANIORA, Perubahan Sosial | Dengan kaitkata: , , , , , | Leave a Comment »