Kepulauan Indonesia

Cerita dari, untuk dan tentang Kepulauan Indonesia beserta Penghuni dan Penduduknya

Posts Tagged ‘Alfred Russel Wallace’

Kawasan Zoogeografi (Wallace, 1876)

Posted by wahyuancol pada Oktober31, 2011

Zoogeografi adalah ilmu tentang penyebaran hewan hidup di Bumi (di darat maupun di laut), dan pendahulunya (dalam ruang dan waktu). Ilmu ini adalah cabang dari ilmu zoologi, dan berkaitan dengan geografi dan geologi.

Fakta sekarang adalah bahwa tempat yang berbeda di permukaan bumi (di daratan) dihuni oleh hewan yang berbeda atau oleh fauna yang berbeda. Perbedaan itu bukan karena perbedaan temperatur atau iklim, dan bukan karena jarak antara satu tempat dengan tempat lain. Sebagai contoh antara Pulau Bali dan Pulau Lombok yang berjarak 20 mil. Di antara kedua pulau itu diletakkan garis batas karena dihuni oleh falimi mammalia dan burung yang berbeda.  Untuk memahami dan menjelaskan penyebaran hewan darat hidup sekarang perlu memperhitungkan pendapat ilmu geologi yang mengajarkan bahwa telah terjadi perubahan konfigurasi massa daratan di Bumi yang ditunjukkan oleh sisa-sisa fosil hewan.

Untuk memahami fakta tentang distribusi fauna sekarang penting dilakukan studi tentang fosil. Meskipun demikian, dengan mempelajari fauna-fauna yang ada juga dapat dipetakan kawasan zoogeografi.

Pioner penelitian zoogeografi adalah Dr. P.L. Sclater. Ia menulis tentang distribusi geografi burung yang dipublikasikan di dalam Journal of Linnean Society of London tahun 1858. Ia memetakan dan memberi nama enam kawasan zoologi. Dua tahun kemudian Dr. A. Russel Wallace di dalam jurnal yang sama mendiskusikan denga lebih mendetil tentang penyebaran hewan di Malay Archipelago dan Australasia. Kemudian tahun 1876 muncul makalahnya “Geographical Distribution of Animals”, yang pertama kali meletakkan studi distribusi geografi hewan secara umum dan menyeluruh dan atas dasar ilmiah. Dengan sedikit melakukan modifikasi, nama-nama enam kawasan zoologi dari Dr. Sclater diadopsi oler Dr. Wallace yang mempergunakan mammalia sebagai dasar.

Enam kawasan zoogeografi menurut Dr. A.R. Wallace tahun 1876 adalah (Gambar):

  1. Palaearctic: meliputi kawasan Eropa sampai Eslandia, Afrika bagian utara tropik Cancer, kawasan utara Jazirah Arabia, Persia, Indus, China bagian utara sampai Jepang.
  2. Ethiopian: meliputi kawasan Afrika sebelah selatan tropik Cancer, Jazirah Arab bagian selatan, Madagaskar dan pulau-pulau disekitarnya.
  3. Oriental atau Indo-Malay: meliputi kawasan India, Sri Lanka, Indo-China, China bagian selatan, Malay-Archipelago yang mencakup Filipina, Kalimantan dan Jawa. Kawasan ini dibedakan lagi menjadi empat kawasan yang lebih kecil, yaitu: Indo-Malay, Indo-China, India, dan Sri Lanka (Gambar)
  4. Australasia: meliputi kawasan Malay-Archipelago bagian timur, Australia, Selandia Baru, dan pulau-pulau tropis di Pasifik.
  5. Neotropical: meliputi kawasan Amerika Selatan dan pulau-pulau disekitarnya, Hindia Barat atau Antiles, Amerika tengah, dan Meksiko.
  6. Neartic: meliputi kawasan Amerika Utara dan Greenland.

Batas-batas kawasan zoogeografi tidak dapat ditentukan secara tepat, karena distribusi geografi suatu kelompok hewan tidak sama dengan distribusi kelompok hewan yang lainnya. Salah satu contohnya adalah Garis Wallace yang telah digeser beberapa kali posisinya, dan juga beberapa peneliti meletakkan batas antara kawasan Oriental dan Australasia di tempat yang berbeda (Gambar).

Dengan makin berkembangnya kegiatan penelitian, maka perubahan-perubahan pun dilakukan. Peta zoogeografi sekarang tentu berbeda dari peta zoogeografi yang pertama kali dipublikasikan oleh Dr. Wallace.

Semoga bermanfaat.

Salam,

WBS

Sumber:

Zoological Distribution (http://www.scricciolo.com/zoological_distribution.htm),

Zoogeographic Province (http://www.radford.edu/~swoodwar/CLASSES/GEOG235/zoogeog/zooreg.html)

Posted in Cara Bumi di Hidupkan | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , , , , , , , , , | Leave a Comment »

Teori Evolusi (Darwin) dan Paper Halmahera (Wallace): Lahirnya Teori Evolusi

Posted by wahyuancol pada November1, 2008

Ketika berbicara tentang Teori Evolusi, pikiran kita tentu segera melayang kepada Charles Darwin. Teori itu demikian mengguncang dunia. Banyak yang menolak, namun banyak pula yang mendukungnya. Debat pun sering terjadi di mana-mana. Lalu ……., apa hubungan teori itu dengan Halmahera?

Sejarah mencatat bahwa, ternyata munculnya Teori Evolusi itu sangat erat hubungannya dengan Halmahera. Hal itu bermula dari dua orang ilmuwan yang bersahabat, yaitu Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace. Berikut ini adalah kisahnya sebagaimana diceritakan kembali oleh Awang Harun Satyana beberapa tahun yang lalu (tahun 2004) yang mendapatkan cerita itu dari berbagai referensi.

Selamat menikmati, dan semoga bermanfaat.

====================

Teori evolusi yang diumumkan Charles Darwin melalui bukunya yang terkenal “The Origin of Species…” (1859) – buku terjemahan edisi bahasa Indonesianya baru saja diterbitkan oleh Yayasan Obor Jakarta 2004 – ternyata bak sebuah drama dan tidak lepas dari iklim persaingan antar ilmuwan pada masa itu. Demikian kesan saya setelah membaca dua buku relatif baru: Swischer, Curtis, Lewin (2001) : The Java Man, dan Gribbin and Gribbin (2002) : Science – A History.

Dan, ternyata penelitian zoologi Alfred Russel Wallace di Kepulauan Halmahera, Indonesia lah (bukunya yang terkenal the Malayan Archipelago sudah pula diterjemahkan 2 tahun yang lalu dengan judul Menjelajah Kepulauan Nusantara) yang mendorong Darwin cepat-cepat mengumumkan teori evolusinya sebelum didahului Wallace. Dan, Charles Lyell, geologist Inggris terkenal saat itu dan yang mempopulerkan konsep uniformitarianisme, kawan akrab Darwin di the Linnaen Society Inggris, terlibat dalam persaingan antar naturalist kelas dunia ini.

Charles Darwin dan Alfred Wallace bersahabat, Wallace lebih muda 14 tahun. Wallace sering main2 ke rumah Darwin dan melihat-lihat koleksi Darwin hasil ekspedisinya ke pulau-pulau di Pasifik dengan kapal survey HMS Beagle. Saat itu, Darwin belum menuliskan hasil penelitiannya menjadi buku terkenal itu. Rupanya, Darwin agak ragu dan lama berpikir untuk mengumumkan teorinya. Wallace, sebagai sesama naturalist juga sering melakukan ekspedisi ke pulau2 yang belum dikenal dengan baik saat itu. Sebelum ke Malaya dan Indonesia, dia pernah melakukan ekspedisi besar ke Amerika Selatan, dan Wallace menjadi pemasok koleksi2 binatang dan tumbuhan untuk Darwin.

Tahun 1854, Wallace berangkat ke Malaya dan memulai perjalanan muhibahnya sebagai naturalist, ini kira-kira enam bulan sebelum Darwin mulai mengumpulkan catatan2 perjalanannya untuk menulis buku. Sebaga naturalist yang Wallace hormati, Wallace tetap berhubungan dengan Darwin di Inggris untuk meminta pertimbangan2nya. Tahun 1855 Wallace menerbitkan sebuah paper dan mengagetkan Darwin sebab teori spesiasi (bagaimana spesies berubah menjadi spesies baru) adalah persis seperti yang sedang dipikirkan Darwin. Charles Lyell segera memprovokasi Darwin : “Ayo, cepat-cepatlah kamu publikasikan hasil2 penelitianmu, sebelum Wallace atau orang lain mendahuluimu” begitu kira-kira. Saat itu, Darwin telah 19 tahun kembali dari perjalanannya. Ada beberapa paper yang telah dia tulis, tetapi belum diterbitkan karena masih ragu apakah teorinya benar, Darwin hanya mendiskusikannya dengan kawan2 dekatnya termasuk Lyell.

Dan, di bulan Februari 1858, saat Wallace telah sampai di Halmahera dan tengah terbaring sakit oleh demam, dia menulis sebuah paper penting yang diilhami oleh penelitiannya (terutama serangga) di gugusan Kepulauan Halmahera, berjudul, “On the Tendency of Varieties to Depart Indefinitely from the Original Type” Paket ini diterima Darwin tanggal 18 Juni 1858. Darwin shock dan segera ingat tulisannya di tahun 1842-1844 yang belum ia terbitkan. Kekagetan Darwin bertambah dengan tiba2 meninggalnya anaknya yang masih kecil Charles Waring Darwin akibat demam tinggi (scarlet fever). Darwin menceritakan kekagetan yang beruntun ini kepada Charles Lyell dengan note :

“Your words have come true with a vengeance – that I should be forestalled…I never saw a more striking coincidence; if Wallace had my MS sketch written out in 1842, he could not have made a better short abstract ! … I shall, of course, at once and offer to send it to any journal”

Charles Lyell, yang lebih sering berperan sebagai tempat Darwin curhat, segera bertindak cepat dan sigap. “Jangan kuatir” katanya. Tentu Darwin senang sebab saat itu Darwin pasrah saja oleh kekagetan yang datang bertubi2. Darwin menyerahkan segalanya kepada Lyell dan dia pergi untuk memakamkan anaknya.

Apa yang dilakukan Lyell ? Lyell menggabung paper unpublished Darwin tahun 1844 dengan paper Wallace, dan memberi judul baru, “On the Tendency of Species to Form Varieties; and on the Perpetuation of Varieties and Species by Means of Selection” oleh Charles Darwin, Alfred Wallace; dikomunikasikan oleh Sir Charles Lyell dan Joseph Hooker (Hooker adalah kalangan inner circle Darwin lainnya). Apakah Wallace yang sedang terbaring sakit di tengah belantara Halmahera dikonsultasikan ? tentu tidak…

Dan, setahun kemudian terbitlah buku Darwin yang sangat terkenal itu “On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life”, diterbitkan oleh John Murray pada 24 November 1859. Kalau sempat membacanya, kita akan tahu bahwa pasti banyak campur tangan geologist Sir Charles Lyell di dalamnya. Darwin menulisnya hanya butuh waktu setahun, sebab dia dikejar ketakutan didahului oleh siapa pun…

Apa yang terjadi dengan Alfred Wallace di Indonesia ? Dia tidak marah, tetap santun, dan tetap meneruskan ekspedisinya dari Halmahera ke pulau2 lain di Indonesia. Bahkan Wallace menyebut teori evolusi sebagai Darwinisme. Dan Darwin menghormati Wallace dengan menyebut cukup sering namanya di bukunya. Pulang ke Inggris, Wallace pun dihormati sebagai ilmuwan besar oleh pihak Kerajaan Inggris, tetap berkawan dengan Darwin, menerima uang pensiun setahun 200 pundsterling dari Ratu Victoria, terpilih sebagai anggota the Royal Society tahun 1893, menerima Order of Merit tahun 1910, dan meninggal tahun 1913.

Begitulah, dari pojok timurlaut Indonesia, di gugusan Kepulauan Halmahera di Ternate, Tidore, Bacan, dan Morotai, sebuah paper yang dikirim Wallace membuat Charles Darwin segera menuliskan bukunya yang menggoncang dunia itu.

Mungkin, sebuah pelajaran bagi kita “Publish or Perish”.

Salam,

awang

Posted in Dari Indonesia untuk Dunia | Dengan kaitkata: , , , , , | 2 Comments »

Garis Wallace: Lahirnya Ilmu Biogeografi

Posted by wahyuancol pada November1, 2008

 

Ilmu Biogeografi adalah ilmu tentang bagaimana penyebaran spesies-spesies (hewan dan tumbuhan) di permukaan Bumi dan bagaimana penyebaran itu terjadi. Pondasi ilmu ini diletakkan oleh Alfred Russel Wallace ketika ia menerapkan Teori Evolusi untuk menginterpretasikan spesies yang sangat beranekaragam dan menjelaskan bagaimana sungai dan deretan pegunungan bisa membatasi penyebaran spesies tersebut. Ketika ia melakukan perjalanan di Kepulauan Indonesia, ia menemukan perbedaan yang tajam jenis-jenis organisme antara bagian baratlaut dan tenggara, meskipun daerah tersebut memiliki kondisi iklim dan  daratan yang sama. Lalu ia menarik garis di antara Filipina dan Maluku, Kalimantan dan Sulawesi, dan di antara Pulau Bali dan Lombok. Garis hipotetik itulah yang kemudian dikenal dengan Garis Wallace.

Berikut ini adalah kisah tentang hal itu sebagaimana dituturkan oleh Awang Harun Satyana dalam iagi-net. Dengan izin darinya, cerita itu dapat saya hadirkan di sini.

Semoga bermanfaat.

===================

Garis Wallace

Tahun 1858, kepada Henry Bates, seorang naturalist Inggris kawan Wallace, datang sepucuk surat dari Wallace di Indonesia. Wallace berpendapat bahwa Kepulauan Indonesia dihuni oleh dua kelompok fauna yang berbeda, satu kelompok di timur satunya lagi di barat. Tahun 1859, Wallace mendefinisikan garis pembatas dua kelompok ini menggunakan penyebaran burung. Garis pembatas ditariknya di antara Bali dan Lombok dan di antara Kalimantan dan Sulawesi. Wallace percaya bahwa Kalimantan, Jawa, dan Sumatra suatu saat pernah saling bersatu dengan Asia; dan Timor, Papua, Maluku, mungkin sebagian Sulawesi pernah bersatu dengan benua Australia-Pasifik.

Tetapi fauna Sulawesi begitu ganjilnya sehingga surat Wallace berikutnya pada tahun 1859 kepada Bates menyebutkan bahwa sebagian Sulawesi kelihatannya pernah bersatu dengan Asia, dan sebagian lagi pernah bersatu dengan Australia. Di suratnya itu, Wallace menekankan bahwa mesti telah terjadi sesuatu dengan permukaan Bumi di tempat ini sehingga fauna-faunanya ganjil. Saat itu, penyelidikan geologi di Indonesia baru saja dimulai oleh Pemerintah Belanda dan tentu belum menyentuh sama-sekali Sulawesi. Jadi, ini pendapat menantang dari Wallace. Tahun 1863 dalam sebuah makalah berjudul “On the physical geography of the Malay Archipelago” – Journal of Royal Geographical Society no. 33, Wallace menarik garis pembatas fauna Indonesia Barat dan Indonesia Timur dari sebelah timur Filipina, masuk ke Selat Makassar lalu berakhir di sebelah selatan Selat Lombok. Garis itulah yang kemudian disebut para ahli “Garis Wallace”.

Tahun 1910, tiga tahun sebelum Wallace meninggal, dalam bukunya “The World of Life” (Chapman and Hall, London), Wallace menggeser garisnya di sektor Sulawesi lebih ke timur lagi sebab di Sulawesi Barat masih cukup dominan ditemukan fauna-fauna Asia. Dari penelitian-penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh ahli2 fauna dan flora ditemukan bahwa Garis Wallace ini tidak pernah tegas, tetapi dapat bergeser-geser ke timur atau barat di Sulawesi; tetapi jelas meyakinkan bahwa Sulawesi adalah wilayah pertemuan sekaligus perbatasan zone-zone biogeografi.

Konsep Garis Wallace ini mengesankan para ahli biogeografi sebab penyebaran flora pun mengikutinya. Flora-flora pegunungan di Sulawesi Barat mirip flora pegunungan di Kalimantan dan Jawa, sedangkan flora di tanah yang berasal dari lapukan batuan ultrabasik d Sulawesi bagian timur ternyata mirip flora Papua yang juga tumbuh di tanah hasil lapukan batuan ultrabasik. Ahli flora terkenal zaman Hindia Belanda, van Steenis pada tahun 1972 meneliti flora pegunungan Sulawesi dan membaginya sebagai flora asal lokal (autokton) dan flora asal luar (alokton).

Geologi Pulau Sulawesi

Kita para geologist tahu bahwa Sulawesi merupakan wilayah pertemuan sekaligus perbatasan antara provinsi-provinsi geologi. Seluruh Sulawesi bagian barat adalah milik Sundaland, bahkan sekarang di bawah Teluk Tomini pun – Cekungan Gorontalo- adalah berciri Sundaland. Mereka dulu bagian Sundaland yang saat ini berposisi di tengah Indonesia oleh pemisahan di Selat Makassar. Bagian tengah Sulawesi yang disusun massa batuan metamorfik dan ofiolit adalah massa asli Sulawesi yang terjadi atau terangkat di situ oleh proses pertemuan provinsi-provinsi geologi. Sedangkan, bagian paling timur Sulawesi yaitu Sulawesi Tenggara-Buton dan Banggai Sula adalah segmen massa benua asal Australia yang berpindah ke tempatnya sekarang oleh percabangan Sesar Sula-Sorong. Pemisahan oleh Selat Makassar terjadi pada Paleogen, sementara pertemuan dengan segmen-segmen massa benua Australia terjadi pada Neogen. Pemisahan dan pertemuan massa-massa kerak batuan ini tentu ada penumpangnya, yaitu flora dan fauna yang juga telah hadir sejak lama di atasnya, ikut berevolusi sampai ke bentuknya sekarang. Maka, kalau di Sulawesi bertemu berbagai provinsi geologi, maka di Sulawesi bertemu juga berbagai zone biogeografi flora dan fauna.

Ilmu Biogeografi

Wallace sejak tahun 1858 telah menyadari perubahan-perubahan geologi yang terjadi di wilayah Indonesia bagian tengah ini dan implikasinya kepada penyebaran fauna. Ilmu Biogeografi lahir di Indonesia, oleh Wallace, ketika ia menulis sebaris kalimat kepada Henry Bates, “I believe the western part to be a separaed portion of continental Asia, the eastern the fragmentay prolongation of a former Pacific continent.” (Alfred Russel Wallace, 1858).

Salam,

Awang

——————————–

Berkaitan dengan distribusi fauna, Wallace pada tahun 1876  mempublikasikan pembagian kawasan zoogeografi.

Posted in Cara Bumi di Hidupkan, Dari Indonesia untuk Dunia | Dengan kaitkata: , , , , , , , | 16 Comments »

TEORI EVOLUSI (ASAL USUL SPESIES) DARWIN

Posted by wahyuancol pada September22, 2008

Makhluk hidup di Bumi ini sangat beraneka ragam jenisnya.  Secara sederhana dan kasat mata kita dapat dengan mudah membedakan antara tumbuhan dan hewan. Namun demikian, kita juga mengetahui bahwa tumbuhan maupun hewan sangat banyak jenisnya atau spesiesnya.

Rasa ingin tahu adalah fitrah manusia. Oleh karena itu kecenderungan untuk mengetahui dan memahami apa-apa yang ada di sekelilingnya adalah juga fitrah manusia. Fitrah itu diberikan oleh Tuhan kepada manusia dalam rangka memberi bekal kemampuan kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sebagai mana kita ketahui, sebenarnya, untuk kebutuhan hidupnya manusia itu hanya membutuhkan ruang yang aman dan energi yang cukup. Ruang untuk hidup manusia disediakan Tuhan dalam bentuk hamparan permukaan Bumi, sedang energi untuk hidup manusia yang mendasar dipenuhi oleh makhluk hidup (tumbuhan maupun hewan). Agar kebutuhan energinya terjamin, maka manusia perlu memahami karakter dari sumber-sumber energinya (baca: makanan). Untuk alasan itulah maka pada tingkat yang paling dasar Tuhan memberikan naluri ingin tahu kepada manusia.

Kembali kepada banyaknya jenis tumbuhan dan hewan di sekeliling manusia. Dalam rangka mempermudah untuk mempelajarinya, manusia melakukan pengelompokan atau klasifikasi. Dari upaya melakukan klasifikasi itulah kemudian manusia melihat kemungkinan adanya hubungan antara jenis atau spesies mankhluk yang satu dengan yang lainnya. Selanjutnya tentu wajar bila manusia mempertanyakan dari mana dan bagaimana makhluk yang demikian banyak jenisnya itu bisa muncul atau hadir di Bumi?

Charles Darwin (1809-1882) adalah salah satu diantara banyak orang yang berusaha untuk mempelajari tentang bagaimana asal-usul makhluk hidup yang demikian banyak jenisnya di muka Bumi ini. Darwin mengunjungi Kepulauan Galapagos. Di sana dia mengamati keberagaman burung finch dan iguana. Hasil pengamatan tersebut menghasilkan hipotesa bahwa makhluk hidup berubah dengan berjalannya waktu. Pertanyaan yang kemudian muncul tentu adalah bagaimana perubahan yang berlangsung dengan berjalannya waktu itu terjadi?

Buku The Origin of Species (1859) adalah buku yang berisikan pikiran Darwin tentang bagaimana spesies-spesies makhluk hidup itu muncul. Sampai sekarang, pikiran tentang munculnya berbagai jenis makhluk melalui proses evolusi yang dikemukakan di dalam buku tersebut hampir 150 tahun yang lalu masih terus diperdebatkan orang. Ada orang yang menerima teori evolusi dan banyak pula yang menentang atau menolaknya.

Tidak banyak diantara kita yang mendapat kesempatan untuk membaca buku tersebut. Dalam rangka memperingat ulang tahun ke-150 penerbitan buku tersebut, seorang teman telah memberikan ulasan tentang buku itu. Dengan izin darinya lah ulasan tentang buku yang menarik itu dapat saya muat di dalam blog ini. Semoga bermanfaat.

Salam dari Ancol,

Wahyu Budi Setyawan

Terima kasih saya sampaikan kepada rekan Awang Harus Satyana yang telah memberikan izin untuk memuat ulasan tersebut didalam blog ini.

—————-

“The Origin of Species” (Darwin, 1859) akan kita peringati 150 tahunnya tahun depan. Buku Darwin tersebut merupakan buku paling penting kalau kita mau memahami apa yang dipikirkan Darwin tentang evolusi. Sebelum menyerang teori evolusi, sebaiknya dibaca dulu buku ini, sehingga bisa diputuskan apakah teori evolusi layak diserang atau bahkan didukung.

Dari internet mungkin bisa didapat digitalnya, tetapi saya lebih suka mempelajarinya dari bukunya sebab bisa dibaca di mana saja, di kereta, di bus atau santai sambil berbaring. Saya punya tiga buku Darwin ini, salah satunya adalah terjemahan Indonesia-nya yang mudah diperoleh di Yayasan Obor Indonesia, penerbit yang menerjemahkannya (kalau berminat coba buka website obor di http://www.obor.or.id ). Saya membeli terjemahannya tahun 2004 (diterjemahkan tahun 2003 oleh para dosen biologi Universitas Nasional), mestinya sih masih tersedia terjemahannya.

Inti buku ini sederhana saja : Darwin memaparkan pembuktian bahwa makhluk hidup berevolusi serta menjelaskan bagaimana seleksi alamiah menyebabkan spesies-spesies berubah. Menurut cerita, buku ini dicetak untuk pertama kalinya hanya 1250 eksemplar sebab penerbitnya tidak yakin bahwa buku ini akan laku terjual. Ternyata, pada hari pertama saja ada di toko, seluruh buku ini habis terjual. Kemudian ternyata juga bahwa buku-buku ini banyak dibeli untuk dibakar.

Darwin menggambarkan The Origin sebagai suatu argumen panjang. Saya ingat dulu saat masih SMP di Bandung suka nongkrong malam-malam di perpusatakaan British Council di Jalan Tamblong beberapa minggu demi menyaksikan film tentang Darwin. Di situ digambarkan Darwin dengan tenangnya menulis argument-argumen. Belakangan saya tahu bahwa Darwin tak tenang menulis bukunya sebab ia takut didahului oleh Alfred Russel Wallace, sang pengelana Nusantara, yang juga menemukan gejala yang sama yang sedang dipikirkan Darwin : evolusi oleh seleksi alam. Atas dorongan dan bantuan Charles Lyell-lah, Darwin dapat menyelesaikan karya monumentalnya dalam waktu yang singkat. Charles Lyell, ahli geologi itu adalah seperti seorang ayah untuk Darwin.

Teori Evolusi Darwin

Agar argument Darwin mudah dipahami, ia memulai bukunya (Bab 1) dengan menampilkan variasi-variasi yang terjadi pada tanaman-tanaman dan hewan-hewan di sekitar rumah hasil domestikasi. Setelah mendiskusikan sifat-sifat yang dimiliki oleh biakan-biakan yang berbeda, ia mulai menjelaskan bagaimana biakan-biakan yang berbeda itu bisa muncul. Darwin menjelaskan bahwa itu muncul akibat seleksi buatan (artificial selection), manusia memilih mana-mana yang akan dibiakkan mana yang tak boleh. Tentu saja yang dibiakkan adalah yang memiliki sifat-sifat yang baik atau unggul.

Bab 2 The Origin, berpindah dari variasi-variasi makhluk hidup di sekitar rumah ke variasi jenis di alam liar. Darwin di sini menjelaskan apa itu spesies, bagaimana variasi-variasinya. Di sini Darwin menampilkan pengamatan atau kesimpulan bahwa spesies-spesies itu bukan sesuatu yang terakhir atau yang tetap, tetapi disebutnya sebagai “spesies-spesies dalam penantian”. Menanti apa ? Menanti untuk berubah. Jadi spesies2 itu adalah hanya bagian dari jalan panjang menuju spesies berikutnya. Jelas Darwin mulai berbeda pandangannya dari ahli-ahli biologi sezamannya.

Bab 3 The Origin, Darwin terpesona dengan pandangan Malthus (1798) si ahli demografi itu bahwa akibat jumlah populasi lebih banyak daripada sumberdaya yang ada maka akan terjadi perjuangan demi kelangsungan hidup dengan cara berebut sumberdaya yang terbatas. Yang unggul yang akan terus hidup. Di bab ini maka Darwin menuliskan “suatu perjuangan demi bertahan hidup tak dapat dielakkan merupakan akibat dari laju pesat perbanyakan diri organisme hidup”. Darwin juga memaparkan faktor-faktor yang membatasi jumlah spesies, misalnya efek2 kepadatan berlebih, serangan pemangsa, serta musim dingin yang kering dan ekstrim.

Bab 4 The Origin, merupakan bagian yang paling penting. Judulnya adalah Natural Selection. Ini merupakan gagasan besar Darwin tetapi saat itu sangat sulit diterima. Dalam seleksi alam, menurut Darwin, variasi-variasi yang menguntungkan dipertahankan, sementara yang merugikan disingkirkan dan akhirnya musnah. Darwin menyusun daftar yang memaparkan sederetan adaptasi yang dikaitkannya dengan akumulasi bertahap dari variasi-variasi yang berguna. Ia menyatakan bahwa, tidak seperti manusia, alam mendasari seleksinya pada seluruh perlengkapan kehidupan. Alam menitikberatkan pada nilai adaptif setiap sifat makhluk hidup tanpa terkecuali, dan dalam proses ini tidak ada satu pun yang terlewatkan.

Bab 5 The Origin, Law of Variation, dimulai Darwin dengan penyangkalan bahwa variasi-variasi disebabkan faktor kebetulan. Menurut Darwin semua ada kendalinya. Darwin percaya akan variasi berkelanjutan – variasi yang tersusun atas suatu rangkaian tak terbatas dari perbedaan-perbedaan kecil antar individu.

Bab-Bab yang tersisa dari The Origin (sampai Bab 15) menguraikan sederetan topik yang telah membuat Darwin tetap sibuk. Topik-topik tersebut mencakup evolusi adaptasi fisik, asal muasal naluri, fosil, klasifikasi, kontribusi geologi ke dalam evolusi, kesulitan-kesulitan teori evolusi, dan distribusi makhluk hidup.

Darwin tentang Evolusi Manusia

Sekarang kita lihat apa kata Darwin tentang evolusi manusia. Sumber terbaik untuk mempelajarinya ada dalam bukunya “The Descent of Man” (Darwin, 1871) – yang ini belum ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

Karena begitu banyaknya serangan-serangan kepada evolusi berasal dari hal evolusi manusia, maka Darwin memandang perlu menulis buku khusus tentang evolusi manusia. Inti buku ini Darwin beragumen bahwa manusia dan kera memiliki leluhur jauh yang sama dan bahwa semua ciri manusia telah berevolusi melalui serangkaian langkah yang bertahap.

Dalam buku ini Darwin menunjukkan bahwa atribut-atribut manusia yang terhebat sekalipun –kecerdasan dan ungkapan emisional kita- bisa saja dihasilkan melalui seleksi alamiah sehingga memungkinkan manusia juga berevolusi dari leluhur-leluhur hewan.

Bagaimana dan mengapa kecerdasan manusia muncul ? Pandangan Darwin mengatakan bahwa hal tersebut berhubungan dengan gaya hidup. Leluhur nenek moyang manusia dan kera pada awalnya merupakan penghuni pepohonan, namun secara bertahap mereka mulai hidup di darat. Berjalan dengan kedua kaki dan membebaskan tangan mereka untuk memanipulasi benda-benda dan akhirnya untuk menciptakan perkakas. Hal ini, kata Darwin, menyediakan batu loncatan bagi perkembangan kecerdasan karena seleksi alamiah selanjutnya akan memelihara ukuran otak yang terus mengalami peningkatan, yang diperlukan untuk ketangkasan tangan.

Pengetahuan Biologi Moderen tentang Evolui Manusia

Bagaimana pengetahuan biologi saat ini tentang evolusi manusia ? Apakah manusia berevolusi dari kera? Tidak. Manusia memang berasal dari superfamily yang sama dengan kera, tetapi kera dan manusia berpisah dalam pohon evolusi sekitar 4-5 juta tahun yang lalu. Dari situ manusia berevolusi sendiri melalui perkembangan bertahap hominid sampai akhirnya manusia moderen muncul beberapa puluh ribu tahun yang lalu.

Penutup

Di bawah ada tulisan tentang semua karya Darwin (The Darwin Compendium) yang pernah saya posting beberapa bulan yang lalu.

Apakah teori evolusi Darwin yang diuraikannya dalam The Origin semuanya benar ? Tidak, sebagian salah, tetapi sebagian juga benar. Mana yang benar mana yang salah menurut ilmu pengetahuan sekarang nanti kita bahas lagi, juga tentang evolusi manusia, implikasi sosial dan implikasi agama.

Dengan singkat bisa dikatakan : evolusi terjadi, tetapi tidak persis seperti yang Darwin teorikan.

Salam,

Awang

Posted in Alam Semesta, Cara Bumi di Hidupkan | Dengan kaitkata: , , , , , | 3 Comments »